Chapter 5 - That's What You Get
Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers. And I don't own the songs that I use as prompt, they're belongs to Paramore.
Prompt: That's What You Get belong to Paramore
Author's notes: Contain spoiler from Inuyasha's anime episode #99 Kouga and Sesshoumaru Dangerous Encounter.
*Kiku adalah sebutan untuk bunga Chrysanthemum di Jepang.
~.
~.
~.
Semua barang penting sudah masuk lagi ke dalam tas kuning besar Kagome. Karena beberapa youkai yang menyusahkan, mereka baru bisa melepas lelah dan mengisi perut ketika bayangan matahari telah menjadi lebih panjang dari benda aslinya. Waktu makan siang mereka yang sangat terlambat telah berakhir saat Kagome bertanya pada Inuyasha dengan canggung. "Dimana Rin?"
Dengan suara pelan, tidak seperti biasanya, hanyou itu menjawab tanpa memandang wajah Kagome, "Mereka masih di tepi sungai. Kita berjalan lebih dulu, mereka akan menyusul."
Kagome mengangguk, lalu mulai mendorong sepedanya. Ketiadaan tawa gadis kecil yang riang itu membuat Kagome tenggelam dalam pikiran. Hatinya masih pedih setiap kali mengingat kejadian yang dilihatnya kemarin siang. Inuyasha dan Kikyo, terlihat sedang melakukan percakapan serius sebelum mereka berpelukan. Lantaran tak kuat menahan hati yang sesak, kemarin ia segera berpaling dan pergi. Sejak itu pula Inuyasha tidak bisa menatap wajahnya.
Ingin sekali Kagome mencurahkan isi hatinya dan menuntut laki-laki itu untuk memilih, tapi ia tidak bisa. Ia pun merasa tidak ingin menambah beban pikiran teman hanyou-nya itu. Lagipula, Kagome sadar akan janjinya dulu. Kata-kata yang ia ucapkan dengan kesungguhan hati itu takkan ia lupakan. Ia ingin Inuyasha bahagia, ia ingin sahabatnya itu lebih banyak tertawa, walau ia tidak tahu dengan pasti apa yang dapat dia lakukan untuk Inuyasha, tapi ia akan selalu berada di sisinya.
Tak hanya dahulu, hingga kinipun ia masih memegang janjinya. Ia masih ingin melihat laki-laki yang telah banyak mengalami kejadian pahit sedari kecil itu merasakan kebahagiaan, walau ia tidak berani berharap bahwa kebahagiaan itu bersamanya. Kagome tahu diri, ia yang kedua muncul di hidup Inuyasha, dia sangat mengerti akan ikatan antara Inuyasha dan Kikyou. Meski begitu, hatinya tak pula dapat berbohong bahwa ia masih mengharapkan sebuah keajaiban terjadi dalam hidupnya.
Keajaiban yang Kagome tunggu itu terdengar sangat tak mungkin--walau di dalam hidupnya yang penuh hal luar biasa terjadi di setiap langkah kaki yang ia jejakkan di kulit terluar bumi. Contohnya seperti saat ini, sebuah pusaran angin disertai desingan yang sangat cepat tiba-tiba berhenti disampingnya. Inti dan pembuat pusaran angin itu adalah Kouga, pemimpin muda ookami youkai yang memiliki dua pecahan Shikon no tama di masing-masing lututnya.
"Mengapa kau berkeliaran disini anjing kampung?" Tanya Kouga dengan nada merendahkan pada Inuyasha.
Inu Hanyou dan ookami itu berhadapan dengan bahasa tubuh yang jauh dari kata bersahabat. "Itu yang ingin kutanyakan padamu serigala kurus," sahut Inuyasha dengan kasar.
"Mengapa aku selalu bertemu denganmu saat aku mencari Naraku," gerutu Kouga.
Baru saja Inuyasha hendak menjawab, siluman serigala itu sudah lari ke arah Kagome. "Maaf Kagome," Kouga meraih tangan gadis itu ke dalam genggamannya. "Aku belum bisa menemukan lokasi persembunyian Naraku. Lain kali, aku akan membawa kepalanya untukmu."
Kagome hanya tersenyum canggung menanggapi perkataan Kouga yang terlalu penuh percaya diri.
"Diam kau, Serigala Bodoh! Akulah yang akan membunuh Naraku," potong Inuyasha dengan jengkel.
Dua anak buah kepercayaan Kouga yang setia pun muncul. "Hei, Kouga!" Panggil mereka bersamaan. Kedua tangan Hakkaku dan Ginta berada di lutut, tubuh mereka membungkuk dengan nafas yang masih terengah-engah.
Kouga menatap mereka sebelum bertanya, "Apakah kalian menemukan makanan?"
