"Padahal acaranya sudah pagi tapi tetap saja kembali sore hari." keluh Pascal saat menggandeng Masayu ke pintu apartemen. Menekan kode pintu dan langsung masuk.
Masayu mengatur napas, ia harus tenang. "Aku akan melepas hiasan kepalaku dan kita perlu mandi, jadi—"
"Jadi aku akan membantumu melepaskan semua itu dan sejujunya, mandi bersama juga bukan ide yang buruk." sela Pascal tersenyum-senyum menggandeng Masayu ke kamar.
Oke! ikuti permainan ini dan manfaatkan satu-satunya kesempatan. Masayu membiarkan saat Pascal mendudukkannya di kursi meja rias, ia tahu ada hal berbeda di kamar Pascal, ia melihat kursi bacanya ada di sebelah tempat tidur, berikut dengan ottomannya.
"Kursiku?" Masayu menatap bertanya dari kaca.
"Sejak aku melihatnya, aku terus membayangkan duduk di sana, kau di pangkuanku dan bayangan itu terlalu menggiurkan untuk diabaikan." kata Pascal menundukkan kepala, mencium rambut Masayu. "Vanilla... very sweet."
"Aku merasa seperti akan terkena serangan panik."
Pascal tertawa, "Tidak... tidak... nah kita lepaskan ini sekarang."
Jemari tangan Pascal begitu cekatan melepas jepit-jepit penahan, lalu meletakkan tiara bertabur zamrud di meja. Kepala Masayu langsung terasa ringan, tiara itu adalah beban pertama yang harus ia tanggung untuk menjadi Pasque. Lalu Pascal menarik korsase yang menahan gelungan rambut Masayu, membuatnya jatuh dan mengikal.
"Amazing." ucap Pascal membawa segenggam rambut ke hidungnya.
"Tentang tubuhku, aku paling suka tungkaiku, dan bukannya rambut." aku Masayu.
Pascal geleng kepala, "Rambutmu sempurna, aku kesal tak bisa melihat seperti apa dia saat tersebar di bantalku pada pagi hari itu."
Argh! "Apakah kita akan selalu kembali ke sana? kejadian tiga tahun lalu?"
"Ya dan kau tahu? aku tak meminum setetespun alkohol sepanjang hari ini, aku akan memastikan semua hal seperti yang kuinginkan, saat memilikimu." kata Pascal beralih melepas kalung Masayu. Itu merupakan kalung berlian ibu Masayu dulu dan mas kawin pernikahan.
Napas Masayu tercekat saat Pascal mulai menarik turun restleting gaunnya. "Biarkan aku berdiri." katanya dan Pascal mundur, membari tempat.
Masayu menyibak rambutnya, meletakkannya di pundak. Ia menelan ludah saat restleting ditarik hingga ujung tulang belakangnya. Pascal menariknya dan gaun itu meluncur jatuh, menyisakan Masayu setengah telanjang dengan celana dalam, stoking sutra berwarna putih dan sepatu hak tinggi berhias bordir bunga oleander.
"Amazing..." Pascal memegangi saat Masayu menanggalkan sepatu hak tingginya.
"Aku baru tahu Oleander adalah nama bunga." kata Masayu, itu nama tengah Pascal.
"Asoka, Iris, Oleander, kami sekumpulan bunga." kata Pascal tidak melepas tatapannya dari dada, perut rata, lekuk pinggang dan Pascal memberi nilai seratus saat tangannya menangkup ke belakang. Masayu menajamkan mata, satu tangan Pascal meremas pelan.
"Pascal..." ucap Masayu, tercekat.
"Aku tak sabar mendengarmu lebih banyak menyebut namaku." gumam Pascal lalu Masayu berjinjit menciumnya. Karena melepas sepatu hak tingginya, Pascal mendekap Masayu, mengangkatnya dari lantai untuk menyeimbangkan tinggi badan mereka.
Pascal menjauhkan wajahnya, membuat Masayu menatapnya bingung. "Aku tidak menyangka, kau mau bergerak duluan menciumku."
"Haruskah aku membantumu melepas pakaian juga?"
