Chapter 2 - Adore

Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers. And I don't own the songs that I use as prompt, they're belongs to Paramore.

Prompt : Adore by Paramore.

Dongeng The Little Mermaid (yg asli) milik Hans Christian Andersen.

.

.

.

Api unggun yang mereka buat bergoyang-goyang ditiup angin malam, Sango dan Miroku menyudahi percakapan mereka untuk bergegas tidur. Inuyasha bertengger dengan nyaman di pohon tepat di belakang Kagome, karena keberadaan kakak tirinyalah yang membuat ia dapat memasuki alam mimpi dengan tenang. Tak jauh dari rombongan itu terlelap, Jaken bergelung di punggung naga berkepala dua bernama Ah-Un. Sedangkan tuannya, Sesshoumaru, memutuskan untuk duduk di atas sebuah batu besar. Perhatiannya kepada langit malam teralihkan oleh wanita muda yang mulai mengambil hati gadis kecil yang sangat berharga baginya, Rin.

"Jauh di dasar laut biru yang sangat cantik dimana air sejenih kristal, sangat, sangat dalam, kastil-kastil bertumpuk menjadi satu yang tidak akan pernah mencapai permukaan. Disana terdapat kerajaan bawah laut yang memiliki taman-taman bunga yang amat indah. Dikisahkan hiduplah seorang Raja Laut yang memiliki enam orang putri yang amat cantik. Permaisuri sang raja telah tiada. Namun sang raja memiliki ibu yang amat bijaksana dan menyayangi keenam cucunya~" Nada suara Kagome yang mengalun saat berdongeng membuat cerita itu bagai nyata bagi kedua bocah yang tengah mendengarkan.

Belum sempat tiga paragraf dongeng itu di bacakan, kelopak mata Rin dan Shippou yang bergelung di dalam kasur lipat mulai menutup, namun ia terus membacakan cerita itu dengan suara yang merendah sebelum menghilang. Kagome tersenyum kecil, ia menutup buku dan mematikan senter kecil yang digunakannya untuk membaca ketika dengkuran lembut telah terdengar dari keduanya.

Buku yang berisi kumpulan dongeng-dongeng dari luar negeri itu dimasukannya ke dalam tas kuning besar miliknya, buku itu adalah salah satu barang wajib yang harus dibawanya setelah Rin bergabung dengan rombongannya. Dengan hati-hati, Kagome menyelipkan tubuhnya di dalam kasur agar tidak membangunkan dua anak kecil yang sudah terlalu banyak menanggung derita. Kagomepun segera terenggut oleh alam mimpi tak lama matanya terpejam.

Pandangan sang Daiyoukai bertumpu pada wajah damai Rin yang tidur dengan lelap, gadis kecil itu membalikkan tubuhnya lalu memeluk sang miko. Seakan mendapatkan kehangatan yang dicarinya, seulas senyum tipis mengembang di wajah gadis imut itu. Kini pikiran Sesshoumaru tertuju pada perempuan muda itu, hanya sedikit sekali wanita yang dapat membaca dan menulis, baik itu manusia maupun youkai. Semakin membumbung rasa penasaran yang dimilikinya terhadap gadis itu, semakin besar pula sifat protektif yang dimilikinya terhadap Rin.

~.

Hari telah berganti, keempat manusia, dua youkai kecil, seorang hanyou dan seorang Daiyoukai melanjutkan perjalanan saat gelegak matahari belum terasa panas saat menyentuh kulit. Sekarang mereka sedang berjalan di jalan setapak yang cukup besar, pohon Ek tinggi menjulang di kanan kiri mereka. Seperti biasa, Sesshoumaru berjalan sendiri di depan, dua puluh meter di belakangnya Inuyasha sedang menggerutu tentang perjalanan mereka yang kian lambat setiap harinya, Sango hanya tertawa saat Miroku menanggapi kata-kata Inuyasha dengan bijaksana tapi terkesan meledek.

Di belakang, houshi, taijiya, dan sang hanyou, Kagome menuntun sepedanya, Rin duduk di jok dan Shippou duduk di keranjang depan. Mereka bermain Jankenpo bergantian selagi berjalan, Kagome melawan Shippou sebelum melawan Rin, kemudian Shippou melawan Rin, begitu seterusnya. Permainan semakin menarik karena wajah yang kalah akan dicoret dengan bedak bayi yang dibawa Kagome sebagai hukumannya. Sedangkan Jaken yang terganggu dengan tawa riang ketiganya menyeret tali kekang Ah-Un dengan air muka yang terlihat bosan.

Setelah puluhan menit permainan berlangsung. "Aku menyerah." Tubuh Kagome membungkuk sambil tertawa geli. "Cukup, perutku sakit." Tidak mungkin ia tidak pernah menang sekalipun dari keduanya, sedangkan saat Rin melawan Shippou entah mengapa hasilnya selalu seri dan dia, kalah telak. Wajah Kagome hampir penuh oleh coretan bedak, dalam hati ia bersyukur membawa bedak bayi tabur untuk permainan itu, bukannya menggunakan tinta seperti yang lazimnya dipakai di zaman itu.

"Kau tidak bisa menyerah dan melarikan diri dari hukuman begitu saja Kagome!" Tukas Shippou, ia menekan ujung jari telunjuk di telapak tangan kirinya yang berisi bedak lalu menorehkan bubuk putih itu tepat diantara kedua alis Kagome secara vertikal.

