Chapter 14 - Born For This.

Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers. And I don't own the songs that I use as prompt, they're belongs to Paramore.

Prompt: Born For This by Paramore.

Miasma: Shoki: Asap beracun milik Naraku.

***

**

*

Sejak sang surya pertama kali menampakan dirinya di hari itu, ada sesuatu yang terasa tidak benar yang terus merundung Kagome. Dengan alasan yang sama pula Sesshoumaru menempatkan Rin, Shippou, dan Jaken di tempat yang teraman, istana milik Inukimi. Mendekati penghujung hari, perasaan buruk yang keduanya miliki kian memuncak.

Sesshoumaru dan Kagome melesat di udara, melacak aura jahat yang terlalu mereka kenal. Nun jauh di sana, di bawah langit yang berwarna gelap keunguan, keduanya melihat sang musuh utama dalam mengumpulkan pecahan bola empat arwah. Tanpa ragu, keduanya mendekat. Kagome yang duduk di pelana Ah-Un bertukar pandang dengan Sesshoumaru yang terbang sejajar dengannya, cukup sebuah anggukan, janji untuk saling melindungi telah terikat tanpa kata.

Naraku, yang seluruh tubuhnya terbalut dengan cangkang keras milik Goryomaru, melayang di atas lahan gersang yang tadinya hutan luas. Jejeran pepohonan lebat telah berubah menjadi tanah kerontang yang hanya dihiasi tulang belulang para binatang malang. Miasma Naraku telah melahap semua kehidupan yang ada di sana.

Sebuah tempat yang sempurna untuk menuntaskan bencana yang dibawa Shikon no tama.

Seberkas sinar matahari yang menyelinap dari balik awan gelap senada dengan warna darah, selaras dengan iris merah sang hanyou laba-laba. Sepasang bola mata kecil yang licik itu memindai semua lawannya; Inuyasha, Kikyou, Kohaku, dan Kouga yang berada di atas sebuah tebing yang menjorok, Sango dan Miroku yang menunggangi Kirara, juga Sesshoumaru dan Kagome yang baru bergabung dengan mereka.

Genggaman Kagome pada busurnya semakin erat. Firasat buruk yang didatangkan oleh intuisi dan dibubuhi dengan kuat oleh pertanda yang dibawa alam menghantarkannya pada saat ini, saat semua yang menentang Naraku berkumpul di pertempuran terakhir.

Suaranya penuh dengan ketenangan yang memuakkan, Naraku menyambut kedatangan keduanya, "Jadi, kalian sudah berkumpul, orang-orang bodoh yang kalian sebut teman."

Tanpa menunggu kata sambutan sinis lainnya, Sesshoumaru menarik Tenseiga dari sarung. Naraku menjadi target meido berbentuk lingkaran sempurna yang dilepaskan dengan kekuatan penuh.

Bersamaan dengan itu, hitung mundur menuju kehancuran pun dimulai ... kedua inu secara bergantian melepaskan Meido zangetsuha dan Kongosoha, anak panah yang dilesatkan dua miko yang berbagi jiwa itu tak dapat menyentuh letak Shikon berada. Dengan mudah, Naraku menghindari serangan-serangan yang datang. Tawa sadis mantan bandit itu bergaung. Keyakinan akan kemenangan yang ia miliki sangatlah tinggi, karena ia telah merancang segala sesuatunya matang-matang. Ia memiliki bingkisan khusus untuk setiap musuhnya yang paling menyusahkan, tak terkecuali Sesshoumaru.

Naraku merencanakan hadiah spesial yang tidak hanya akan melemahkan sang inu youkai, tapi juga melumpuhkan wanitanya. Bagaimana ia tahu tentang hubungan keduanya? Tentu saja berkat cermin Kanna yang sangat berguna. Pengetahuan adalah senjata terbaiknya. Seperti biasa, ia akan merubah sebuah ikatan menjadi pemakaman.

Dengan tangan kanannya, Naraku mengangkat shikon hitam yang hampir utuh. Kemudian, segumpal awan gelap yang berasal dari bola itu melesak masuk ke dalam dadanya, dan merobek punggungnya. Kumpulan awan pekat itu beralih rupa menjadi seorang pria bersurai abu-abu. Kekejaman tak hanya terpancar dari aura dan tatapan matanya, tapi juga dari seluruh eksistensi yang dimilikinya.

Pria yang baru saja muncul itu adalah sisi jahat Shikon no tama, Magatsuhi!

Dengan tubuh yang dipinjamkan Naraku, Magatsuhi tidak hanya akan menjadi rintangan nyata bagi Sesshoumaru, tapi juga bagi Kagome. Cukup satu tatapan mata menusuk dari Magatsuhi, reiki Kagome yang sudah setengah tersegel kini terkunci seluruhnya. Gadis itu tergeletak tak sadarkan diri. Genderang perang ditabuh. Dengan satu perintah dari Sesshoumaru, Ah-un membawa gadis itu menjauh. Selain kematian, tak ada yang dapat meredakan amarah sang Daiyoukai yang tersulut. Secara resmi, satu pertempuran tanpa ampunan berlangsung di antara Magatsuhi dan Sesshoumaru.