Pertanyaan itu dijawab dengan gelengan kepala dan raut wajah penuh penyesalan. Kouga yang kecewa memarahi kedua anak buahnya. Mendengar itu, Inuyasha turut campur, ia mengancam sang ookami agar tidak menyerang desa manusia lagi. Kouga yang tak terima mengelak bahwa ia memang tidak lagi menyerang para manusia dan malah menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa ia akan mudah menangkap satu atau dua babi hutan dengan cepat. Inuyasha merasa tertantang dengan pernyataan Kouga, alhasil, perkelahian mulut antara keduanya pun kembali terulang. Keadaan hutan yang tenang menjadi riuh dengan kelantangan suara sang hanyou dan youkai yang sama-sama keras kepala.
Karena prihatin dengan Kouga yang tidak dapat menemukan makanan dan terlebih lagi karena kekhawatirannya pada para penduduk desa sekitar bila saja Kouga tidak dapat menahan rasa laparnya,Kagome menyerahkan satu bungkus keripik kentang terakhir yang ia miliki kepada sang pemimpin suku serigala itu. Tidak terima salah satu makanan ninja yang ia sukai jatuh ke tangan sang rival, Inuyasha berusaha merebut kantong keripik itu dari tangan Kouga. Dengan cepat, perdebatan itu berubah menjadi pertarungan tangan kosong, keduanya berusaha melayangkan tendangan dan tonjokan pada satu sama lain.
"Seperti Inuyasha, Kouga melakukan apa yang Kagome ingin dengar," komentar Miroku kepada Sango, yang hanya dapat menonton tingkah kekanak-kanakan kedua pria itu.
"Kouga tidak ingin Kagome membencinya," sahut Sango mengiyakan pernyataan Miroku yang sebelumnya.
Shippou yang bergelayut di pundak sang biksu hanya menganggukan kepala.
"OSUWARI!"
Hantaman keras di tanah terdengar.
Inuyasha mengangkat sedikit kepalanya lalu bergumam dengan penuh sarkasme, "Terima kasih banyak, Pengkhianat!"
Sang siluman serigala mengangkat bungkus makanan ringan itu ke udara sesaat. "Aku terima makanan ini sebagai tanda cintamu padaku, Kagome." Kouga memasang seringai kemenangan di wajahnya.
Kagome tertawa setengah hati. "Jangan terlalu dipikirkan."
Kouga melambaikan tangannya. "Ja, Kagome." Sedetik kemudian, pria itu sudah menghilang di telan pusaran angin diikuti dengan Hakkaku dan Ginta yang terus meneriakkan namanya.
Sango berkata dengan nada lega yang disertai helaan nafas, "akhirnya selesai."
~.
Sesshoumaru duduk di tepi sungai ketika Rin dan Jaken berusaha menangkap ikan. Rin memang ingin menangkap ikan untuk makan dan sangat suka bermain air, tapi bukan hanya karena alasan itulah sang Daiyoukai memisahkan diri dari Inuyasha untuk sesaat, tapi lebih untuk menenangkan diri dari badai kecil di dalam pikirannya. Dia yang penuh pemikiran dan pertimbangan dalam menghadapi segala hal kini merasa bimbang. Kebimbangannya itu tentang apakah bijaksana untuk terus bergabung dengan rombongan Inuyasha dalam mengejar Naraku?
Tidak ada setitik keraguan di dalam dirinya bahwa ia akan mampu menemukan dan mengalahkan hanyou laba-laba licik itu sendirian. Sesshoumaru bergabung dengan adik tirinya hanya karena kebutuhan Rin sebagai manusia yang butuh bersosialisasi.
Tak seperti sikap dinginnya yang terlihat, Sesshoumaru sangat peduli pada Rin. Memperlihatkan rasa sayangnya pada gadis kecil itu secara terang-terangan akan jauh bertentangan dengan sifatnya, sangat sulit. Sama sukarnya bagi Sesshoumaru 'tuk mengakui bahwa ia mulai 'peduli' pada gadis manusia yang aneh itu.
'Pemikiran yang bodoh!' Umpat Sesshoumaru saat wajah Kagome terlintas di benaknya.
Rin dan Jaken siap melanjutkan perjalanan setelah matahari mulai tenggelam di tepi langit. Dengan kedua perut pengikutnya yang terisi penuh, anak tertua Ino no Taisho itu melanjutkan perburuannya. Belum lama berselang mereka berjalan muncullah dua ookami berwujud manusia di hadapannya.
"Beri jalan!" Perintahnya dingin.