"Memang tidak seharusnya hanya salah satu dari kita yang telanjang."
Pascal menurunkan Masayu tapi dadanya berdebar saat jari-jari lembut menyentuh simpul dasi dan kancing manset. Pascal menahan tangan Masayu, "Aku akan melepaskan pakaianku sendiri."
"Hmm..." Masayu mengerjapkan mata lalu tersenyum, "Aku akan memeriksa kamar mandi, ada sauna di sana."
Pascal mengangguk, "Tapi hawanya sudah cukup panas untuk kita, jadi—"
"Jadi aku akan ke sana dan kau bisa menyusulku." kata Masayu, berjinjit mengecup dagu Pascal dan berkedip genit saat beranjak ke kamar mandi.
Begitu lepas dari pandangan Pascal, Masayu bergegas mengambil map plastik dari lemari handuk, membawanya masuk ke ruang sauna. Ia buru-buru melepas stoking, membalut diri sendiri dengan handuk, segera menuang aroma terapi dan duduk, bertingkah serileks mungkin.
Masayu ingin menampar diri sendiri saat melihat Pascal menyusulnya, pria itu telanjang. Masayu mengalihkan tatapan, "Haruskah kau langsung bertingkah seperti manusia gua?"
Pascal tertawa, "Akhirnya aku merasa yakin bahwa kau Masayu." kata Pascal lalu mendekat. "Dan harusnya kau tahu, manusia modern melepas semua pakaian sebelum mandi."
"Tapi ini kali pertama aku melihat pria telanjang dan... dan..." Masayu mencoba tak menjerit saat Pascal sudah merangkulnya. "Kau harus memberiku waktu untuk terbiasa."
"Karena aku pria pertamamu." kata Pascal, jelas selama ini menunggu agar Masayu mengakuiya. Masayu mendongak, menatapnya lembut dan mendekatkan bibirnya.
"Kau benar, karena itu berbaik hatilah." pintanya sebelum kembali berciuman.
Pascal jelas tak puas dengan ciuman, mulai menarik lepas handuk Masayu, merapatkan pinggang perempuan itu pada tubuhnya. Pascal melepas ciumannya, beralih ke pipi, dan telinga. Masayu bisa pening dan ia belum boleh kehilangan kewarasannya sekarang. Masayu merangkum wajah Pascal, ganti mencium pipi dan hidung pria itu, menggigit main-main di bagian dagu.
"Seksi jawline milikku..." gumam Masayu, itu jelas membuat Pascal kesenangan.
Jemari Pascal naik-turun di sepanjang tulang punggung Masayu. "Tak seharusnya kita berlama-lama di sini."
This time. Masayu menegakkan tubuh, "Kau benar... ah, aku punya bath bomb hadiah dari Iris, akan kuambil sebentar, aroma vanilla dan oleander, jangan kemana-mana..."
Pascal menyeringai, "Aku tak sabar menikmatinya."
Masayu mengangguk dan beranjak keluar dari bilik sauna, tapi Pascal mendengar bunyi ceklik yang tidak seharusnya didengar. Ia buru-buru berjalan ke pintu kaca. Masayu sedang menghela napas, memandangnya dengan raut permintaan maaf. Ada kunci manual di tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Pascal segera beranjak menyapukan jemarinya ke pintu. Seharusnya pintu itu langsung terbuka tapi setelah berkali-kali melakukannya pintu kaca ini tetap tak bergeming. Sangat sialan! kunci manual itu jelas mematikan sensor sidik jari.
Masayu berdeham-deham, mengambil kimono handuk dan memakainya. "Maafkan aku."
"Keluarkan aku dari sini." kata Pascal.
"Setelah menandatanganinya, aku akan mengeluarkanmu." kata Masayu menunjuk sesuatu di belakang Pascal, meja tempat handuk biasa diletakkan.
Ada map plastik di sana, Pascal mengambilnya, membukanya dan menemukan surat kontak kerja. Masayu ingin tetap bekerja, kontrak itu memuat aturan bahwa hubungan kerja hanya berakhir saat Masayu sendiri yang menginginkannya. "Kau bercanda?"