Seringai jahat memecah wajah Naraku kala menatap dua rintangan besar telah terpinggirkan. Rencana sempurnanya berjalan lancar. Mewujudkan yang berikutnya hanya akan semudah membalik tangan. Berkat pohon Yomeiju, tubuh Goryomaru telah diklaimnya. Sekarang, ia memiliki benteng terbaik yang dibangun oleh si bayi yang menjadi jantungnya.

Hanya tersisa dua pecahan tipis yang belum dimilikinya. Dan dengan kepercayaan diri tinggi yang serupa dengan niatan bunuh diri dari Kouga dan Kohaku, ia dapat melengkapi bola empat arwah itu kapan saja. Mereka yang menghalangi jalannya tak lebih dari lalat pengganggu yang 'kan dengan mudah ia musnahkan.

Dua bidak kuat teralihkan, kebajikan pun timpang.

Merayakan kemenangan yang belum digenggam, sang laba-laba tamak tertawa lantang.

Langit muram sebab dirundung tragedi.

Angin membisikkan lagu sedih.

Tanah retak oleh nestapa.

Lagi-lagi, bumi ikut merana.

Kekuasaan semesta yang agung mendadak pilu.

Satu persatu dari mereka yang melawan kekejaman pun limbung.

Yang pertama kali takluk adalah sang pemimpin muda suku serigala. Tekad 'tuk membalaskan dendam bagi kawanan tak dapat terealisasikan. Walau ia berhasil membuka sedikit cangkang yang ada di bahu kanan Naraku dan membuat bayi yang menjadi jantung musuhnya itu terumbar, tetap saja, shikon yang menjadi separuh kekuatannya telah terampas.

Keputusasaan yang melebur dengan harapan berakhir kala tubuh takberdaya Kouga terhempas keras ke tanah.

Tidak tinggal diam melihat kejatuhan ookami youkai yang dikenalnya, sang biksu mengerahkan tenaga. Memanfaatkan lubang angin yang menjadi senjata andalannya, Miroku menghisap sang bayi yang menjadi kelemahan musuhnya. Namun, kutukan yang menimpanya mulai menampakan taring, serangannya berbalik arah. Ia yang mengambil kesempatan dan melesakkan shouki dengan jumlah besar ke dalam organ vital miliknya telah tiba di batas kemampuan. Darah segar menyembur dari mata, mulut, telinga, dan hidungnya. Racun mematikan terisap, menggerogoti, dan melumpuhkan hampir setiap pembuluh darah yang menjaga jiwa tetap melekat di raganya.

Di lain pihak, hiraikotsu yang melesat cepat tak dapat menahan peristiwa mengerikan yang terjadi kemudian. Satu tentakel setipis jarum meluncur secepat kilat dan merenggut satu shikon perekat nyawa di tubuh Kohaku, sang taijiya muda. Teriakan berang wanita yang bertalian darah dengan remaja laki-laki itu tak dapat merubah segalanya. Duka mendekap erat. Disaat tunangannya meregang nyawa. Sang adik tercinta tak lagi bernapas.

Kesedihan berbaur dengan kebencian dalam satu raungan pilu sang taijiya.

Kemalangan pun berlaku pada sahabatnya. Belum sempat merentangkan anak panah untuk yang kesekian kalinya, tubuh Kikyo yang terbentuk dari tanah dan mantra telah menyerah kalah oleh miasma. Shoki yang baru saja menerpanya telah menambah parah luka yang ia dapat dari pertempuran di Gunung Hakurei. Sang miko hanya dapat membelalakkan mata kala tentakel-tentakel menjijikkan itu melilit dan menarik tubuhnya ke sisi Naraku. Miko yang bangkit dari kematian pun takluk pada musuh lama yang juga pecintanya.

Udara berat dengan kematian saat kisah usang Inuyasha kembali terulang.

Ayunan pedang Inuyasha terasa percuma. Beragam jurus yang dikuasainya menjadi tak berguna. Lagi-lagi, ia tak mampu menyelamatkan sang kekasih tercinta. Untuk kedua kalinya, mereka terperangkap dalam kungkungan sang laba-laba dengan akhir yang sama, hilangnya nyawa dari salah satunya.

Tak jauh dari adik tirinya, Sesshoumaru pun terpaksa tunduk. Lawannya seakan tak memiliki kelemahan. Ia terkurung dalam ratusan lapis tentakel Magatsuhi tanpa ada celah sedikitpun untuk berkutik. Di titik nadir ia terjebak. Bahkan dalam wujud aslinya pun ia terdesak. Laksana menyulut api di bawah hujan, daya upayanya tanpa hasil. Tenaganya nyaris habis. Kini batas hidup dan matinya yang tinggal sekulit ari mulai terkikis. Dan, secara perlahan namun pasti, batas itu mulai tiris.

