25. SEOUL PART TWO
Masayu disambut suhu empat derajat celcius saat mendarat di Incheon International Airport. Ia bersyukur karena bersikeras mengenakan celana jeans, sweater dan mantelnya. Selesai mengurus koper, Pascal menggandeng Masayu ke pintu keluar.
Seorang pria berseragam hotel mengangkat papan dengan tulisan Mr. & Mrs. Pasque dan kepada pria itulah mereka melangkahkan kaki. Dengan bahasa Inggris yang lancar, pria itu mengenalkan dirinya sebagai Park Jin-woo. Pascal menanggapi dengan ramah sebelum membiarkan kopernya diurus. Masayu masuk ke mobil disusul Pascal, biasanya Masayu senang melihat jalanan tapi ia masih ingin tidur. Pascal tersenyum saat Masayu secara alami beralih menyandarkan diri kepadanya.
Mereka menempati suite yang sama dengan tiga tahun lalu, Masayu berusaha tenang menyadari pilihan kamarnya diubah secara sepihak. Pascal sendiri hanya tersenyum-senyum dengan tatapan polos saat beralih duduk di sofa.
"Aku membuat reservasi di honeymoon suite." ucap Masayu.
"Aku tahu dan bersyukur bisa mengubahnya, kejutan menyenangkan bukan."
Masayu memilih mengambil kopernya dan berjalan ke kamar, sejenak ia memejamkan mata sebelum membuka handel pintu ganda. Masayu melangkah memasuki kamar dengan dominasi warna beige yang memunculkan nuansa tenang dan hangat. Ia mengabaikan tempat tidur king size yang ditata dengan taburan bunga dan selimut tipis yang dibentuk sepasang merpati.
"They're so sweet." gumam Pascal menyusul masuk ke kamar dan mendekati sepasang merpati buatan itu, mengambil kartu ucapan yang ada di sana. Ucapan selamat datang dan selamat tentang pernikahan.
"Mereka memberimu hadiah." kata Masayu menatap nampan di nakas, sebotol sampanye dan sekotak coklat dengan merk premium. Ada pita merah melilit di sana.
"Haruskah aku menukar sampanye dengan soju?" tanya Pascal
"Haruskah kau bersikap menyebalkan lebih jauh?" tanya balik Masayu
Pascal tertawa dan mendekati Masayu yang kini berdiri di depan meja rias, ia menangkup wajah cantik istrinya. "Aku tak ingin kau kesal, maafkan aku."
Masayu menatap Pascal, "Kenapa kau melakukan ini? kenapa bahkan setelah aku begitu mencintaimu, kau tak bisa mempercayainya?"
"Karena cintamu kadang tak masuk akal, cintamu membuatku kesal, kau bahkan bisa mengabaikanku selama tiga tahun dan tetap melawan meski kau sudah kudapatkan." kata Pascal, mengelus pipi Masayu. "Kau bilang kau memeluk pria yang kau cintai dan tidak bahagia?"
Masayu diam saja menatap Pascal, ia akan sakit hati jika menanggapi ini.
Pascal tersenyum, "Tapi meski tidak bahagia, seharusnya kau puas, bukan begitu?"
Pertanyaan itu tidak pernah terjawab, karena Masayu memilih diam, bahkan saat Pascal kemudian menciumnya, memeluknya dan membawanya ke tempat tidur, Masayu tetap memilih diam.
==]P — CONTRACT[==
Masayu terbangun menjelang pagi, Pascal memeluknya dari belakang dan saat ia mencoba melepaskan diri, Pascal kukuh menahannya.
"Kau tidak akan kemana-mana..." gumam Pascal sembari mengecupi tengkuk Masayu.
"Kau tidak ingin membawaku berjalan-jalan? Menjelajahi Seoul?" tanya Masayu.
"Kita bisa saling menjelajahi saja di sini." jawab Pascal lalu membiarkan Masayu berbalik menatapnya. Masih terlihat sedikit kelelahan di wajah Masayu, dan kantuk.
"Jika itu keinginanmu... tapi bolehkah aku meminta satu hal juga sebelum kita pulang?"
"Apa itu?"
"Aku mau makan malam, di tempat yang bagus, tempat aku bisa pakai gaun dan kamu pakai tuxedo... ada tempat semacam itu?"
Pascal menyipitkan matanya, "Tuxedo? aku ingat kamu bawa setelan jas biasa."
"Ada tuxedonya, jadi... bisakah?"
"Aku bisa mengaturnya, tapi untuk permintaan semacam itu, kau harus lebih berpartisipasi dengan keinginanku." kata Pascal dan Masayu mengerjapkan mata pelan, ia jelas menyadari kediaman istrinya itu.