"Aku bersungguh-sungguh." Masayu bersidekap, mengangkat dagunya. "Tanda tangani itu."
"Tidak akan dan kuyakinkan kau, begitu keluar dari ruangan keparat ini, aku akan—"
"Kau benci hawa panas dan lima menit akan cukup membuatmu merasa pengap di sana."
"Kau!"
Masayu berbalik, lalu melepas kimono handuknya, sengaja dengan gerakan provokatif melepaskan celana dalam. Saat melirik dari bahu, Masayu tahu Pascal tak akan sabar lagi. Masayu mengambil bath bomb hadiah dari Iris, ia menyalakan air di bathup dan setengah memenuhinya, begitu bath bomb dijatuhkan gelembung merah muda dan keunguan langsung tercipta. Wangi vanilla dan kesegaran bunga memenuhi ruangan.
Masayu mengambil shower, sengaja mengarahkan ke bagian dada dan perutnya. Pascal memperhatikan itu dan meninju pintu kaca. Memunculkan getaran yang membuat Masayu sedikit terkesiap. Ia nyaris panik Pascal menghancurkan pintu kaca itu, tapi ia yakin situasi ini ada dalam kendalinya.
"Tanda tangani itu dan bergabunglah denganku." kata Masayu dan beralih memasuki bathup.
==]P — CONTRACT[==
Tak bisa kupercaya, geram Pascal dalam hati.
Ia mengenyahkan kontrak itu jauh-jauh dari tangannya. Pascal sudah cukup merasa terhina karena Masayu menempatkan diri dalam bayang-bayang. Pernikahan tanpa publikasi sudah sangat mengesalkan. Ia tak ingin Masayu kembali bekerja untuknya, bertingkah seperti orang lain, bertingkah mereka sekadar atasan dan bawahan, bertingkah tak ada apapun yang terjadi.
Pemecatan itu akan membuat Masayu bertahan di rumah ini, mulai bergantung padanya dan hanya hidup untuk menuruti semua keinginan Pascal. Sialan!
"Bekerja membuatku tetap menjadi Masayu Djezar, aku ingin itu." kata Masayu dari bathup, perempuan itu menolehnya, menopangkan kepala di pinggirannya. "Aku bisa terikat padamu dalam segala hal, tapi aku menolak ditawan dan hanya menjadi pajangan."
"Percayalah, kau bukan sekadar pajangan, aku jelas akan sering menggunakanmu."
"Pilihan kata yang buruk."
Pascal meninju pintu kaca sekali lagi, Masayu dengan senyum sialannya, kini menegakkan tubuh dan membelai dada lembutnya. Mengucurkan buih air merah muda keunguan diantara sela tubuhnya itu. Pascal bahkan tak terpengaruh melihat film porno, tapi yang satu ini benar-benar membuatnya merasa sakit.
Pascal menghela napas, ia harus tenang, hawa panas dan pertunjukan istrinya sudah cukup membakar emosi. Ia harus bisa berpikir, menunda sebanyak mungkin waktu.
"Aku tak akan menandatanganinya dan aku akan bertahan di sini hingga orang-orang menyadari aku menghilang, mereka akan mengecek—"
Masayu tertawa, "Aku istrimu dan kita baru menikah, aku bisa membuat alasan pada orangtuamu, aku bahkan merasa cukup dekat dengan Iris sehingga ia akan mempercayaiku."
Itu masuk akal, "Jadi, rencananya kau akan mengurungku di sini?"
"Itu hanya rencana awal." kata Masayu lalu bangun dan keluar dari bathup, tubuhnya tampak berkilau. Masayu berjalan ke kabinet di dekat wastafel, saat kembali, menunjukkan sebuah tabung obat yang membuat Pascal segera mendekat ke pintu, memastikan.
"Apa yang kau rencanakan?" tanya Pascal, mulai panik.
"Pengontrol hormon untuk menghalangi kehamilan, berapa kalipun ejakulasi, hormonku akan mengatasinya walau jadwal menstruasiku masih lama... dan cukup satu kali meminumnya."
"Kau pasti bercanda, kita akan langsung berusaha membuatmu hamil."