Naraku memandang ke sekeliling, kesedihan yang telah ia sebabkan hanya melebarkan senyum biadabnya. Di depan matanya telah tertera kemenangan. Ia menyesap dalam-dalam udara yang berat oleh kesengsaraan. Duka hati mereka yang menjadi musuhnya hanya cikal-bakal kebahagiaannya. Satu-persatu dari mereka yang tumbang, hanya akan menjadi batu pijakannya 'tuk meraih puncak kesenangan.

Di tempat lain, Ah-Un tak berkutik, naga berkepala dua itu terbelit oleh ratusan mononoke milik Naraku. Setelah Kikyou, giliran Kagome yang berada di dalam cengkeraman iblis berwujud hanyou laba-laba itu. Tubuh lunglai miko penjelajah waktu itu terjeruji oleh tulang-belulang berbentuk capit, bagian tubuh baru yang muncul dari balik punggung Naraku.

Lesatan hiraikotsu ditangkis. Begitupun dengan serangan Inuyasha, selalu saja ada ratusan mononoke hidup yang menjadi penghalang. Usaha Sango dan Inuyasha untuk membebaskan sahabatnya sia-sia. Hampir secara bersamaan, keduanya meneriakkan nama Kagome dalam keputusasaan.

Suara Inuyasha dan Sango mencapai indera pendengaran sang Daiyoukai. Wajah orang-orang yang dikasihinya berkelebatan di kepala. Yang terakhir namun yang paling bertahan lama di benaknya adalah iris biru kelabu milik gadis keras kepala yang disayanginya. Berbagai ekspresi wajah Kagome silih berganti dan terus terbayang walau ia telah membuka mata. Menyerah bukanlah sebuah pilihan, karena ia memiliki orang-orang yang harus dilindungi!

Disaat yang sama, Magatsuhi yang telah menyebut Sesshoumaru 'lemah' terus berceloteh akan menyerap tubuhnya. Sisi jahat shikon itu juga berkoar bahwa miko itu tak sadarkan diri karena ia telah menyegel seluruh reiki-nya, sebab, dengan separuh kekuatan spiritualnya saja gadis itu sudah cukup merepotkan dirinya dan Naraku. Sebuah suatu kemutlakan bahwa ia takkan membiarkan miko itu menang. Gadis itu terlahir untuk melanjutkan pertempuran di dalam bola empat arwah bersama Naraku. Itu adalah takdirnya sebagai shikon miko.

'Takdir Kagome?' benak Sesshoumaru.

Seketika itu juga, Sesshoumaru bangkit dan mendorong semua tekanan yang menuntutnya untuk berlutut pada kekalahan. Darahnya bergolak dalam angkara murka. Keinginan untuk melindungi, memberikannya kemampuan untuk melawan. Tiba-tiba, pria itu merasakan adanya sensasi aneh yang menjalar cepat dari seluruh sel-sel di tubuhnya ke bagian kiri badannya. Sensasi itu terasa hangat. Rasa hangat yang familiar di awal-awal hidupnya. Rasa hangat itu adalah adalah aliran kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya. Energi itu terasa jauh lebih besar dari yang pernah dikecapnya, dan kekuatan itu teramat mendesak, tak tertahan, seakan hendak meledak bila tidak dikeluarkan.

Sango, Inuyasha, dan Naraku sesaat terpana ketika pilar-pilar cahaya terang benderang menyeruak dari celah-celah gumpalan tentakel Magatsuhi yang mengungkung Sesshoumaru. Sedetik kemudian, sulur-sulur, dan berbagai macam bentuk menjijikkan yang menjadi bagian tubuh youkai jahat itu tercecer bersamaan dengan ledakan cahaya yang membutakan mata.

Surai silver Sesshoumaru terombang-ambing oleh youki yang berasal dari dirinya. Terlepas dari kimono-nya yang compang-camping, Sesshoumaru berdiri dengan gagah di antara gumpalan-gumpalan tubuh Magatsuhi yang berjatuhan. Sinar berwarna biru kehijauan dengan semburat emas menyilaukan yang sama dengan yang menghancurkan tubuh Magatsuhi menutupi bagian kiri badan sang inu youkai.

Lambat laun, youki yang menyelimuti bagian kiri tubuh Sesshoumaru menipis, dan terkuaklah penyebab kehancuran raga pinjaman Magatsuhi. Lengan kiri sang Daiyoukai kembali tumbuh. Dan, digenggaman tangan kiri putra tertua Inu no Taisho itu terdapat sebuah pedang. Pedang yang menjadi simbol bahwa ia telah melewati ujian terbesar dalam menemukan kekuatan sejati, pedang yang juga melambangkan bahwa ia telah melampaui kekuatan sang ayah, pedang yang berasal dari kekuatan di dalam dirinya yang muncul karena tekad untuk melindungi mereka yang ia kasihi.

Sesshoumaru memandangi benda yang menjadi pencapaiannya itu, kemudian, ia menyerukan nama pedang itu sambil melemparkan satu serangan mematikan pada satu-satunya youkai yang berani memanggilnya dengan sebutan lemah, "BAKUSAIGA!"