Hakkaku dan Ginta gemetar dipenuhi rasa takut, keduanya tahu bahwa yang ada di hadapan mereka adalah Sesshoumaru. Dari ciri-ciri yang pernah mereka dengar dahulu dari Kagome tentang kakak tiri Inuyasha itu mereka tahu, tidak akan ada hal baik yang akan terjadi bila Kouga bertemu dengannya. Kepercayaan diri pemimpin mereka yang terlalu tinggi dan Sesshoumaru yang tak kenal ampun hanya akan memunculkan petaka bagi Ginta dan Hakkaku.
Sesshoumaru meneliti keduanya, mereka sangat lemah, hampir tidak tercium aliran youki yang menandakan kekuatan siluman dari mereka. Satu ookami yang muncul di atas bukit dengan berkacak pinggang memiliki youki yang lebih kuat, tapi tetap tidak dapat dibandingkan dengan miliknya.
Berbeda dengan Hakkaku dan Ginta, Kouga tidak mengetahui siapa youkai yang ada di hadapannya karena saat Hakkaku dan Ginta bertanya tentang keluarga Inuyasha, Kouga sama sekali tidak tertarik. "Siapa kau?" tanya pria bermata biru itu dengan lantang, kemudian ia melompat untuk bergabung dengan kedua bawahannya.
Hidung sang pemimpin serigala itu mengendus sekilas sebelum mengernyit jijik lalu berucap, "ya ampun, baumu persis seperti bau anjing kampung itu!"
Sesshoumaru tetap terdiam di tempat, mengamati sang pendatang bermulut besar sebelum mengambil keputusan akan tindakan selanjutnya. Ketenangannya tak bertahan lama tatkala pemilik Tenseiga itu dapat mencium ketakutan yang teramat sangat dari tubuh gadis kecilnya. Dengan sudut matanya ia melihat Rin yang duduk diatas pelana Ah-Un mengerut, dia menggigil ketakutan.
Mata sang inu youkai memicing, ia tahu ookami itulah yang ditakuti oleh Rin-nya. Bau serigala saat ia menemukan Rin tergeletak tak bernyawa di tengah hutan sama dengan bau yang dibawa oleh mereka sama. Potongan puzzle telah sempurna di otak pria itu, merekalah yang telah menyerang Rin saat itu. Tak pelak lagi, kemarahan mulai terbangun di dalam diri Sesshoumaru.
Hakkaku dan Ginta berbicara pada Kouga dengan panik secara bergantian disaat yang sama dengan apa yang Sesshoumaru sadari. Mereka ingat bahwa gadis kecil itu adalah salah satu korban saat gerombolan mereka menyerang sebuah desa manusia untuk mencari pecahan bola empat arwah yang dicuri oleh pembangkang yang ada di dalam kawanan mereka.
"Jangan menghalanginya Kouga!" Bujuk Hakkaku.
"Dia itu kakak Inuyasha," pinta Ginta.
Mendengar itu, Kouga tersenyum sinis, hidungnya kembang-kempis sebelum mengendus. "Kakak Inuyasha? Jadi dia bukan hanyou?" Kouga dapat merasakan ancaman dari tatapan menusuk Sesshoumaru. "Hah, kenapa? Terganggu dengan kata-kataku?" Tantang serigala itu.
"Mundurlah Rin!" Titah Sesshoumaru, Jaken menarik Ah-Un agar mereka mundur dan menghindar dari pertarungan yang akan terjadi.
"Semuanya berakhir sekarang," Hakkaku dan Ginta berpelukan karena gentar.
Sesshoumaru berjalan maju, semakin mendekati serigala bernyali besar tapi berkekuatan kecil itu. Saat jarak mereka kian dekat, bau yang familiar menyusup dari balik bau memuakkan yang ookami itu miliki. Wangi yang berbeda itu memenuhi indera penciuman Sesshoumaru. Bau harum itu adalah wangi khas Kagome. Ia tidak mungkin salah, bau yang diciumnya dapat dengan mudah dipilah dengan baik. Kedua aroma itu sangat berbeda, bagai siang dan malam.
'Bagaimana mungkin aroma khas gadis aneh itu ada padanya?'
Teriakan sesosok oni yang muncul dari kegelapan hutan yang mengarah kepadanya mengalihkan perhatian mereka. "SERAHKAN PECAHAN SHIKON NO TAMA PADAKU!"
Secepat kilat, Tokijin tercabut dari obinya dan menebas oni itu tanpa ampun menjadi dua bagian sebelum lenyap tak berbekas. Sesshoumaru mendarat dengan anggun ditanah, belum sedetik kakinya menyentuh tanah sebuah geraman garang disertai dengan ancaman keras terdengar beberapa meter di belakangnya, dan itu berarti di tempat Rin berada!