"Aku kira, waktu itu kau sakit hati." kata Masayu membuat Pascal menajamkan tatapannya. "Tiga tahun lalu saat aku meminum plan B setelah berhubungan denganmu, seakan aku menolak benihmu untuk—"
"Diam! tutup mulutmu, atau menyesal setelah aku keluar dari tempat ini."
Masayu tersenyum, "Aku akan memberimu waktu, aku berencana meminumnya besok pagi."
"Kau hanya berusaha mengancamku." kata Pascal, ia tak akan kalah dalam permainannya sendiri. Ia tak akan pernah kalah dari seorang perempuan, dari istrinya.
"Tentu saja aku berusaha mengancammu... aku langsung berpikir banyak hal sejak menanda tangani kontrak itu, kau berniat menguasai hidupku!"
"Dan aku memberimu banyak hal sebagai gantinya."
"Bukan hal yang kuinginkan untuk menukar hidupku."
Pascal menghela napas, "Buang benda terkutuk di tanganmu dan keluarkan aku, kau mau bekerja? oke kita bicarakan jangka waktunya, kita bisa—"
"Aku cukup merengek pada Iris atau Pak Byakta jika itu yang kuinginkan." sela Masayu lalu menatap Pascal lekat. "Aku, setidaknya harus punya satu hal yang akan kebal dari kuasamu, dan kontrak itu adalah jawabannya."
"Kau tidak bisa bekerja selamanya di Pasque Techno."
"Aku yakin aku pekerja yang baik, aku akan membantumu."
"Aku ingin kau berada di rumah, segera hamil, melahirkan dan merawat anak."
Masayu mencium tabung obatnya. "Kesempatanmu untuk segera menghamiliku menjadi nol saat aku meminumnya, butuh dua kali menstruasi sampai hormonku normal kembali."
Pascal memijit keningnya, "Kau tak boleh bekerja jika hamil."
"Aku bisa tetap bekerja, hingga ukuran perutku tak memungkinkan disembunyikan."
"Kau tidak akan menyembunyikan anakku juga."
"Aku sudah membuat alasan yang bagus untuk itu, aku akan menggunakan cerita masa kecilmu yang penuh dengan perhatian, tuntutan dan—"
Pascal menggebrak pintu dengan penuh tenaga, Masayu terkesiap kaget. Ia pasti menyentuh bagian rawan dalam diri suaminya. Masayu menghela napas, tersenyum lembut.
"Tanda tangani itu dan kau bisa keluar, memikirkan cara mengatasi rencanaku." kata Masayu.
Pascal hanya memandang datar, sejujurnya tatapan itu membuat Masayu gugup. Ia yakin dirinya cukup kuat berhadapan dengan Pascal, tapi jelas ada sosok yang belum ia kenal dari pria itu. Masayu menelan ludahnya, menyelipkan rambut basahnya di belakang telinga.
"Aku akan memberimu kesempatan untuk berpikir." kata Masayu lalu keluar dari kamar mandi.
==]P — CONTRACT[==
Masayu jelas mengenalnya.
Itu adalah hal yang langsung Pascal sadari saat istrinya meninggalkan kamar mandi. Pascal tidak menyangka perempuan itu menempatkannya di sini, pada malam pengantin mereka. Sialan!
Aku kira, waktu itu kau sakit hati.
Pascal mengepalkan tinjunya, ia jelas akan membalas Masayu karena berani melawannya dengan mengungkit itu. Pascal mengambil handuk untuk menutupi dirinya, lalu duduk dan berpikir. Percaya diri berlebihan memang membawa masalah, dan Masayu memanfaatkan itu dengan langsung menandatangani kontraknya. Perempuan itu bergerak cepat mengurus semuanya, berusaha mencari celah agar lepas dari jerat yang Pascal ikat.
Interesting, gumam Pascal.
Ia menikahi perempuan yang tidak hanya menggairahkan tapi juga penuh tantangan untuk ditundukkan. Pascal menyentuh alis kanannya, menggerakkan jari tengahnya mengelus perlahan. Menyusun rencana untuk melemahkan Masayu dan mendadak ia tertawa, perempuan itu entah bagaimana mencintainya. Menutup kemenangan dari permainan ini dengan tusukan sakit hati di wajah Masayu pasti akan sangat menyenangkan.