Magatsuhi tak dapat mengelak dari serangan yang datang. Kekuatan Bakusaiga menghancurkan tubuhnya dengan telak. Tidak seperti sebelumnya, onggokan daging Magatsuhi yang berasal dari Naraku tidak dapat menyatu dan kembali seperti semula. Bahkan, kehancuran yang dibawa pedang Sesshoumaru terus merambat dan melahap tiap bagian musuh yang saling bersentuhan.

Dengan kekuatan yang baru dikuasai inu youkai itu, akhir riwayat Naraku tidaklah lama.

Tubuh pinjamannya memang telah hancur, tapi sisi jahat shikon itu masih terus hidup, oleh sebab itu Kagome masih belum sadarkan diri. Tapi, tanpa tubuh, Magatsuhi hanyalah roh jahat. Karena itu, sang Daiyoukai tidak membuang tempo. Dengan Tenseiga di tangan kanannya, Sesshoumaru menebas jiwa asli dari sisi jahat Shikon no Tama. Magatsuhi pun telah lenyap dari muka bumi untuk selamanya.

Tak mau mengambil jeda, Sesshoumaru beralih, masih ada musuh untuk dikalahkan dan calon pasangan untuk diselamatkan. Ia berbalik badan, dengan satu ayunan pedang, youki melesat cepat. Dengan ketepatan yang presisi, ia memotong bagian tubuh laba-laba yang menjadi lawannya sekaligus membebaskan sang kekasih.

Bersamaan dengan matinya Magatsuhi, mantra terlepas. Kagome kembali mereguk kesadaran dan kekuatannya. Sekujur tubuhnya terasa hangat hingga hampir panas, kini reiki-nya tak lagi terbebang. Meski begitu, tubuhnya tak lantas mencapai keadaan puncak. Kepalanya masih berdenyut hebat. Ketika ia membuka mata, penglihatannya masih sedikit buram. Meski samar, ia tahu pasti muka musuhnya. Kagome terkejut ketika wajah Narakulah yang pertama dilihatnya. Tapi itu hanya berlangsung sedetik sebelum ia merasakan tubuhnya terjun bebas.

Beruntungnya, bukan tanah yang menyambut Kagome, melainkan lengan kekar dan wajah penuh kekhawatiran milik Inuyasha. Mulut pria itu terbuka dan tertutup berkali-kali namun ia tak dapat mendengar satu suarapun. Hingga selang beberapa saat kemudian, sayup-sayup ia mulai dapat mendengar, tidak hanya pertanyaan sang sahabat tentang keadaannya, namun juga suara dentuman agresi Sesshoumaru dan Sango pada Naraku.

Kagome menoleh, memandang ke sekitar. Tak begitu jauh dari tempatnya berada, Kouga bersandar di sebuah batu besar dengan wajah kesakitan, Miroku tergeletak dengan pandangan menerawang dengan darah kering yang menutupi sebagian wajahnya, Kikyou, dan Kohaku terbaring dengan mata terpejam. Dengan itu, disorientasi ruang dan waktu yang melingkupi Kagome telah sepenuhnya tanggal. Ia ingat sekarang, sebelum ia tak sadarkan diri, ia sedang berada di tengah pertempuran!

Seraya menjelaskan apa yang terjadi, Inuyasha membantu gadis modern itu berdiri. "Tadi hampir saja Naraku berhasil melukaimu tapi, Sesshoumaru berhasil mengalahkan Magatsuhi dan menyelamatkanmu dengan Bakusaiga miliknya."

"Bakusaiga?" Tanya Kagome.

Inuyasha menjelaskan secara singkat apa yang menurutnya telah terjadi sebelum menggumamkan pertanyaan, "si bedebah Naraku bertambah kuat, apa ia telah meminta sesuatu pada bola sialan itu?"

Kagome memicingkan mata, berusaha mendeteksi keberadaan permata kecil pembawa bencana itu. "Belum," jawabnya. "Shikon no tama memang sudah kembali utuh, tapi Naraku belum mengucapkan keinginannya. Tunggu dulu, bila bola empat arwah telah utuh, itu berarti ..., pecahan terakhir yang ada pada Kouga dan Kohaku berhasil direbut Naraku?!"

Gadis itu mendekat ke arah teman-temannya yang takberdaya. Kouga masih bernapas, pria itu tak lagi menjadi kekhawatiran. Namun, apa yang dilihatnya kemudian membuatnya membeku di tempat sejenak, Kikyou dan Kohaku tergeletak tak bergerak. Dada Kagome yang berat oleh penyesalan kembang kempis dengan kentara.

"Kita harus segera membantu yang lain," ajak Inuyasha.

"Tunggu, Inuyasha!" Pria itu memiringkan kepala, mengikuti titik fokus penglihatan Kagome. "Ada cahaya samar dari tubuh Kohaku. Dia masih hidup!" Seru Kagome. Respons yang didapat dari sahabatnya hanyalah sebuah anggukan, tentu saja telinga sensitif Inuyasha sudah tahu fakta itu.

Suara gadis itu tak lagi keras seperti sebelumnya saat ia melanjutkan, "itu berarti, Kikyou lebih memilih untuk menyelamatkannya." Setitik kelegaan yang mengalir di dada Kagome tak dapat mengubur penyesalan saat menyadari jejak air mata di wajah sahabat hanyou-nya itu.