"AKAN KUMAKAN KAU MANUSIAAA!" Mononoke lipan dengan mata merah yang berkilat lapar dan mulut yang terbuka lebar muncul begitu saja dan hendak melahap Rin yang menjerit ketakutan. Jaken yang berada tak jauh dari gadis kecil itu hanya terkesima di tempat dan tidak dapat melakukan apa-apa. Sesshoumaru membalikkan badan, melompat secepat kilat untuk menyelamatkan gadis kecilnya. Tapi, gerakannya kalah cepat oleh Kouga yang memakai pecahan Shikon no tama.
"BERISIK!" Teriak Kouga dengan lantang sambil menendang siluman lemah itu hingga tak lagi dapat bergerak.
"Gangguan yang tidak perlu." Tokijin telah kembali tersangkut di pinggang Sesshoumaru.
Kouga berjalan melewati Sesshoumaru, tanpa memandang ke arah sang inu youkai, ia berkata, "begitupun bagiku."
Keduanya berpapasan begitu saja, tidak ada pertempuran yang mengucurkan darah, bahkan tidak ada tatapan tajam yang penuh dengan aura membunuh dari keduanya.
Hakaku terkesima. "Hah!?"
Ginta tak percaya. "Apa?!"
Sang pemimpin Ookami itu merangkul anak buahnya. "Mari kita pergi kawan, ayolah!" Ajaknya meninggalkan Sesshoumaru.
Jaken memberanikan diri untuk membuka mulut, "Apakah anda yakin Sesshoumaru-sama? Serigala-serigala milik youkai bernama Kouga itulah yang telah menyerang Rin dulu."
Sesshoumaru masih menatap jalur tempat Kouga menghilang dari pandangan. "Jika ia mencoba hal yang sama maka aku akan membunuhnya tapi, satu yang aku incar saat ini adalah Naraku. Aku tidak ingin terlibat dalam pertempuran yang tidak perlu," kata Sesshoumaru dengan santai.
Apa yang Sesshoumaru katakan adalah kejujuran namun, tidak hanya itu yang ada di pikirannya. Ia tahu ookami itu menyimpan sesuatu di balik pelindung tubuhnya, sesuatu yang dibungkus oleh bahan yang menimbulkan bunyi setiap kali dipegang, sesuatu itu adalah makanan yang terbungkus bahan yang licin dan mengkilat. Dan makanan seperti itu hanya dibawa oleh Kagome, makanan yang disebut Rin sebagai makanan ninja, dan karena sebab itulah bau sang gadis terendus dari tubuh ookami itu. Lagi-lagi, sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban terbersit di benak Sesshoumaru, sebuah pertanyaan yang membuat Sesshoumaru memutuskan untuk tetap bergabung dengan rombongan Inuyasha.
~.
Keesokan paginya...
Kagome menghirup dalam-dalam udara pagi yang segar. "Pagi yang indah, ya kan, Rin-chan?" tanyanya pada Rin yang duduk di punggung Ah-Un tak jauh di belakangnya, yang ditanya mengiyakan dengan mengangguk semangat sambil tersenyum lebar.
Rin sudah bergabung kembali dengan rombongan Inuyasha sejak malam. Kecuali Sesshoumaru, mereka semua menginap di salah satu rumah penduduk setelah Miroku melakukan pengusiran roh jahat pada sore harinya. Kali ini pengusiran roh jahat itu benar adanya sehingga membuat Sango dan Kagome bisa tidur nyenyak tanpa merasa bersalah pada sang pemilik rumah.
Hidung Inuyasha mencium sesuatu. "Bau yang mengerikan datang?!" Suaranya tidak mengesankan ada bahaya yang datang melainkan kejengkelan.
Kewaspadaan Sesshoumaru yang saat itu berdiri sejajar dengan Inuyasha meningkat sebelum kembali reda dengan cepat. Itu pun karena ketakutan Rin sudah tidak tercium lagi seperti kemarin.
Pusaran angin yang menjadi tanda kedatangan Kouga hanya terlihat sedetik sebelum kemunculan sosoknya. "Yo!" Sapanya.
Gadis penjelajah waktu itu berkata sambil tersenyum kecil, "Selamat pagi," balas Kagome dengan ramah.
Inuyasha memperkecil jarak, kini ia berdiri di kiri Kagome dengan bahu yang saling menempel. Disaat yang bersamaan, Kouga mengangkat tangan kanannya yang menggenggam seikat bunga kuning.
"Ah, cantiknya..." Puji Kagome dengan gembira.
"Sebagai ucapan terima kasih atas makanan kemarin," Kouga berkata dengan santai.
Kagome merentangkan tangan kirinya untuk menahan bahu sebelah kiri inu hanyou yang meradang.
