Hai, Buaya!

PAGI INI AKU DIBANGUNKAN OLEH notif Instagram yang membludak.

Ting!

Ting!

Ting!

"HOT NEWS! SEAN BARU SEMENIT PUTUS SAMA QUEEN TARI, EH LANGSUNG JADIAN SAMA RIVALNYA A.K.A VIVITA!"

Gila.

Tuh buaya darat satu demen banget berulah.

Aku langsung lompat bangun. Efek nyawa baru kumpul setengah, aku kesandung selimut dan bunyi 'gedebuk' harusnya sudah bisa kasih bayangan seberapa keras aku jatuh, tengkurap lagi.

"Sean bangke!"

Aku mengumpat sambil berusaha bangun. Kepalaku nyut-nyutan, belum lagi kedua lutut yang bikin kaki keram.

Aku bukan tipe orang yang kepo atau suka pengin ikut campur urusan orang. Apalagi ini, salah satu buaya kelas kakap yang terkenal di sekolahku.

Cuma, masalahnya, Tari adalah klienku. Dan spam dering ponselku yang tadi adalah perbuatannya.

Tari's Calling ....

Tuh, kan! Dia nelepon.

"Ha—"

"KE DAGO CAFE SEKARANG JUGA!"

Telepon terputus.

Aku mendengkus.

Minggu, pukul 07.00, di hari pertama PMS, plus setelah semalaman gadang karena ngerjain PR Matematika yang beranak-pinak, aku malah harus berurusan dengan klien resek kayak Tari.

O ya, hampir lupa—atau kalian sudah lupa?

Halo! Aku Alshava Iswara, panggilan umumku Wawa. Selain sebagai siswa kelas 11, aku juga merupakan ketua dari organisasi rahasia Babudar a.k.a Basmi Buaya Darat.

Yeah, alay? Biarin!

Aku punya misi penting sampai mendirikan organisasi ini. Yap, basmi buaya darat sampai ke akar! Ada tercium aroma buaya darat, hajar, bakar!

Pokoknya aku benci buaya darat. Benci cowok yang doyan tebar janji manis doang. Benci pake kuadrat pangkat banget-nget-nget sama cowok yang suka tebar pesona dan nempel sana-sini.

Balik ke rutinitas menyebalkan akhir pekanku.

Aku sampai di Dago Cafe dengan usaha dan tenaga yang sangat ekstra. Sampai sana, aku rasanya lemas banget. Namun, yang namanya Tari mana mau paham. Dia mau menang sendiri, dia harus ada di pihak yang paling benar dan siapa pun adalah salah di matanya.

"Gue putus sama Sean gara-gara lo, ya!"

Itu kata dia yang bikin telingaku rasanya pengang.

"Kan, kamu sendiri yang sewa aku buat buktiin kecurigaanmu soal Sean yang selingkuh," kataku, menjelaskan apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan sedikit pun.

"Tapi gue yang diputusin! Di depan mak lampir sialan itu lagi!" Tari ngegas.

Dua temannya angguk-angguk.

Aku malas menanggapi. Mood-ku sudah terjun bebas sejak menerima spam chat darinya.

"Pokoknya gue mau duit gue balik!"

Aku memelotot, kaget dan marah. "Gak bisa. Aku udah kerja keras buat menuhin permintaan kamu." Aku bicara setegas mungkin.

Namun, Tari malah ngajak debat dan dia tidak berhenti selama bermenit-menit yang melelahkan. Aku muak, jadi pergi gitu aja, ninggalin tuh cewek yang mulutnya kayak petasan rentet.

"Aduh!"

Aku menabrak seseorang sampai jatuh terjengkang. Namun, sebelum tubuhku menubruk tembok sebuah bangunan di pinggir jalan raya, tangan seseorang lebih dulu meraih pinggangku.

Kami bertatapan.

Nggak, aku nggak baper. Yang ada, aku malah pengin nyakar muka nih orang.

Sean.

Buaya darat sialan itulah penyelamatku, atau orang yang kutabrak beberapa saat lalu.

Sial kali kau, Wa. Kayaknya aku harus revisi kebiasaan buruk, yang suka nggak fokus dan asal seruduk kalau lagi badmood.

"Hai, ketua Babudar," sapa Sean diakhiri senyumannya yang menyebalkan.

Kayak lagi ngajak gelut.

"Kenalin, gue Sean Sakya Haidar, ketua organisasi rahasia Pabudar," sambungnya usai melepaskan tubuhku—yang kupaksa sambil pasang muka jijik.

"Pabudar?" Aku refleks bertanya sambil mengernyit.

Nih orang niat copas atau ngeledek aku, kah?

"Penangkaran buaya darat, saingan lo."

Kemudian, dia pergi gitu aja.

Pabudar?
Penangkaran buaya darat?

Apa-apaan!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top