Mereka bertukar pandang, lewat hal kecil seperti itu, keduanya saling menguatkan walau dalam waktu yang singkat.

Meski menelan getir karena harus menatap kekasihnya mati berkalang tanah, Kagome dapat melihat ada kilat kebanggaan di mata Inuyasha. Di akhir hayatnya, Kikyou lebih memilih untuk mempertahankan nyawa Kohaku. Tadinya, cahaya pemurnian yang wanita itu simpan di pecahan milik Kohaku akan menjadi bom reiki yang dapat melenyapkan Naraku ketika laba-laba itu melengkapi shikon. Namun, pada akhirnya, Kikyou tak dapat memungkiri panggilan hatinya sebagai miko sejati dan memilih untuk menyelamatkan satu kehidupan yang berharga.

Keputusan terakhir Kikyou pun memiliki arti lain, wanita itu telah menyerahkan takdir Naraku padanya. Sebab, Kikyo selalu percaya bahwa musuh utama mereka tidak dapat dikalahkan oleh pedang. Menurut miko senior itu, satu-satunya yang dapat menyeret hanyou nista itu pada kehancuran adalah kekuatan pemurnian. Itu berarti, Kikyou telah mempercayakan hal itu padanya. Dan, bila Kikyou saja percaya padanya bagaimana mungkin ia tidak percaya pada dirinya sendiri?

Beban yang harus ditanggungnya semakin berat, tapi Kagome pantang mundur, tidak setapak pun. Tekadnya semakin bulat. Niat untuk menyelesaikan segalanya dengan cepat semakin menguat. Dengan satu panggilan, Ah-Un yang telah terlepas dari mononoke Naraku menyambangi gadis itu, dan dengan patuh mengangkut keduanya ke zona pertempuran di sisi sang tuan.

Kagome dan Inuyasha yang duduk di pelana Ah-Un sudah sejajar dengan Sesshoumaru, dan Sango yang menunggangi Kirara seorang diri. Kagome dan Sango saling menatap sejenak, bersamaan dengan itu, Sesshoumaru mengangguk penuh makna kepada adik tirinya. Kemudian, inu youkai itu menatap lekat Kagome. Menjawab pertanyaan yang tak dilisankan, gadis itu berucap, "aku baik-baik saja."

Tawa maniak terdengar. Sontak, empat pasang mata menatap asal suara. Suara berat Naraku terdengar sinis, "Kalian hanyalah rombongan periang yang sebentar lagi akan merasakan kesengsaraan."

Setiap gerak-gerik Naraku yang memuakkan hanya menjadi bahan bakar bagi mereka yang masih tegak berdiri untuk memperkuat tekad, melesatkan asa, dan menandaskan kejahatan bernama Naraku dari muka bumi.

Inuyasha berseru dengan penuh kebencian, "Menyerahlah, Brengsek!" Yang menjadi jawaban hanyalah sorot mata licik dan tawa bengis sang musuh.

Kepalan Kagome di senjatanya semakin kuat, betapa ia muak menghadapi lawan terbesarnya itu, betapa ia tak mengerti jalan pikiran Naraku, semua trik licik yang mahluk itu tebar hanya berisi kepedihan. Bagaimana mungkin ia bisa tertawa di atas jerit tangis orang lain? Apa yang berusaha dicapai olehnya? Bila saja busur yang digenggam gadis itu bisa bersuara, benda itu pasti menjerit sakit.

Miko muda itu menarik napas dalam sebelum memberondong sang lawan dengan kata-kata tajam, "Naraku, apa yang sebenarnya ingin kau raih? Pertama-tama, kau mengadu domba Inuyasha dan Kikyou, kemudian Sango dan Kohaku. Apa yang kau lakukan selalu hal yang sama berulang kali."

Dengan nada meremehkan, Naraku bertanya balik, "Mengapa kau bertanya padaku sekarang?"

Tidak hanya Naraku, dua sahabat, dan kekasihnya pun melemparkan pandangan bertanya pada Kagome, namun gadis itu tak mengindahkan mereka dan lanjut mengkonfrontasi musuhnya dengan sengit. "Karena kita berdua tahu bahwa kau memiliki shikon yang utuh tapi kau belum menggunakannya!"

Naraku menyimak dalam geming, namun tetap memasang kewaspadaan. Sama halnya dengan Kagome, ia pun tahu bahwa shikon no tama akan merubah pemiliknya menjadi monster sejati. Takdir sang pemilik akan berakhir dengan pedih. Dari semua riwayat hidup yang dihiasi permata itu, ia mengerti bahwa tidak ada kebaikan yang dibawa oleh bola empat arwah. Siapapun pemilik yang membuat permohonan demi diri sendiri hanya akan menemui akhir yang tragis. Tidak ada yang luput. Tidak satupun. Tak ada pengecualian. Sudah dapat dipastikan tragedi pun menunggunya.

Keduanya teramat sangat paham, memuntir keinginan egoistis dan mewujudkan harapan dalam bentuk yang merusak adalah sifat sejati shikon no tama itu sendiri.

