Bab 2 - Buaya Apes🐊
Pasar malam dengan latar belakang pelabuhan memang damage romantisnya nambah 9999+%
Itulah kenapa seorang Rifki yang notabene anak wong kaya, mau-mau aja turun gunung mengunjungi pasar malam demi kekasih hati tercinta.
Bucin.
Pukul delapan, cowok itu sudah tancap gas dengan motor ninja merahnya, menyusuri jalanan Rancabuaya yang ramai-ramainya. Maklum, malam Minggu. Banyak muda-mudi yang rela macet-macetan malem-malem demi menikmati momen bersama pasangan.
Rifki sudah tampil cakep plus wangi kembang tujuh rupa. Asli. Tadi di kamar dia menyemprotkan parfum sebanyak mungkin sampai bikin atmosfer ruangan berubah.
Seorang cewek imut yang berusia 16 tahun duduk manis di jok belakang, tentu sambil melingkarkan tangan dan memeluknya dengan erat.
Bianglala menjadi tujuan utama mereka. Rima yang meminta sejak mereka janjian pergi kemarin siang.
"Ay, nanti jangan lupa foto aku, ya!" pinta Rima dengan nada imut sesaat setelah mereka membeli karcis.
"Iya, Beb. Apa sih yang nggak buat kamu?" balas Rifki, gombal mode buayanya aktif.
Meski alay, Rima sih salting-salting aja. Bagaimana tidak bahagia coba, dia ditembak dan sekarang menjalin asmara dengan salah satu cowok populer SMAN 28 Garut.
Beuh. Hoki setahun kepake itu.
Bianglala yang mereka naiki tepat berada belasan meter dari sungai kecil yang mengarah langsung ke laut. Dengan hamparan laut yang dihiasi kelap-kelip lampu dari perahu nelayan, ditambah pemandangan kota kecil di pinggir pantai yang ramai di malam hari.
Saat kotak yang mereka naiki tepat berhenti di puncak, jelas semua pemandangan itu tampak indah dan romantis.
Rima sudah siap difoto.
Rifki juga siap melancarkan aksi.
"Ay, foto gaya candid dong!" Rima lagi-lagi bergaya seimut mungkin, bikin Rifki makin gemes pengin cium.
Astaghfirullah, Rifki kamu berdosa banget.
Rifki menelan ludah, makin mencondongkan tubuh ke dekat wajah kekasihnya.
Dia siap mencium cewek polos itu, sebelum ....
"SIALAN SI BABI!"
Teriakan itu sampai ke telinga keduanya.
Rima refleks menatap ke bawah dan menemukan segerombolan orang yang saling kejar-kejaran.
Saat menyipitkan mata, dia bisa mengenali pria gembrot yang doyan pakai baju garis-garis merah-hitam itu.
Pak Mbro, tetangganya yang bujangan tua dan suka main judi. Pak Mbro itu suka ngutang sana-sini buat lancarin aksinya.
Jadi, Rima dapat menyimpulkan bahwa Pak Mbro itu lagi dikejar-kejar rentenir.
Rima menghela napas. Suasana hatinya jadi menurun gara-gara gagal berfoto usai bergaya seimut mungkin.
"Lho, Yang ....?"
Rima mangap saat melihat celana Rifki basah.
Muka cowok itu merah padam, tetapi tubuhnya bergetar hebat.
Saking terjebak euforia dan hasrat setannya, dia sampai lupa memiliki fobia ketinggian.
Jadi, saat menengok ke bawah tadi, nyalinya langsung ciut dan jantungnya terasa melorot ke perut. Ketakutan berlebih itu tak dapat ditahan sehingga harga dirinya sebagai lelaki sejati terlukai.
Apes. Memalukan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top