Seperti biasa, Kouga berkata secara blak-blakan "Kurasa para gadis suka hal-hal seperti ini," terangnya dengan seringaian penuh percaya diri seorang pria sejati.
Tangan terkepal, Inuyasha menggeram kecil. "Ini tidak seperti dirimu, memberikan hadiah seperti ini," nada Inuyasha mencemooh tapi Kouga tak terpengaruh.
"Ja na," dengan itu sang pemimpin ookami pun pergi.
"OI!" Panggil Inuyasha walau ia tahu percuma karena Kouga sudah jauh pergi meninggalkan mereka.
Tanpa berkata maupun melirik, Sesshoumaru, Rin, Ah-Un, dan Jaken berjalan melewati mereka semua yang masih terdiam di tempat. Tak berselang lama, mereka semua kembali berjalan pelan dan Miroku membuka suara, "Kouga telah jauh berubah sejak pertama kali kita bertemu dengannya," pujian terdeteksi dari nada suaranya.
"Itu pasti karena pengaruhmu, Kagome-chan," timpal Sango.
"Benarkah?" Tanya Kagome heran, karena memang sejujurnya ia tidak merasa perubahan Kouga itu karena dirinya.
"Inuyasha harus berubah jauh lebih dewasa," celetuk Shippou yang bertengger di bahu Miroku.
"Benarkah?" Tersinggung, Inuyasha mendekati Shippou. "Siapa yang bocah dan harus dewasa hah? Katakan padaku!"
"KAGOME!" Teriak kitsune itu meminta pertolongan.
Lagi-lagi dimulailah pertengkaran antara keduanya. Shippou yang tidak dapat menahan kepolosan ucapannya sebagai anak kecil dan Inuyasha yang sedikit kekanak-kanakan adalah gabungan yang pas untuk membuat emosi Kagome meluap. Sekeras mungkin ia berusaha menahan diri untuk tidak menggunakan mantra_untuk yang kedua kalinya di hari ini_sebagai pelampiasan kekesalannya atas apa yang menyangkut Kikyou yang ia saksikan kemarin. Ia meraih Shippou, menempatkannya di keranjang sepeda bagian depan, dan berjalan cepat meninggalkan Inuyasha bersama yang lainnya di belakang.
Setelah beberapa menit berjalan amarahnya mulai mereda. Rin yang kini sejajar dengannya bertanya, "Apakah bunga itu tercium harum, Kagome nee-chan?" Mata Rin tertuju pada bunga pemberian Kouga yang Kagome letakkan di keranjang samping Shippou. Walau masih kecil, Rin adalah gadis pintar dan pemberani, traumanya hampir sepenuhnya luruh setelah melihat Kouga berusaha menyelamatkannya dari youkai yang ingin memakannya tadi malam.
Kagome mengangguk kecil sebelum menyerahkan seikat bunga yang menjadi bunga nasional Jepang di eranya kepada bocah itu. "Tentu saja, karena wanginya, di tempatku tinggal kelopak bunga ini dimasukkan ke dalam teh agar lebih harum dan nikmat." Kagome senang kini Rin memanggilnya dengan suffix 'nee-chan' bukannya 'sama' seperti di awal-awal perjalanan.
Gadis kecil itu meraihnya lalu mendekatkan bunga-bunga itu ke indera penciumannya, matanya terpejam tatkala menghirup wangi khas bunga Chrysanthemum.
"Kiku ini simbol dari kesetiaan, optimisme, kebahagiaan, dan panjang umur," lanjut Kagome menerangkan.
Shippou yang tidak tertarik dengan pembicaraan mereka hanya menatap ke depan dengan mata sedikit mengantuk, sedangkan Rin menyimak penjelasan Kagome dengan wajah serius.
"Bagaimana wanginya menurutmu, Rin-chan?" Gadis bersurai hitam pekat itu bertanya balik.
"Aku menyukainya," komentar Rin riang sebelum kembali membenamkan wajah di kelopak kiku.
"Harumnya menenangkan bukan?" Kagome tersenyum saat melihat Rin tersenyum. Rin dan Shippou adalah pengalih perhatian dari sedih yang mati-matian ditekan olehnya.
Rin menatap mata Kagome dengan keantusiasan khas anak kecil. "Hai," Rin mengangguk. "Sesshoumaru-sama, coba lihat bunga yang Kagome nee-chan terima."
Lewat sudut mata Sesshoumaru memandang Rin sebelum ia merespons dengan sebuah, "hnn."
"Selain harumnya, bunga ini juga sangat cantik," gumam Rin pada diri sendiri.
Jaken yang selalu menganggap ketertarikan Rin pada bunga sebagai hal yang konyol berkata pedas, "Itu hanya bunga liar yang dengan mudah kau dapatkan dimana saja Rin."
