24. GET CAUGHT

Pascal terbangun karena bunyi alarm, tapi alih-alih segera beralih mematikan alarm itu, ia bertahan di tempatnya berbaring. Sebelah lengannya terangkat ke dahi, mencoba menghalau rasa pening karena otaknya mulai berpikir banyak hal. Terutama, perlawanan yang Masayu tunjukkan padanya. Jelas perempuan itu bisa mengamati banyak hal selama tinggal di rumahnya dan bukan berarti Pascal ingin menutupi situasi dalam keluarganya, ia hanya tak ingin Masayu ikut campur.

Setelah satu menit, alarm mulai mati dan saat itulah Pascal memutuskan bangun, ia mematikan alarm lanjutannya. Jam digital menunjukkan puluh sepuluh dan ia belum pernah bangun sesiang ini, bahkan saat akhir pekan. Itu karena ia melewatkan dini harinya dengan pertarungan menarik di tempat tidur. Melangkah ke kamar mandi, Pascal langsung melihat bayangan dirinya sendiri melalui kaca wastafel.

Pascal menyentuh bekas-bekas yang Masayu tinggalkan di leher, dada, dan bahunya. Istrinya cukup memberi perlawanan berarti, meski kurangnya pengalaman yang kemudian membuat Masayu harus pasrah dikuasai. Pascal menyeringai, masih terlalu cepat seratus tahun jika Masayu berpikir, perempuan itu bisa mengendalikannya di tempat tidur.

"Aku bersama pria yang kuinginkan, aku memeluk pria yang kucintai... tapi aku tak bahagia."

Itu adalah kalimat yang semalam Masayu ucapkan, yang kemudian membuat istrinya mengungkapkan perasaan terdalamnya. Seharusnya, Pascal senang mendengar itu... seharusnya, Pascal sudah mulai merasakan kemenangan, karena jelas Masayu mulai melangkah memasuki sangkar perasaan yang diciptakannya.

...aku berharap kau bisa bahagia.

Pascal ingat betapa rapuh Masayu saat mengungkapkan itu, nyaris terasa seperti ketulusan. Melangkah menuju bilik pancuran, Pascal menyalakan air dan mandi, menjernihkan pikiran. Masayu masih mengenakan gaun rumahan saat Pascal keluar dari kamar mandi, di atas tempat tidur juga disiapkan celana jeans dan kaos, bukan setelan kerja.

"Aku tidak ke kantor?" tanya Pascal

"Ada badai di Jepang dan semua penerbangan dibatalkan, jadi pertemuan dengan Farm. Research Independent harus ditunda, lalu sisa jadwalmu adalah meeting bersama tim creative memeriksa iklan terbaru blood donor chair yang Natasha inginkan dan semalam kau sudah menyetujuinya."

Pascal berpakaian sembari mendengarkan, "Jadi menurutmu aku tak perlu meeting?"

"Kau perlu meeting dan aku mengatur meeting makan siang bersama Natasha di OR Ristorante."

"Meeting makan siang?"

Masayu mengangguk, restaurant itu ada di Plaza Mall, "Ya, dan sementara kau meeting makan siang, aku ingin berbelanja."

Masayu belum pernah berbelanja selama menjadi istri Pascal, memikirkan itu membuat Pascal akhirnya mengangguk-angguk. "Baiklah, tapi aku akan tetap bekerja pagi ini, aku perlu menelepon FRI dan memeriksa emailku."

"Sure, akan kubawakan sarapanmu ke ruang kerja." kata Masayu lalu kembali ke pintu.

"Masayu." panggil Pascal saat tangan Masayu baru menyentuh handel.

Masayu menoleh, menatap bertanya saat Pascal mendekatinya, menangkup wajah lalu menunduk untuk mencium. Seperti mencecap gula kapas, ciuman itu terasa lembut dan manis. Masayu juga dipeluk sejenak sebelum akhirnya dilepaskan.

Pascal tersenyum, "Aku hanya ingin melakukannya."

"Oh..." Masayu mengangguk-angguk dan berbalik untuk membuka pintu.

"Kau wajib lega karena aku belum bosan melakukannya."

Ucapan itu membuat tangan Masayu sejenak menggantung di atas handel, saat kembali menatap Pascal, ada kekuatan yang berusaha Masayu kumpulkan. "Hmm... harus diakui, kau memang murah hati."