Tidak sulit berpura-pura menjadi suami yang baik, Pascal menyeringai, ia juga akan tetap menempatkan Masayu dalam sangar, tak peduli jika harus perlahan-lahan menggiringnya. Perempuan itu akan berakhir menjalani hidup dengan terus menantikannya pulang. Pascal bersandar membayangkan wajah percaya diri Masayu perlahan-lahan berganti dengan wajah sedih, kesepian dan baru tersenyum saat melihatnya.
Pascal menjangkau kontrak yang Masayu buat, ia membaca setiap pasalnya dengan hati-hati. Begitu menyelesaikannya, Pascal tak bisa mengabaikan fakta bahwa istrinya memang akan memperoleh sedikit kebebasan dengan ini. Pascal menghela napas lalu menggoreskan tanda tangannya. Ia akan membiarkan Masayu memiliki ini, sementara itu, ia akan bersiap memiliki perempuan itu sepenuhnya.
Masayu memasuki kamar mandi kembali, kali ini sudah mengenakan piama tidur. Ada masker di wajahnya, Masayu mencuci wajah dan menggosok gigi. Pascal menunjukkan kontrak itu, Masayu mendekat ke pintu kaca, mengangguk-angguk.
"Kau harus gugup sekarang." kata Pascal
Masayu menunjuk sela di bawah pintu kaca, "Selipkan di sana."
"What?" tanya Pascal.
"Aku harus mengamankannya sebelum mengeluarkanmu, memastikan bagian HRD menerima itu, juga pengacara memiliki salinannya, sehingga aku tak perlu khawatir kau akan bertingkah."
Holy shit! Pascal menyukai perempuan cerdas, tapi yang satu ini benar-benar...
Masayu tersenyum, menunjuk kembali sela di bawah pintu kaca. "Aku tahu kau sudah tak tahan... selipkan itu dan tunggu lima belas menit lagi."
"Kau benar-benar membuat masalah, Istriku." kata Pascal tapi segera membungkuk menyelipkannya. Masayu segera menarik, membuka dan memeriksanya sembari keluar.
==]P — CONTRACT[==
Masayu memasuki ruang kerja Pascal, menscan dokumen itu, mengirimkannya ke email HRD dan email pengacara. Lalu kembali ke kamar untuk membuka brangkas pribadinya di ruang ganti, Masayu menjejalkan kontrak itu di bawah kotak-kotak perhiasan.
"Tarik napas, Masayu." ia mengingatkan pada diri sendiri.
Sekarang ia harus menghadapi Pascal, itu cukup mengerikan karena ia jelas membuat suaminya kesal. Masayu menoleh ke kaca di meja rias, ia menghela napas, merapikan dirinya. Ia melepaskan jepit rambut dan menyisirnya agar terlihat rapi.
Pascal bersidekap saat Masayu kembali, ia segera mengambil kunci pipih membuka pintu kaca sauna. Masayu mundur saat Pascal melangkah keluar, tangan pria itu terulur dan membuatnya begitu saja memejamkan mata, Tuhan!
Tangan itu ternyata melewati kepala Masayu, membuka kabinet di wastafel, mengambil tabung obat yang tadi Masayu simpan di sana. Langsung membawanya ke closet, membuka tutupnya, menuang seluruh isinya dan mencampakkan tabungnya di tempat sampah. Masayu mengerjapkan mata, ia terlalu paranoid.
"Keluar dari sini." kata Pascal lirih.
"Ya?" tanya Masayu, Pascal tak mungkin melepaskannya.
Pascal menoleh, "Aku mau mandi, kau sebaiknya sudah berada di tempat tidur saat aku selesai."
"Oh! a... sebelumnya, tentang apa yang kukatakan tadi, aku pasti keterlaluan memprovokasimu dan aku minta ma—"
"Aku tak memaafkanmu, karena suatu saat aku akan membalasmu dan merasa senang dengan itu." sela Pascal lalu mengulurkan tangan, mendongakkan dagu Masayu, "Kau pasti merasa bangga karena aku menginginkanmu, tapi ketahuilah... aku tidak ragu membuang benda yang dulunya kesayanganku, saat sudah bosan."