"Ini berbeda bila kau mendapatkannya dari seorang laki-laki Jaken-sama," sergah Rin.
"Eh," Kagome sedikit terkejut, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Rin yang kecil sudah mulai mengerti tentang hal itu.
Lagi-lagi, perdebatan antara keduanya dimulai. Mereka bagaikan Shippou dan Inuyasha, bedanya Jaken masih menghargai nyawa, ia tidak berani menjentikkan jari untuk menyakiti Rin. Shippou yang tiba-tiba sangat bersemangat melompat dari sepeda Kagome ke atas pelana Ah-Un untuk duduk si samping Rin. Keadaan mulai tidak sebanding dengan Rin dibantu Shippou. Jaken mulai terpojok dan ia semakin tergagap saat Rin menuduhnya tidak pernah memberi bunga pada wanita, dan Shippou ikut menyeletuk bahwa Jaken tidak akan pernah memiliki pendamping karena kepribadiannya lebih kecil dari tubuhnya.
Jarak Sesshoumaru dan yang lain semakin terbentang tapi itu tidak mempengaruhi pendengarannya yang tajam, ia dapat mendengar setiap kata. Sikap tak peduli sekitar yang terpancar dari Sesshoumaru bertentangan dengan otaknya yang selalu aktif, akan selalu ada hal-hal yang dipikirkannya. Dan yang kini berkutat di kepalanya adalah apa yang baru saja ia saksikan dan ia dengar, dengan itu separuh pertanyaannya telah terjawab. Seikat bunga yang dipegang Rin adalah tanda terima kasih atas makanan yang mencegahnya menghapus keberadaan youkai congkak kemarin.
Ookami bermulut besar itu adalah sekutu bagi mereka. Meski sikap tidak bersahabat ditunjukkan oleh Inuyasha pada Kouga mereka tetaplah sekutu. Sangatlah wajar bagi para inu memiliki sifat protektif pada wanita yang ada dalam kawanan. Selebihnya, mereka memiliki hubungan yang baik, saling bertukar informasi demi mengalahkan musuh yang sama, Naraku.
Kedua sudut alis Sesshoumaru sedikit berkerut, selama lima ratus tahun hidupnya baru kali ini ia melihatnya secara langsung. Persekutuan yang sangat tidak umum bagi inu dan ookami. Keduanya memang berasal dari leluhur yang sama namun, karena itu pulalah mereka terjerat dalam rivalitas abadi. Akan selalu ada hal yang dibandingkan diantara keduanya, akan selalu ada salah satu yang merasa superior dibanding yang lainnya.
Sulit bagi Sesshoumaru untuk dapat mempercayainya, baik Inuyasha maupun Kouga bersedia bergabung dalam satu bentuk persekutuan hanya karena seorang gadis manusia yang lemah seperti Kagome? Namun, bukankah ia pun bertindak seperti itu, mengampuni nyawa youkai yang bertanggung jawab atas kematian Rin hanya karena rasa penasaran akan hubungan Kouga dan miko aneh itu?
Menyedihkan, benak Sesshoumaru. Dan yang paling menyedihkan dari semuanya adalah ia, seorang Sesshoumaru, Daiyoukai yang selalu yakin akan suatu hal kini meragu. Mengapa kedatangan seorang youkai serigala lemah menganggunya, mengapa sikap protektif Inuyasha membuatnya iritasi? Apa yang sebenarnya ia rasakan?
'Kemarahan? Sangat diragukan.'
'Kegugupan? Tidak mungkin.'
'Kecemburuan? Itu adalah kata yang tak dikenal.'
'Ketidakpastian? Mungkin...'
Belasan menit berlalu tanpa ada tanda-tanda redanya perseteruan sengit antara Shippou, Rin, dan Jaken. Ketiganya tidak dihentikan oleh Kagome karena masih dalam batas wajar. Yang terjadi malah pertengkaran mulut mereka membuat Kagome mengikik kecil saat Jaken beberapa kali kehilangan kata-kata untuk membela diri. Tetapi tawa Kagome terhenti mendapati Sesshoumaru yang berjalan sendirian di depan. Ia mempercepat jalannya sambil menuntun sepedanya meninggalkan Shippou, Rin, dan Jaken yang menuntun Ah-Un di belakang.
Kagome berjalan lambat beberapa langkah di belakang kakak Inuyasha, dalam diam ia mengamati sikap damai pria dingin itu yang seakan tak bercela. Dulu ia bergidik melihat ketenangan Sesshoumaru, tentu saja karena pada saat itu inu youkai itu berusaha membunuhnya. Penampilannya yang bak aristokrat itu bagai kamuflase. Di dalam pertarungan, Sesshoumaru tak ubahnya pembunuh berdarah dingin yang sangat berbahaya.