Usai mengucapkan kalimat itu dengan dingin, Masayu segera membuka pintu dan keluar. Pascal yakin ia kembali mematahkan hati istrinya. Pascal menghela napas, mengingat wajah istrinya sebelum keluar tadi. "Itulah mengapa aku tak ingin mencintai, kau melibatkan hal paling rapuh dalam dirimu, hanya untuk perasaan yang sia-sia..."

==]P — CONTRACT[==

Pascal memeriksa pembaruan kontrak sekaligus skema penawaran yang Natasha susun. Ada tiga klien utama mereka di Seoul dan dua klien baru yang harus mereka dapatkan. Penawaran yang Natasha susun memang lebih bagus dari Rafael, Natasha juga berhati-hati memperbarui kontrak kerja sama dengan tiga klien utama mereka. Dengan semua berkas ini, Pascal yakin Natasha akan mengamankan pencapaian tahunannya.

"Aku yakin semuanya akan berjalan lancar." kata Pascal mengembalikan berkas di tangannya.

Natasha menerima berkas tersebut lalu merapikannya dalam map tebal, memasukkannya dalam paper bag seukuran map tersebut. "Tentu saja harus berjalan lancar, saat kau datang, kita tinggal berjalan-jalan merayakan keberhasilan itu."

"Ada istriku bersamaku." kata Pascal dan menghilangkan senyum Natasha.

Sejenak lawan bicara Pascal itu terdiam lalu mengangguk, "Aku akan senang mengenalnya."

"Mungkin, tapi istriku masih ingin identitasnya dirahasiakan."

"Itu sangat tidak masuk akal."

Pascal tahu itu, "Akupun tak menyukai gagasannya, tapi itu yang ia inginkan."

"Gosipnya semakin menjadi-jadi di kantor, kau tahu?"

"Ya, beberapa bahkan yakin kau istriku."

Natasha bersidekap, "Kau serius dengan pernikahan semacam ini?"

"Hmm... lumayan, istriku menyenangkan." jawab Pascal sembari tersenyum.

"Tak pernah terbayangkan, pria sepertimu menikah." kata Natasha menatap cincin kawin di jari Pascal. "Bolehkah aku bertaruh? jika aku menang, kau harus kembali padaku."

"Bertaruh tentang apa?" tanya Pascal

"Tahun depan, tidak... bahkan sebelum itu, kau akan kembali lajang."

Pascal tertawa kecil, "Interesting."

Natasha ikut tertawa, "Karena tak ada yang lebih mengenalmu dibandingkan aku, Pasque."

Kalimat itu membuat Pascal berhenti tertawa, Natasha memang bersamanya saat Pascal mulai bersikap brengsek, mereka juga tetap berkomunikasi meski tak berpacaran, mereka bekerja bersama, kadang minum bersama terutama saat pernikahan Natasha bermasalah. Pascal juga masih membiarkan jika Natasha mencari perhatian atau memeluknya.

"Kau salah, Nat..." ucap Pascal meraih gelas dan menandaskan sisa minumannya. "Tak ada yang lebih mengenalku dibanding diriku sendiri."

==]P — CONTRACT[==

Masayu sedang memilih sweater saat tiba-tiba merasakan pelukan dari belakang. Ia terkejut tapi mengenali lengan-lengan yang mendekapnya.

"Kata Edwin, kau hanya membeli sepatu boots, mantel, dan sekarang sweater." kata Pascal.

"Karena Seoul musim dingin." kata Masayu lalu menepuk lengan suaminya agar melepaskan.

"Karena itu kita hanya akan menghabiskan waktu di hotel." kata Pascal melepas Masayu.

Masayu mengangkat sebuah mantel berwarna putih, beralih menatap kaca. "Itukan maumu."

"Dan itu melibatkanmu."

Masayu justru berjalan ke arah pelayan, menyerahkan sweater yang akan dibelinya, setelah itu Masayu beralih ke deretan rok. Pascal memperhatikan bahwa Masayu selalu memilih setelan dengan warna-warna netral, jarang sekali memilih warna mencolok.

"Pakai ini dan ini." kata Pascal mengulurkan rok pendek.

Masayu memperhatikan pilihan Pascal, "Membuat pahaku beku tidak akan menguntungkanmu."

Pascal tertawa, "Ada pemanas di pesawat dan mobil jemputan, bahkan jika semua itu belum cukup, aku bisa diandalkan untuk menghangatkanmu."

"Apakah seleramu memang perempuan yang terlihat lebih muda?"

"Kau seleraku, dan aku suka kau terlihat seperti yang kuinginkan."

Masayu menatap Pascal, "Yah, kalau itu memang keinginanmu..." katanya mengambil rok yang Pascal ulurkan. Selanjutnya Masayu beralih ke area pakaian untuk pria, memilih beberapa sweater dan celana untuk Pascal.