Menahan berang, gadis itu melanjutkan dengan lantang, "Kau tidak tahan dengan persahabatan dan cinta yang terjalin, karena itu kau mengabdikan diri untuk memecahkan ikatan orang lain. Tapi mengapa? Apakah itu yang benar-benar kau inginkan? Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya kehilangan bila kau sendiri tidak mengerti bagaimana rasanya menjalin ikatan dengan orang lain!"

Pada kalimatnya yang terakhir tentang menjalin ikatan, dalam sepersekian detik, seberkas kepiluan tersirat di wajah Naraku. Dan itu membuat Kagome dapat menyimpulkan satu hal yang pasti, semua yang mengawali kekacauan kini, semua yang menjadi sebab adalah keinginan pria itu untuk memiliki. Yang Naraku inginkan hanyalah hati Kikyou. Dengan alasan itulah ia menjual raganya pada ribuan siluman. Sayangnya, keinginan Naraku adalah keinginan yang takkan pernah dapat terkabul.

Suara Kagome sedikit merendah ketika melanjutkan, "Tidak akan ada yang dapat memuaskanmu di dunia ini, sebab, shikon no tama tidak akan dapat mengabulkan keinginanmu yang sebenarnya. Karena itu kau meragu, ya 'kan?"

Suaranya penuh penghinaan ketika ia membalas. "Menyedihkan! Sepolos itukah dirimu? Kau pikir kata-kata kosongmu itu dapat memurnikan hatiku?!" Di akhir kalimat, Naraku melepaskan serangan. Sasarannya satu, Kagome. Sesshoumaru dan Inuyasha lantas memasang badan, menjadi tameng hidup sang kawan dan calon pasangan.

Meski ucapannya penuh penyangkalan, benak Naraku pun mengiyakan. 'Keinginan yang sebenarnya? Dia benar, bahkan dalam kematian, aku tidak bisa bersama Kikyou. Karena itulah ..., karena itulah ....'

Selagi sibuk memukul mundur sang lawan dengan racunnya, Naraku memutuskan untuk segera membuat satu permohonan pada bola empat arwah. Permohonan yang sama dengan yang dimiliki sisi jahat shikon itu sendiri.

Kekuatan gelap bola empat arwah berhasil diserap Naraku. Sosoknya semakin mengerikan, sklera tanpa irisnya berwarna merah, satu garis keunguan muncul di kanan dan kiri pipinya, surai hitam panjangnya berubah putih, seluruh tubuhnya menggelap seperti warna tanah di musim hujan. Jaring besar dan tebal yang keluar dari punggungnya melesat ke berbagai penjuru. Kini, monster bernama Naraku sudah berdiri angkuh di tengah jaring laba-labanya.

"Bodoh!" umpatan itu ditujukan sang Daiyoukai pada Naraku sebelum mengayunkan Bakusaiga. Alhasil, tubuh pria setengah siluman biadab itu tercerai-berai sejenak sebelum kembali seperti semula. "Berhentilah melakukan perlawanan yang sia-sia!" seru Sesshoumaru.

"Shikon no tama ingin terus hidup, karena itulah, tak peduli berapa kali pun kita menebasnya, tubuh Naraku kembali utuh," terang Inuyasha pada sang kakak.

Setelah perubahannya menyentuh sempurna, Naraku melepaskan beberapa gumpalan shoki besar ke arah Kagome yang berusaha membidikkan anak panah ke arahnya. Di waktu yang tepat, Inuyasha sudah membentengi tubuh Kagome. Di detik yang sama, Sesshoumaru melepaskan meido zangetsuha 'tuk menahan serangan. Meido sang alfa bergerak maju, menelan shoki, dan siap melahap Naraku. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, jalan akhirat yang menjadi jurus Sesshoumaru malah tertelan di tubuh sang musuh. Tanpa dikomando, Sango melepaskan hiraikotsu. Tubuh Naraku tercerai-berai. Tak melepaskan kesempatan baik, Inuyasha melompat untuk memotong pusaran siluman Naraku dengan Ryujin no Tessaiga miliknya, namun, lagi-lagi upayanya menemui kegagalan.

Masih dengan kepongahan, Naraku berkomentar, "Kalian dapat membunuhku, tapi kalian tidak akan berhasil menghancurkan shikon no tama yang sudah bersatu dengan diriku." Tanpa satu gerakan besar pun, ia mengeluarkan lebih banyak shoki, dan membangun tembok penghalang yang juga dapat melontarkan serangan berupa miasma padat seperti batu yang dapat melelehkan benda apapun yang disentuhnya. "Shikon no tama akan terus hidup untuk selamanya," sambung Naraku. Dalam hati ia berkata, 'Dan, sebentar lagi, tanpa kalian ketahui, pertempuran yang sebenarnya baru akan dimulai.'

"Diam!" hardik Sesshoumaru dengan nada mematikan. "Hentikan omong kosong itu dan terimalah nasibmu!" Ledakan youki dahsyat dari Bakusaiga menghujani Naraku.