Meski kini pandangan Kagome telah bergeser, ketenangan Sesshoumaru dalam berbagai situasi sedikit membuatnya kagum. Walau begitu, baginya Sesshoumaru tetaplah sosok yang misterius. Bagaimana tidak, beberapa kali ia mendengar pria itu berkata bahwa ia membenci manusia tapi ia menjadi wali Rin dan membuat Jaken merawat gadis itu dengan baik. Meski tidak ia tunjukkan secara terang-terangan, Kagome dapat melihat besarnya rasa sayang Sesshoumaru pada Rin.
Berulang kali pula Sesshoumaru berkata bahwa ia membenci Inuyasha, tidak mengakuinya sebagai adik, namun Sesshoumaru pernah muncul dan menghentikan perubahan Inuyasha yang sedang dikuasai oleh darah youkai-nya setelah melawan Gatenmaru. Tindakan Sesshoumaru itu seakan memang ia tujukan untuk menolong Inuyasha agar tidak membuat kerusakan lebih jauh lagi dan mati sia-sia sebagai mesin pembunuh.
Selain itu, hal besar yang merubah sudut pandang Kagome adalah tidak ada lagi usaha Sesshoumaru untuk merebut Tessaiga dari Inuyasha setelah ia mengetahui bahwa pedang itu juga menahan darah youkai Inuyasha menguasai tubuhnya.
Tak lupa juga perkataan Sesshoumaru beberapa kali yang mengatakan bahwa ia akan membunuh Inuyasha, tentu saja itu juga hal yang tidak dilakukannya dan Kagome yakin Sesshoumaru akan tidak sungguh-sungguh melakukan itu karena, tidak ada setitik keraguanpun di hati Kagome dan yang lainnya bahwa bila Sesshoumaru benar-benar ingin membunuh Inuyasha hal itu akan dengan mudah dilakukannya sejak dulu.
Mungkinkah Sesshoumaru hanya menutupi sisi lembutnya dengan sikap dan kata-katanya yang dingin dan terkesan tak berperasaan? Sama halnya seperti Inuyasha yang berusaha keras untuk menutupi kebaikan hatinya dengan sikap dan ucapan kasarnya? Dari apa yang ia lihat selama ini, Inuyasha dan Sesshoumaru memang jauh berbeda. Terlepas dari youkai dan hanyou, datarnya ekspresi Sesshoumaru dan meledak-ledaknya Inuyasha, mereka sama dalam satu hal: Seringkali kedua kakak-beradik itu berusaha untuk menyembunyikan sisi lembut mereka dibalik penampilan luar yang terlihat tangguh.
Berbagai spekulasi yang muncul dipikirannya tidak mengurangi rasa penasaran Kagome. Sosok Daiyoukai di hadapannya itu tetaplah teka-teki yang ingin ia pecahkan. Sebesar keinginan Kagome untuk mengetahui isi pikiran dan hati Sesshoumaru, sebesar itu pula ia merasa itu adalah hal yang mustahil. Sesshoumaru tidak mungkin mau berbicara dengannya, apalagi secara terbuka.
Dan semakin tak mungkin apabila mengingat pertarungan mereka yang menyebabkan Sesshoumaru kehilangan salah satu lengannya. Bagaimanapun juga, gadis bermata biru kelabu itu menyesal atas kejadian dahulu. Tidak peduli sikap dingin yang Sesshoumaru tampilkan mengenai hal itu, ia tetap merasa tidak enak hati karena telah ikut andil bagian. Kagome merasa sangat bersalah padanya.
Pikiran anak tertua Ino no Taisho terpecah, Sesshoumaru dapat merasakan dan mencium berbagai macam emosi yang sedang menggelayuti Kagome seiring perasaannya yang juga berubah-ubah. Ia menoleh dan mendapati gadis itu sedang menatap dirinya, lebih tepatnya bagian lengan kiri haori-nya yang kosong dengan pandangan... Kasihan?
Sesshoumaru merasa terganggu, sedikit marah dan heran. Tanpa menunggu lama ia berkata tegas, "Miko."
"Eh," Kagome tertarik paksa dari lamunannya.
"Hentikan!" Nadanya lebih dingin dari suhu terendah yang membekukan di musim dingin.
Matanya mengerjap beberapa kali. "A-apa yang kulakukan?" Tanya Kagome dengan polos.
"Dikasihani oleh manusia sama sekali tidak menyenangkan bagi Sesshoumaru ini."
"Gomen, aku sama sekali tidak bermaksud," nadanya penuh penyesalan karena telah memandang kekurangan Sesshoumaru di luar batas kesopanan. "Bagaimanapun juga aku... tetap merasa bersalah padamu..."
