𝐃 𝐔 𝐀

⚠️Contain harsh words , harap bijak dalam membaca. Sorry, kalau mungkin ada typo.
Terima kasih !
_





"Rena, ada yang nunggu lo di depan kelas."

Rena menoleh lantas menghela napas berat. Tidak ada orang yang repot-repot mencarinya sampai ke kelas selain siswa/i suruhan guru dan anak kelas sebelas yang selalu mengganggunya. Siapa lagi kalau bukan Syailendra Rihito Putra Ikhsan? Tak ayal Rena tahu, karena setiap pagi, ketika jam istirahat ataupun pulang, pemuda itu selau datang menghampirinya seakan tidak punya pekerjaan lain selain merecoki dia.

"Sachi, bilangin ke kak Rihito suruh balik ke kelasnya aja, ya? Rena males banget ketemu kak Rihito." balas Rena, jujur saja dia memang sedang tidak mood untuk berurusan dengan putra tunggal dari keluarga Ikhwan itu. Apalagi dengan pikirannya yang sedang ruwet sekarang, akan makin kacau lagi Apabila harus berurusan dengan Rihito.

Yang dipanggil Sachi mengiyakan, selepas itu dia melenggang pergi ke luar kelas guna menghampiri si kakak kelas yang tengah menunggu kedatangan Rena.

"Gimana? Lho Renanya dimana?" Gurat tanya terlukis di wajah Rihito, dia meminta Sachi untuk memanggilkan Rena. Namun, Rena tidak ada bersamanya.

Sachi menatap takut-takut, "Aduh... Jadi gini, kak. Maaf banget ya. Rena bilang kakak balik aja ke kelas soalnya dia males ketemu sama kak Rihito."

Rihito mendatarkan ekspresinya. Dikatakan sakit hati, jujur saja iya. Dikatakan kecewa pun iya. Ia ingin marah? tentu saja jawabannya iya. Tapi itu Rena, Rihito hingga kapanpun tidak akan sampai hati untuk marah terhadap pujaan hatinya. Katakan saja dia bucin, toh Rihito juga menerimanya.

"Kalo gitu gue cuma mau nitipin ini," Rihito menyerahkan setangkai bunga mawar dan sekotak cokelat. "Gue denger dia lagi sibuk latihan olimpiade kimia, tolong kasih ini ke dia, ya? Makasih sebelumnya."

"Renata.. Renata... Cowok modelan kak Rihito lo sia-siain?"




***




"Kunaon manéh? Balik-balik camberut kitu. / Kenapa lo? Balik-balik cemberut gitu." Hiroto bertanya kala sosok sahabatnya masuk ke kelas dan duduk dengan lesu di kursinya.

"Ck. Cicing ah, / diem ah, gue lagi galau tau!" Rihito mendecak sebal seraya melipat tangan di meja dan mendaratkan wajahnya di sana.

"Rena lagi, ya? Manéh teu cape kitu / Lo nggak capek apa, ngejar dia selama setengah tahun tapi progresnya tetap nol persen kayak gini?" Hiroto memandang sahabat karibnya dengan tatapan simpati.

"Buka mata lo, Rihito! Sadar, dengan lo kayak gini terus ini gak akan buat lo bahagia. Tapi malah bikin lo sakit-sakitan karena terus mendapat penolakan dari dia. Gue bukan mematahkan harapan lo. Henteu, teu kitu. / Nggak, gak gitu. Gue cuma ikutan sedih ngeliat sahabat sejak zigot gue galau karena seorang cewek. Gue juga khawatir sama lo!"

Rihito mendongak, "Makasih udah peduli sama gue, To. Nuhun pisan, tapi manéh ogé apal, kan? / Makasih banget, tapi lo juga tahu, kan? Sekeras apapun gue berusaha lupain Rena, gue nggak bisa."

Plak!

Hiroto menjitak kepala Rihito pelan, "Si goblok, bucin."



_

Di jam istirahat ini kantin banjir dengan lautan manusia. Berbagai macam tipe orang ada di sana. Mulai dari siswa/i yang berkumpul bersama teman group nya, pasangan yang sedang kasmaran, maupun jomblo yang menyendiri terlihat menyedihkan sekali.

Tapi syukurlah Rihito punya sahabat seperti Hiroto untuk menemaninya makan di kantin agar tidak terlalu nampak status jomblonya. Walau sahabatnya ini laknat dan akhlakless, yang penting ia tak dipandang ngenes saja oleh orang-orang.

"Manéh rék mesen naon? / Lo mau pesan apa? Biar gue yang pesenin."

Rihito menoleh kepada Hiroto yang kini berdiri dari duduknya hendak memesan makan siang. "Tumben, lo. Ada apa nih? Pasti aya nu dianjing cai / ada udang dibalik batu, ya?"

Merotasikan bola matanya, Hiroto memandang malas terhadap si Putra Ikhwan. "Gak gitu juga, jing. Urang ikhlas mantuan manéh. / Gue ikhlas bantuin lo. Kalau lo gak mau, nya enggeus. / ya udah." Lantas mulai beranjak dari sana.

Set!

"Eits, tunggu. Kusabab urang ngahargaan niat alus manéh, / Karena gue ngehargain niat baik lo, jadi bisa kali pesanin baso tahu siomay sama es teh manis aja. Makasih Hiroto sayangku. Mmuachh~" Rihito memberikan flying kiss kepada Hiroto setelah mengatakan pesanannya.

Yang dituju bergidik geli, "Geuleuh, bangsat! Urang masih lempeng. Manéh, mun rék belok tong ngajak-ngajak urang. / Jijik, bangsat! Gue masih lurus. Lo, kalo mau belok jangan ngajak-ngajak gue."