Ah-Un sibuk menghindari miasma, membuat gadis yang duduk di pelananya kesulitan membidik sasaran. Miko masa depan itu sama sekali tak diberi kesempatan oleh Naraku untuk melepaskan satu anak panah pun.

Seraya menghalau shoki dengan senjatanya, Sango tak henti mengeluarkan teriakan perang.

Inuyasha mengeluarkan rentetan umpatan dan kutukan selagi Kongosoha miliknya menghujam tiap inci tubuh sang lawan.

Agresi bertubi-tubi menghantam Naraku. Bongkahan besar shoki berwarna hitam yang Naraku ciptakan untuk menahan serangan telah terpukul mundur oleh perpaduan kekuatan youki Sesshoumaru dan Inuyasha. Tubuh hanyou keji itu tertelan kumpulan racunnya sendiri. Keempat pasang mata menatap gumpalan shoki raksasa itu terus bergerak mundur dan menjauhi mereka. Tak lekas puas, gerombolan itu mengejar.

Iris miko muda itu melebar ketika mata batinnya mendapati bahwa shikon no tama masih hidup! Naraku dan bola empat arwah hanya melemah sesaat. Serbuan beruntun tak membawa kehancuran pada keduanya. Awan besar miasma yang menutupi Naraku hanyalah trik licik lain yang dipersiapkan.

Entah bagaimana Kagome tahu, pertempuran mereka belum berakhir ...

Oleh karenanya, Kagome berdiri dengan kokoh di atas pelana sang naga berkepala dua, ia memasang anak panah, mengangkat lengan sejajar dagu, menarik tali busur kuat-kuat, memicingkan mata tuk mengunci sasaran, dan membisikkan keteguhan dalam hati. 'Hari ini, untuk pertama kalinya, Sesshoumaru memberikan sapaan selamat pagi padaku. Aku tidak akan membiarkan Naraku menodai hari-hari terbaikku, tidak kali ini, esok, maupun lusa. Aku yakin, panahku akan mencapai shikon no tama!'

Sayangnya, tanpa Kagome sadari, sebentar lagi ia akan mengerti akan rasa takut yang sebenarnya dan keputusasaan yang sesungguhnya. Bersamaan dengan kejatuhan sang musuh utama, miko penjelajah waktu itu akan tiba di salah satu bagian krusial hidupnya.

Anak panah berbalur reiki melesat, merobek udara dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak lurus berwarna merah muda yang indah selama beberapa detik lamanya sebelum menghilang ke dalam gumpalan miasma tebal berwarna ungu kehitaman.

'Kumohon, tembuslah bola itu!' Pinta Kagome dalam hati.

Keselamatan tak dapat teraih, kehancuran tak lagi tertolak oleh Naraku. Panah yang berbalur keinginan dan harapan itu menembus tepat pada shikon no tama yang bersemayam di dalam dadanya.

_____

Kagome membuka mata. Kegelapan menyelimutinya. Kesunyian mendekapnya. Kehampaan mencekiknya. Gadis itu tak mengerti entah bagaimana ia bisa sampai di tempat itu, melayang di antah berantah yang gelap gulita.

Tak ada yang dapat dilihatnya, tidak meski bayangan miliknya.

Tidak ada suara yang menemaninya, tidak bahkan setitik gema.

Melayang bak kekam di tengah lautan. Di tengah kelam ia berdiri. Berselimut sepi ia sendiri.

Perlahan namun pasti, shikon miko itu tenggelam dalam disonansi.

_____

Yang terakhir Sesshoumaru lihat adalah Kagome berdiri lalu melepaskan anak panah. Anak panah milik calon pasangannya itu melesak masuk ke dalam gumpalan shoki sebelum benda itu menghantam desa yang menjadi tempat tinggal Kaede. Kerusakan yang disebabkan miasma terjadi dimana-mana. Kebinasaan berlaku bagi semua mahluk dan benda mati yang dijamahnya.

Kemudian, hanya dapat dibandingkan dengan hitungan mikro detik, lebih cepat dari satu kedipan mata, bahkan untuk penglihatan seorang Daiyoukai seperti dirinya, apa yang terjadi berikutnya berlangsung dengan teramat sangat cepat; Sinar merah muda memecah gumpalan shoki dari pusatnya. Ledakan cahaya yang membutakan memenuhi sejauh mata memandang sebelum kembali tertelan oleh sebuah meido raksasa. Tak diragukan lagi, itu adalah meido miliknya yang tertelan tubuh Naraku beberapa saat lalu. Dan, setelah ledakan cahaya itu berakhir, Naraku, Kagome, shikon, shoki, bahkan sumur pemakan tulang telah lenyap tanpa jejak.

_____

Shikon melihat melalui celah-celah hati Kagome, mengambil, dan mempermainkan ketakutan terbesar gadis itu akan kegelapan. Merusak seorang miko secara psikologis adalah perkara ringan demi sebuah pencapaian tujuan.

Sesukar menahan badai dengan sebuah payung, sesulit itu pula bagi Kagome 'tuk menahan diri agar tidak gentar. Rasa takut membuatnya dengan mudah tergelincir, tak ada pilihan lain selain terperosok kian dalam di lubang neraka yang berisi kengerian kala ia terjerembap dalam kegelapan, jauh dari kehidupan.