"Sesshoumaru ini tidak butuh penyesalan atau yang lainnya," suaranya datar, ia berhenti sejenak. "Apalagi darimu, manusia lemah yang selalu memancing bahaya. Kau cenderung suka menyakiti dirimu sendiri, Miko."
"Apa maksudmu?" Nada suara Kagome tak lagi lemah karena ia tersinggung oleh ucapan Sesshoumaru.
Tidak seperti biasanya, Sesshoumaru tidak dapat menahan diri. Kini ia mengeluarkan apa yang ada di pikirannya berdasarkan emosi yang terus menganggunya, tentang Inuyasha dan ookami youkai bernama Kouga. "Kau akan terus tersakiti, itulah yang kau terima bila terus mengundang perhatian para hanyou maupun youkai jantan untuk mendekatimu." Sesshoumaru terus berjalan.
"Aku tidak pernah..." Kata-kata Kagome terpotong, langkahnya terhenti, mulutnya terbuka saat ia sepenuhnya sadar maksud Sesshoumaru. "Mengundang?!" Ucapnya lantang.
Bagaimana mungkin pria apatis seperti Sesshoumaru berpikir seperti itu tentang dirinya? "Kau pikir aku... menggoda Inuyasha maupun Kouga?!" Tanyanya dengan nada tak percaya.
Kagome berlari agar sejajar dengan kakak tiri Inuyasha itu. Gadis itu sama sekali tidak terima semua perkataan yang Sesshoumaru tuduhkan tentang dirinya. "Kau salah, Sesshoumaru!" Ucapnya tajam.
Daiyoukai itu menolehkan sedikit kepalanya. "Kau berkata bahwa Sesshoumaru ini salah?" Suaranya masih terdengar tanpa setetespun emosi. Alis Sesshoumaru sedikit berkerut di tengah untuk sesaat ketika menatap Kagome yang meledak-ledak di sebelah kirinya.
"Aku akan mengatakannya lagi..." Wajah dan suara Kagome menantang. "Kau. Salah. Sesshoumaru!" Ia mengucapkan setiap kata dengan penuh penekanan.
Beberapa detik lamanya mereka terdiam sebelum Kagome kembali bersuara walau tak selantang sebelumnya. "Aku tidak seperti yang kau tuduhkan, hanya pertemanan tulus yang aku tawarkan. Aku mempercayai mereka, berkorban untuk mereka. Apa yang kau katakan sama sekali tidak masuk akal!" Kagome menggelengkan kepalanya kuat-kuat, matanya terpejam erat sejenak, kedua tangan Kagome terkepal di sisi tubuhnya.
'Suka menyakiti diri sendiri? Mungkinkah apa yang dikatakan Sesshoumaru benar?'
Bayangan tentang Kikyo dan Inuyasha terlintas, emosi getir yang sejak kemarin ditahannya mulai menyeruak saat ia mengucapkan kalimat berikutnya, "aku akan bahagia melihat mereka bahagia, tidak peduli bila pada akhirnya itu akan sedikit menyakitiku." Kepalanya tertunduk, poninya yang lebat menyembunyikan bola biru keabu-abuan itu.
Kagome tertawa pahit, menahan luapan perasaan, ia menatap wajah Sesshoumaru dengan tegar. "Tapi kurasa kau tidak akan pernah mengerti apa yang kumaksudkan, kau hanyalah youkai dingin yang tidak berperasaan!" Ucapnya sinis.
Kedua mata Sesshoumaru memicing, entah bagaimana ia merasa terganggu oleh kata-kata yang Kagome ucapkan. "Percayai apa yang ingin kau percayai, Miko." Dengan itu, Sesshoumaru melengos pergi, ia melanjutkan langkahnya dengan santai seperti sebelumnya meninggalkan Kagome yang masih terpaku di tempat.
Para manusia tidak dapat mendengar apa yang mereka katakan, Jaken sama sekali tidak peduli, Shippou tertegun.
Sedangkan Inuyasha? Ia mendengar setiap kata yang terucap dengan kesedihan dan putus asa dari mulut Kagome. Ia tak mampu untuk tidak membenci diri sendiri karena telah menyakiti orang yang telah membuatnya tersenyum, tertawa, dan memiliki teman. Inuyasha menghujat dirinya sendiri karena membuat air mata salah satu gadis yang dipedulikannya mengalir. Sang inu hanyou semakin dihujam risau, cemas, dan rasa bersalah yang terbungkus oleh rasa takut akan kehilangan.
~Tsuzuku~
For all reader, minna saiko arigatou.
https://youtu.be/1kz6hNDlEEg
Love this song^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top