"Biasanya perempuan memilihkan warna hitam, biru tua, atau abu-abu." kata Pascal saat Masayu meletakkan sweater warna putih, maroon, dan mantel coklat muda.

"Kau tampan mengenakan warna putih."

"Aku juga tampan dengan warna hitam."

Masayu mengangguk, "Memang, tapi kelihatan tua, seperti sugar daddy."

Istilah itu membuat Pascal tertawa, mengulurkan tangan untuk menahan pinggang Masayu.

"Ada sekitar lima belas orang pegawai dan sepuluh pengunjung yang mungkin memperhatikan." gumam Masayu saat Pascal mendekatkan wajah.

"Sayang sekali, akupun tidak bermesraan di tempat umum." kata Pascal meski nyaris melanggarnya, ia melepaskan Masayu yang melangkah ke kasir untuk menunggu pengepakan.

Pascal tidak yakin kapan tepatnya Natasha mengikutinya tapi kini perempuan itu ada di sebelah Masayu, sama-sama menunggu pengepakan dan pembayaran. Masayu tak telihat gugup sama sekali, justru tersenyum menyapa Natasha.

"Sejujurnya, aku agak terkejut dengan pemandangan ini." kata Natasha.

"Aku yakin itu." kata Masayu lalu mengulurkan kartu pembayarannya.

"Ini jelas akan menjadi berita yang mengejutkan semua orang."

"Sayang sekali, padahal aku yakin kau senang dengan rumor tentangmu dan Pascal."

Natasha menyipitkan mata, "Emm... semua rumor memiliki sejarah dibaliknya."

"Ya, pasti sulit untuk melupakan sejarah semacam itu." kata Masayu lalu menerima tas-tas belanjaan yang diulurkan pelayan.

"Tadinya aku benar-benar khawatir bahwa sainganku tak terjangkau, tapi ternyata ini melegakan." kata Natasha mengulurkan kartu pembayarannya dan menoleh pada Pascal. "Aku yakin, aku akan memenangkan taruhan kita."

Pascal geleng kepala dan mendekat untuk merangkul Masayu. "Siang, Nat." katanya lalu membawa Masayu keluar dari butik terkenal itu.

Masayu memilih diam sepanjang perjalanan pulang, saat sampai rumah pun, langsung sibuk membuka belanjaan bersama Iris. Bungsu keluarga Pasque itu memberi saran-saran fashion yang layak didengarkan dan Pascal membiarkan dua perempuan itu di kamarnya.

Satu jam sebelum makan malam, Pascal kembali ke kamar dan mendapati Masayu sendiri, terdengar bertelepon dengan Lulu, membahas laporan tahunan yang hingga kemarin masih juga revisi. Masayu mengakhiri telepon itu dengan alasan ketidak hadirannya selama beberapa hari.

"Itu alasan yang bagus." kata Pascal saat Masayu meletakkan ponselnya.

Masayu tadi beralasan ditugaskan Pascal ke luar kota, teman-temannya jelas mengira itu ada hubungannya dengan Pasque Seeding Centre dan bukannya Seoul.

"Aku tahu." kata Masayu sembari bergeser saat Pascal duduk di sampingnya.

"Tapi mungkin saja Nat mengatakan apa yang diketahuinya hari ini."

Masayu menggeleng, "Itu akan menyakiti harga dirinya, dia tak mungkin mengatakan apapun."

"Benarkah?"

"Natasha pasti sangat menginginkanmu."

Pascal meringis, "Dan dia terlihat gigih bukan?"

"Kaulah yang lebih terganggu dengannya dan bukan aku." kata Masayu membuat Pascal menarik sebelah alisnya. "Kau tipe yang berhenti tertarik setelah mendapatkan dan melihatmu terus menjaga sikap, aku yakin kau tak tertarik lagi dengannya."

Itu benar, Pascal mengangguk. "Tapi sepertinya kau pengecualian atas keadaan itu, aku tak berhenti tertarik meski telah mendapatkanmu."

Masayu tersenyum, mendekatkan wajah dan sekilas mencium bibir Pascal. "Aku ingin mengatakan alasannya, tapi aku tahu kau tak akan mempercayainya." ucapnya lalu menatap Pascal dan beralih mencium sekilas di dagu. "But maybe... someday..."

Pascal malas menebak-nebak, karena itu ia merespon dengan hal yang jelas ia inginkan, balas mencium Masayu.

[ to be continued ]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top