"Benda..." ulang Masayu lirih.
"Mainan?" ralat Pascal dengan seringai yang membuat Masayu langsung melepaskan diri. Masayu kembali ke kamar dan langsung menyingkap selimut, berbaring di atasnya, berusaha menenangkan diri. Pascal hanya membalasnya dan Masayu yang lebih dulu menyerang.
Pascal keluar dari kamar mandi dua puluh menit kemudian, langsung berlalu ke ruang ganti. Lima menit kemudian, Masayu menyadari Pascal beranjak keluar kamar. Masayu menghitung dalam hati tapi setelah lebih dari tiga puluh menit, Pascal tak kembali.
Masayu segera bangun dan beranjak memeriksa kamar tamu , yang ternyata tak tersentuh, lalu ia berlari ke dapur. Pascal ada di kursi makan dengan botol kaca kosong dan cairan kekuningan di gelas yang tinggal setengah. Pascal mengangkat gelas itu saat menatap Masayu, meminumnya lambat-lambat.
"Kau pasti bertanya-tanya, kenapa aku di sini padahal memintamu berada di tempat tidur."
Masayu menatap botol kaca itu, "Kau mabuk."
"Aku masih cukup sadar." kata Pascal menandaskan isi gelasnya. "Aku menyukai pertunjukanmu di kamar mandi tadi, Mrs. Pasque."
Pipi Masayu merona, ia berdeham. "Kita harus tidur, kepalamu bisa pusing besok pagi."
"Hmm... bantu aku." kata Pascal dan Masayu segera mendekat.
Ini bukan kali pertama ia memapah Pascal tapi rasanya benar-benar berat, ia nyaris ikut oleng kemudian terkesiap saat wajah Pascal mendarat di kepalanya, mencium-cium rambutnya.
"Wangimu lebih memabukkan dari alkoholku." gumam Pascal.
Masayu menelan ludah, membawa mereka ke kamar tanpa menabrak perabotan atau menjatuhkan pajangan. Pascal langsung beranjak ke sisi tempat tidurnya, Masayu menarik selimut, menyelimutinya.
"Kemari." kata Pascal menepuk bagian kosong di sampingnya.
Masayu berbaring disana, Pascal menariknya dalam pelukan. Masayu bisa mencium napas mint dan rasa alkohol yang manis, itu pasti salah satu koleksi termahal Pascal.
"Cantik, seksi, cerdas, berani... kau punya hal-hal yang membuatku tertarik." kata Pascal menciumi pipi Masayu. "Aku sedikit mengabaikan kecerdasanmu, tapi tadi adalah kali terakhir aku melakukan itu... kau bisa merayakan kemenangan kecilmu."
"Kenapa kau tak segera menyentuhku saja, lalu—"
"Aku sedang menghukummu." sela Pascal terkekeh-kekeh di telinga Masayu. "Suatu saat nanti, kau akan sangat menginginkanku, seperti aku tadi di ruang sauna itu dan aku akan mengabaikanmu... rasa sakitnya akan sepuluh kali lipat dari ini."
Masayu bahkan tak berani membayangkannya. "Aku tak bisa menyerah dengan diriku."
Pascal mengangguk-angguk, "Aku mengerti, Sayang... aku mengerti." katanya sembari mengeratkan pelukan dan dalam beberapa menit keheningan, Pascal tertidur.
Setelah memastikan Pascal terlelap, Masayu merawat punggung tangan suaminya, jelas saat memukul pintu kaca tadi mengerahkan kekuatan. Buku-buku tangannya sedikit memar.
Diam-diam Masayu menangis, ia benci mendapatkan keinginannya dengan cara menyakiti, tapi pria ini benar-benar tak memberinya kesempatan untuk menjangkau hatinya.
"Kau tidak mengerti..."isak Masayu saat kembali berbaring dan Pascal langsung memeluknya.
[ to be continued ]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top