"Saha deui anu ngajak belok? Barina ogé, dina haté urang ngan aya neng Rena saurang. / Siapa lagi yang ngajak belok? Lagipula, di hati gue cuman ada neng Rena seorang." Rihito menyangkal plus kebucinannya terhadap Rena yang agaknya sudah mendarah daging.

"Enggeus lah, anu geus bulol mah emang béda / Udah lah, yang udah bulol emang beda." Hiroto jengah, "Gue pesen makan dulu. Keburu bel masuk, gara-gara lo ngajak tubir terus, sih!?" sungut Hiroto lantas segera pergi ke stand yang dituju.

Rihito mengedikkan bahu selepas kepergian Hiroto kemudian merogoh kocek dan mengeluarkan ponselnya.

Dan ketika ia membuka sebuah aplikasi jejaring sosial...

"Sialan! Apa-apaan ini?!"













"

Apaan pake sweetheart-sweetheart segala?!" Rihito menggerutu, hari ini mendung dan suhu udara pun dingin. Tapi kenapa tiba-tiba jadi terasa panas begini, ya?

"Seberapa keren sih, si Ren Ren itu? Yang ada pasti gue lebih keren daripada dia! Gantengan juga gue, kali!" geramnya menggebu-gebu.

"Coba deh, cek aja kali ya?"






"Keren sih, tapi gue lebih keren lagi dari dia. Lagipula, Rena jauh lebih pantes sama gue kali, dibandingkan sama dia." ujarnya penuh rasa percaya diri.




***




Tok! Tok! Tok!

"Rena?"

Gadis Rena menoleh, didapatinya seorang siswa masuk ke dalam kelas dan berjalan mendekat ke mejanya selepas mengetuk pintu.

"Masih ngerjain soal latihan?" ujarnya lantas mengusap lembut rambut Rena.

Si gadis mendongak, "Uhm.. gitu, deh."

"Capek, gak?" sang pemuda mengambil ruang kosong di kursi sebelah, menopang dagu.

Rena mempoutkan bibirnya, "Capek banget."

Yang menjadi lawan bicaranya terkekeh kecil seraya merentangkan kedua tangannya, "Free hugs?"

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Rena lantas menghambur masuk ke dalam pelukannya. "Aaaa kayaknya energiku udah terisi kembali karena pelukan dari kak Ren."

"Bisa aja kamu." balasnya, yang dipanggil dengan nama Renㅡsebenarnya nama kecil dari nama Rendraㅡitu mengedarkan pandangan ke sekitar, "Teman-teman sekelas kamu semuanya ke kantin, lho. Kok kamu nggak?"

"Gak bisa, kak. Karena nanti setelah jam terakhir sekolah Rena harus ngumpulin soal-soal latihan ini ke guru pembimbing Rena. Dan Rena tinggal sisa sepuluh soal lagi, kok." Rena menyahut dengan matanya yang masih fokus kepada soal-soal latihan olimpiade dan jarinya yang sibuk menari diatas kertas.

"Tapi jangan terlalu diforsir, ya? Pasti belum makan siang? Makan ini dulu yuk! Setidaknya harus diisi, jangan sampai kamu kelaparan. Nanti yang ada kamu malah jatuh sakit." Kemudian menaruh sebuah kotak berbentuk balok.

"Wah! Macaron! Makasih banyak kak Ren~!"

Binar antusias terlihat dari raut muka Rena kala pemuda Ren membuka kotak tersebut.

"Sama-sama. Dimakan, ya.."

"Iya! Tapi sebelumnya, Rena foto dulu gak apa, kan?" seraya memotret sekotak macaron itu. "Post di Instagram juga gak apa, kan?"

Ren mengiyakan. Setelah mendapat persetujuan dan selepas mengunggah foto di jejaring sosial, tanpa ba-bi-bu lagi Rena segera melahap macaronnya.

Ren yang melihat hanya bisa tersenyum, namun matanya menyipit kala netranya menangkap sebuah kotak berukuran sedang dan setangkai bunga di atas meja Rena yang baru saja dia sadari. "Apa ini? Cokelat dan bunga?"

Si gadis mengangguk, "Iya, biasalah. Gak terlalu Rena peduliin juga."

"Bunganya mawar biru, ya?" Tangannya bergerak meraih setangkai bunga yang tergeletak di atas meja, "Kamu tampak seperti mimpi yang tidak mungkin tercapai." ucap Ren spontan yang membuat Rena kebingungan.

"Kenapa, kak Ren? Maksudnya apa?" Rena mengerutkan dahi, penuh tanda tanya.

Ren menggeleng pelan, "Nggak apa-apa sih. Cuma yang kak Ren pernah baca di internet, itu arti dari setangkai bunga mawar biru."

Rena terdiam, selama ini dia selalu mendapatkan setangkai bunga mawar biru dari Rihito. Dan baru kali ini dia mengetahui makna dibaliknya.

"Apa kak Rihito selalu ngasih Rena setangkai bunga mawar biru biar Rena sadar akan perasaannya? Dan yang kak Rihito rasakan terhadap Rena, 'seperti mimpi yang tidak mungkin tercapai'? Apa Rena sekejam itu sama kak Rihito?"





a/n:

Kembali lagi setelah sempat di unpublish.
Emang dasar, aku ini labil banget ToT

Anw super excited for INI 2nd single "I" ! <3

Terima kasih kepada semua yang sudah menyempatkan diri untuk membaca 🥺❤️

© lysprecieux ,
Minggu, 13 Maret 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top