"Aku diam bukan berarti tidak—"
"Aku tahu kau menikmatinya dan aku juga begitu, tapi aku menyukai saat kau meresponku." ucap Pascal lalu menyeringai. "Lagipula, seharusnya tidak ada alasan untukmu merasa kesal, karena aku benar... sekalipun tidak bahagia, kita berdua puas."
Masayu mengangguk, "Baiklah, kau benar..."
"Nah sekarang tersenyum dan balas ciumanku, ada anak yang harus kita hadirkan ke dunia." kata Pascal kembali mendekatkan tubuhnya pada Masayu dan mulai mencium.
==]P — CONTRACT[==
Masayu pikir jika ada batas untuk sejauh mana manusia bisa mengklaim kepemilikan atas pasangannya, ia dan Pascal jelas melewati batas-batas itu. Terutama Pascal karena sepertinya merasa kepemilikan atas fisik Masayu mulai tak cukup, pria itu jelas berusaha agar benak dan batin Masayu juga hanya berisi tentangnya. Masayu wajib khawatir, jika terus melemahkan diri, ia akan berakhir membutuhkan Pascal hanya untuk membuatnya bisa bernapas.
Itu adalah jenis cinta yang menakutkan dan Masayu berusaha menahan dirinya dari itu. Tapi bagi Pascal, seperti itulah cinta seharusnya. Sering kali, Masayu meyakinkan diri bahwa menyerah sepenuhnya terhadap Pascal adalah pilihan terbaik. Mengharapkan cintanya berbalas terasa muluk-muluk, seharusnya ia menghitung berkat dengan memiliki suami yang jelas melindungi, bertanggung jawab, terkadang baik dan manis. Pascal juga menginginkan anak darinya, itu berarti membangun hubungan jangka panjang.
"Jujur saja, melihatmu termenung selalu membuatku penasaran." kata Pascal saat mendapati Masayu duduk menekuk lutut di sofa panjang, hanya diam memandangi hidangan makan siang.
Sejak kemarin mereka benar-benar tak keluar suite, bahkan Masayu pikir baru kali inilah ia dan Pascal makan terbungkus pakaian utuh.
"Aku hanya bingung memilih makan apa." kata Masayu dan akhirnya mengambil mangkuk nasi, menuang setengah bagian untuknya dan satu bagian penuh ke piring Pascal. Setelah itu mendekatkan piring berisi bulgogi agar Pascal menuang sendiri, seberapa banyak, sementara Masayu mengambil mangkuk kecil dan membagi kimchi. Ada lima hidangan lain di trolly tersebut, dua jenis sup, sepiring besar potongan buah, sepiring puding aneka warna dan piring lain berisi potongan cake.
"Aku malas makan sup, rasanya terlalu tajam." komentar Pascal.
"Aku tahu, makanya nggak ambil." jawab Masayu lalu mulai makan.
Pascal selesai makan lebih dulu dan beranjak mengambil tas laptop, pria itu selalu bekerja sembari menunggu Masayu selesai makan dan sering kali mereka bekerja bersama sembari menyantap dessert. Ini adalah satu hal lain yang harus Masayu anggap sebagai berkat, karena Pascal jelas bukan pemalas. Mereka mungkin menghabiskan waktu dengan bercinta dan bersantai saat memulihkan diri, tapi setelah itu Pascal selalu fokus memastikan semua hal di Pasque Techno berjalan seperti seharusnya.
"Isaac mendapatkan NHS." kata Pascal sembari tersenyum menatap Masayu.
"Amazing." kata Masayu dan mengubah senyum Pascal menjadi tawa.
"Itu seharusnya kataku."
"Aku mewakilinya untukmu."
Pascal mendesah lega, "Aku yakin ini hari baik." katanya lalu merangkul Masayu untuk menunjukkan kontrak eksklusif yang dikirimkan Isaac.
"Kau pasti tak sabar kembali ke Jakarta." ucap Masayu sembari mendongak, menatap Pascal.
Pascal menunduk dan mengecup bibir Masayu. "Tapi aku punya janji yang harus ditepati malam ini dan kita akan mengakhirinya dengan tidur nyenyak, berpelukan."
"Tapi penerbangan kita paling pagi besok."
"Aku mengubahnya, kita terbang siang."
Masayu mencoba tidak memprotes, memilih bertanya hal yang lebih penting, "Emm... sudah menelepon Mami hari ini?"
"Ya, sebelum keluar kamar tadi, Mami bilang dia menerima bunga dan kado dariku... padahal aku tak menyiapkan apapun." kata Pascal menatap istrinya sungguh-sungguh.