"Kagome nee-chan, kau akan semakin terlihat cantik dengan ini." Rin tertawa lepas setelah menempelkan bedak di ujung hidung Kagome.

Rin dan Shippou saling pandang, sesaat kemudian mereka kembali tenggelam dalam derai tawa.

"Hei!" Protes Kagome, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menatap kedua bocah kecil itu bergantian. "Jangan katakan kalau kalian bekerjasama," ucapnya tak sungguh-sungguh, walau ia sendiripun tidak mengetahui bagaimana caranya mereka bekerjasama dalam permainan satu lawan satu.

"Tidak, hanya saja kau terlalu payah dalam permainan ini Kagome."

"Shippou-chan!" Nada Kagome berpura-pura mengancam, tatapannya beralih ke Rin yang sedang tersenyum. "Jangan katakan kau juga berpikiran seperti itu Rin?"

Shippou dan Rin bertukar pandang jahil sebelum Rin mengikik, "kali ini Shippou-kun benar, Kagome nee-chan."

"Dasar kaliaan... " protes Kagome sambil menahan tawa.

"Lari!" Seru Shippou.

Dengan itu, gadis kecil ber-kimono jingga dan kitsune itu melompat turun dari sepeda, kemudian melarikan diri melewati semua yang berjalan di depan mereka sambil terpekik dan mengikik geli. Kagome tidak tinggal diam, dengan setengah hati ia mengejar keduanya sambil tertawa. Namun, dengan sepeda yang dituntun dan tas berat yang digendongnya membuat Kagome tertinggal jauh dari keduanya. Bila ia mau, ia bisa saja mengendarai sepedanya untuk menyusul mereka, tapi itu tidak ia lakukan.

"Tidak akan ada lollipop untuk kalian berdua hari ini!" Ancamnya dengan lantang disela-sela tawa.

Kagome berjalan pelan, napasnya masih terengah-engah saat ia sudah bersandingan dengan Sesshoumaru. Gadis bertubuh mungil itu menoleh, senyum lebar masih terpampang di wajahnya. Tanpa pikir panjang ia berkata, "mereka sangat menggemaskan, ya kan?" Gelak tawa Rin dan Shippou samar-samar terdengar dari kejauhan.

Pemilik Tenseiga itu menatapnya lewat sudut mata sekilas.

Tak peduli akan diamnya Sesshoumaru, ia berkata lagi. "Sangat mudah untuk jatuh hati padanya, tak heran kau begitu menyayanginya Sesshoumaru. Rin adalah gadis kecil yang sangat manis dan lucu."

Alis pria bersurai silver itu sedikit berkerut, wajahnya berubah masam saat mendengar apa yang diutarakan gadis pemilik manik berwarna biru keabu-abuan itu. Menghubungkan dirinya dengan perasaan yang dimiliki manusia secara terang-terangan seperti itu sedikit membuatnya terganggu.

"Lucu." Sang Dai youkai mengulang kata terakhir yang diucapkan Kagome dengan suara yang terkesan dingin.

Melihat ekspresi tidak senang di wajah lawan bicaranya ia bertanya "Hei, apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?" Ucap Kagome dengan polos sambil meneliti wajah youkai itu.

Sesshoumaru terus berjalan tanpa mempedulikannya. Kagome mempercepat langkahnya untuk menyusul kakak tiri Inuyasha itu, "mengapa kau diam saja, Sesshoumaru?" Nadanya sedikit memaksa.

Langkahnya tidak terhenti, tidak pula berpaling ketika menjawab. "Bagi Sesshoumaru ini wajahmulah yang sekarang terlihat lucu miko."

'Lucu? Oh, sial! Aku lupa menghapus coretan di wajahku!' Kagome mengumpat diri sendiri dalam hati. Sadar akan wajahnya yang penuh dengan coreng-moreng bedak, Kagome menghapus semua bubuhan putih itu dengan telapak tangannya yang bebas. Serbuk putih tak karuan di wajahnya telah menghilang, tetapi semu merah di pipinya tidak cepat memudar.

Kagome hanya menatap punggung Sesshoumaru yang tak berhenti melangkah, "seharusnya kau mengatakan itu dari awal... " Gerutunya.

'Itu tadi sangat memalukan!'' Pikir gadis penjelajah waktu itu. Untuk menutupi malu, ia menghentakan kakinya beberapa kali. Inuyasha, Sango, dan Miroku yang menghampiri hanya memandangnya dengan heran.

~.

Beberapa menit kemudian, tawa yang terurai dari gadis kecilnya dan rubah cilik jauh di depan sangat jelas di telinga Sesshoumaru. Suara penuh keriangan itu membuat kata-kata Kagome terngiang di kepalanya. 'Mereka sangat menggemaskan, ya kan?' Seakan terekam dengan baik, suara sang gadis berputar kembali dengan setiap lekuk nada yang sama persis seperti yang telah diucapkan bersamaan dengan bayangan wajah yang tampak jenaka dengan coretan bubuk putih berbau harum.

Ia berusaha menepis sepercik rasa aneh yang ia rasakan.

"Menggelikan," gumam Sesshoumaru kepada dirinya sendiri.

.

.

.

End notes: Jumlah kata di bab ke depannya akan semakin bertambah. Dan, 'Paramour' hanya akan terdiri dari 15 bab.

For all reader, minna saiko arigatou.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top