"Aku melihat balasan email dari Tiffany di ponselmu, bulan lalu kau meminta katalog produk terbaru dan aku melihat gelang zamrud yang sepertinya senada dengan setelan Mami untuk Indonesia Movie Awards bulan depan."
"Dan bunganya?"
"Sebuket Oleander dan Iris."
Pascal geleng kepala, "Amazing." gumamnya.
"Kau marah?" tanya Masayu saat Pascal kemudian hanya diam memandangnya.
"Tidak, aku biasanya memang memberi Mami hadiah, terima kasih." kata Pascal, sekali lagi mengecup bibir Masayu. "Wajah keduamu benar-benar Amazing."
"Apa itu?" tanya Masayu.
"Pepatah Jepang mengatakan bahwa ada tiga wajah yang kita miliki, satu yang kita tunjukkan pada dunia, dua yang kita tunjukkan pada orang terdekat dan yang ketiga adalah wajah aslimu."
"Oh... aku tahu pepatah itu."
"Ya, wajah pertamamu adalah Masayu si sekretaris kompeten, kau membuat seluruh dunia mengetahui itu, wajah keduamu adalah teman yang menyenangkan, cucu penyayang, istri idaman dan menantu yang baik, dan wajah ketigamu... kau menahan diri agar aku tak melihatnya."
"Apa yang kau harapkan tentang wajah ketigaku?" tanya Masayu.
"Wajah yang menjadikan aku sebagai dunianya." jawab Pascal membuat Masayu tersenyum.
"Yang terpenting bukan dunianya, tapi apa yang membuatmu tetap tinggal kemanapun kau pergi." kata Masayu dan mendapati Pascal sedikit terkesiap. "Mungkin kau berpikir bahwa mencintai berarti membiarkanku dikuasai, tapi seharusnya kau mengerti bahwa meskipun aku bebas, keberadaanmu tidak akan terganti dan kau selalu menjadi tempatku kembali."
"Apakah kau membaca buku-buku Iris selama di rumah?" tanya Pascal
Masayu tahu itu adalah cara Pascal menghindar, "Kami memang membaca bersama, mengobrol juga dan penilaian Iris tentang cinta ada benarnya, satu sisi agak tidak realistis melihatnya dan Zhao bisa begitu bahagia, begitu mudah bersyukur dan menerima."
"Karena partnernya adalah Zhao."
Masayu menggeleng, "Karena partnernya membalas cintanya, dengan sama besar, dengan kesungguhan dan kebesaran hati."
Kalimat itu membuat Pascal terdiam beberapa saat, "Well... hanya ada satu Zhao di dunia dan aku bersyukur setiap hari karena Iris mendapatkannya."
"Apa kau melakukan itu saat mendapatkanku?" tanya Masayu dan raut wajah Pascal semakin tampak datar, pembicaraan ini membuat pria itu tak nyaman. Apapun yang melibatkan keterbukaan perasaan dan pikiran, selalu membuat Pascal menghindar.
Masayu menggenggam tangan Pascal yang terkulai di atas laptop. "Aku berusaha melakukannya, bersyukur dan menghitung berkatku karena mendapatkanmu..."
"Good." ucap Pascal singkat.
"Dan mungkin, di masa depanpun, meski perasaanmu tidak berubah, aku akan tetap bersyukur mencintaimu." ucap Masayu berusaha tidak menangis saat Pascal memilih melepaskan diri dan beranjak membawa laptopnya ke kamar.
==]P — CONTRACT[==
Apa-apaan itu tadi, seru Pascal dalam hati sembali meletakkan laptopnya di meja. Ia memilih duduk di sofa bench depan tempat tidur. Masayu selalu melakukan itu, membuka perasaan.
"Sialan." gumam Pascal kemudian mengepalkan tangannya.
Pascal menghela napas panjang, mengembuskannya perlahan, mencoba mengembalikan pikirannya sejernih mungkin. Masayu mungkin hanya mencoba untuk membalasnya, menempatkan perempuan itu di kamar ini pasti cukup menyiksa. Pascal sendiri memilih suite ini karena benar-benar menyukainya, ia selalu menginap di sini setiap kali berkunjung. Keberadaan Masayu hanya membuat kesukaannya terhadap suite ini bertambah.
Itulah kenapa jarak diperlukan, agar hubungan fisik tidak berlanjut mempengaruhi perasaan. Ucapan Masayu tentang menghitung berkat tadi ada benarnya, istrinya wajib bersyukur karena Pascal memilihnya, menikahinya, bahkan bersikap begitu setia hingga detik ini. Pascal mungkin menyakiti Masayu beberapa kali, mereka saling melakukannya, tapi di tempat tidur Pascal yakin sepenuhnya memberi Masayu perhatian, kasih dan pemujaan. Yang tidak ia lakukan hanya balas mencintai, atau membuka perasaan agar Masayu menjangkau hatinya.
Pintu kamar terbuka dan Masayu tersenyum, mengangkat piring berisi dua slice tiramisu cake. "Aku ingat kemarin kau menanyakan ini pada pelayan, mereka memberi kita tiga slice." kata Masayu lalu berjalan mendekat. "Aku sudah makan yang satu."
"Oh..." Pascal mengangguk dan mengambil piring tersebut.
"Dan aku kira ini saat yang tepat membukanya." kata Masayu beralih ke lemari es, mengeluarkan sampanye mereka. "Maafkan aku, jika tadi membuatmu tak nyaman, seharusnya kita menikmati semua ini bersama-sama dan berhenti menciptakan situasi yang hanya untuk mendapatkan kepentingan diri sendiri."
Pascal tersenyum, inilah kenapa ia menyukai perempuan cerdas. "Kemarilah, aku akan membukanya untukmu."
Masayu menyerahkan botol sampanye dingin itu pada Pascal, mengambilkan pembuka dan dua gelas untuk mereka. "Kau ahli membuka banyak hal." ucap Masayu saat suaminya begitu cekatan membuka segel dan penyumbat.
Pascal menuang setengah gelas untuk Masayu dan dirinya. "Membuka kancing bajumu tetap menjadi favoritku." kata Pascal lalu mendentingkan gelasnya pada gelas Masayu.
"Penuhi gelasku dan aku akan membuka kancingku sendiri untukmu." ucap Masayu sembari berkedip. Pascal sejenak menyipitkan mata tapi dengan senang hati menambahkan sampanye.
Masayu tertawa lalu perlahan menyesap cairan manis, asam dan sedikit pahit tersebut. Pascal ikut minum dan meletakkan gelasnya begitu Masayu membuktikan ucapan.
==]P — CONTRACT[==
Masayu membawa salah satu gaun malam yang dihadiahkan Iris padanya, gaun malam dengan kombinasi renda dan organdi yang berkilau. Masayu melengkapi penampilannya dengan sepatu hak tinggi berwarna perak. Ia berdandan, menggerai rambut hitamnya, mengenakan kalung berlian mas kawinnya dan gelang emas putih yang dihadiahkan Byakta, gelang tersebut berukir nama Pascal, diapit dengan batu mulia sewarna bunga oleander di musim semi.
Pascal baru keluar dari kamar mandi dan langsung terpukau, "Wow, aku jadi ingin membatalkan reservasi dan—"
"Kita sepakat tentang memenuhi permintaanku." kata Masayu sembari tersenyum. "Aku sudah menyiapkan pakaianmu, buat aku terpukau juga, Mr. Pasque..."
"Aku tinggal melepas handuk untuk membuatmu terpukau." kata Pascal yakin.
Masayu tertawa, "Aku yakin itu, tapi kali ini lakukan dengan tubuhmu terbungkus pakaian." katanya dan berjalan ke pintu. "Aku menunggumu, dua puluh menit pasti cukup."
"Baiklah, semakin cepat makan malam, semakin cepat aku mendapatkan keinginanku lagi."
"Siapa yang tahu soal itu?" goda Masayu dan tertawa saat keluar dari kamar.
Tapi Pascal hanya butuh lima belas menit untuk berpakaian, mengenakan sepatu dan keluar untuk membuat Masayu terpukau. Pria itu bahkan tak perlu repot-repot menyisir rambut.
"Pasti karena punya darah Inggris, makanya semua hal terlihat bagus untukmu." kata Masayu saat mendekat dan merapikan rambut Pascal dengan jarinya.
Pascal tertawa, "Lucky me."
"Lucky me." ralat Masayu dan menggandeng lengan Pascal keluar suite.
Karena restaurant hotel ini memang mewah, Pascal membuat reservasi, sengaja mengosongkan satu area yang memiliki pemandangan Seoul pada malam hari. Pascal yakin ia akan membuat Masayu lebih terpesona lagi. Mereka disambut pelayan ramah yang langsung mengantar ke meja.
Pascal mendapati genggaman Masayu di lengannya menguat dan saat pelayan membuka pintu kaca ganda menuju area reservasi, Pascal menyadari alasannya. Ada orangtuanya di dalam.
"Aku juga ingin memberi Papi dan Mami hadiah pernikahan, please..." ucap Masayu saat sadar Pascal mulai memelankan langkahnya.
"Seharusnya aku memang berhati-hati dengan permintaanmu, bukan begitu?" balas Pascal dingin, memaksa agar tangan Masayu melepas lengannya.
[ to be continued ]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top