_____

Melihat calon pasangannya menghilang, mata Sesshoumaru terbelalak sesaat sebelum memicing tajam. Menekan histeria mentalnya, pria itu memutar otak, beberapa pernyataan penting saat pertempuran kembali terputar di kepalanya.

Kesah Inuyasha terngiang, 'Shikon no tama ingin terus hidup ... '

Suara memuakkan Magatsuhi kembali berdenging, '~gadis itu terlahir untuk melanjutkan pertempuran di dalam bola empat arwah bersama Naraku. Itu adalah takdirnya sebagai shikon miko!'

Pernyataan menjijikkan Naraku terulang, '~shikon no tama akan terus hidup untuk selamanya.'

Kesimpulan telah diraih. Sesshoumaru memisahkan Tenseiga dari sarungnya, membelah udara dengan meido zangetsuha, dan melompat masuk begitu saja ke jalan akhirat yang diciptakannya.

_____

Cahaya temaram yang muncul bersamaan dengan shikon no tama menusuk mata Kagome yang telah terbiasa dengan kegelapan. Permata yang masih tertancap panah miliknya itu datang membawa serta sebuah kabar mengerikan. Suara mistis shikon no tama berkata bahwa, sumur pemakan tulang yang selama ini menjadi portalnya menembus waktu telah menghilang.

Kekalutan, kegelisahan, dan rasa frustrasi merongrong gadis itu. Satu-persatu nama mereka yang ia sayangi telah keluar sebagai jerit panik dari mulutnya. Kerongkongannya mulai sakit, suaranya mulai habis, namun pertolongan tak jua datang. Satu-satunya sahutan hanya berasal dari manik terkutuk itu.

Kian lama, suara shikon no tama yang menjadi satu-satunya pemecah keheningan kian membelai pendengarannya dan menggoda keyakinannya. Secara perlahan, suara bola empat arwah itu menanamkan pemahaman yang melemahkan. Kata-kata manis penuh ketenangan yang menyesatkan itu hampir terasa menyejukkan.

Hampir.

Meski berada di tengah pekat yang mengerikan, Kagome kembali mengukuhkan tekad. Gagasan akan sebuah permintaan ditolak, keyakinannya takkan mengendur.

'Sesshoumaru akan datang. Aku yakin itu.'

_____

Sesshoumaru melesat cepat menembus tirai kelam meido. Permata itu takut pada Kagome, itu penjelasan mengapa Magatsuhi menyegel kekuatannya selama ini. Shikon no tama takut Kagome akan melenyapkannya. Bola arwah itu akan melakukan apapun untuk tetap hidup, termasuk mengurung calon pasangannya hidup-hidup di dalam bola arwah untuk waktu yang tak terhingga.

Sudah pasti, Sesshoumaru akan melakukan apapun untuk mencegah hal itu terjadi.

Ia sanggup menjungkir-balikkan gunung bahkan menata ulang konstelasi perbintangan bila perlu.

Takdir Kagome bukanlah terjebak melawan youkai-youkai jahat di dalam shikon selamanya.

Sesshoumaru yakin, takdir Kagome adalah mendampinginya, melengkapinya, juga memilikinya.

Ia takkan merelakan mahluk apapun mengunci takdir wanita pilihannya.

Tidak bahkan para Kami itu sendiri!

_____

Tanpa adanya bunyi gemerisik pasir yang terjatuh maupun putaran jarum jam yang menandakan berlalunya masa, Kagome kian tersiksa. Miko muda itu tak tahu pasti sudah berapa lama waktu berlalu; Apakah puluhan menit atau puluhan jam? Ia tak tahu pasti. Ia tak lagi menerka. Ia lelah dalam penantian. Ia penat mengukir harapan. Sayup-sayup hatinya mulai merasa bimbang. Lambat-laun benaknya mulai meyakini paham yang dijejalkan. Bujuk rayu shikon 'tuk menyerah mulai mengikis pertahanannya.

Pertanyaan utama shikon kembali terulang, di manakah tempat seharusnya ia berada? Benarkah ia tak seharusnya berada di era feodal seperti yang dikatakan?

Suara permata itu membahana, "Tidakkah kau ingin kembali ke duniamu? Memohonlah pada shikon no tama bahwa kau ingin kembali ke duniamu!"

Melisankan sebuah permintaan kini terasa menggiurkan.

Sebuah permintaan?

Kagome tertegun di dalam kegelapan.

Permintaan ...

Satu hal yang paling di inginkannya adalah keluar dari tempat itu dan bertemu orang-orang yang disayanginya adalah sebuah kepastian. Namun, apakah itu adalah permintaan yang tepat? Dan, bila itu adalah permintaan yang tepat, kemudian shikon no tama lenyap untuk selamanya, masih dapatkah ia berada di antara dua keluarga yang ia miliki di dua zaman seperti sebelumnya? Jika tidak, dunia manakah yang harus dipilihnya?

Wajah bimbang gadis itu kembali terbelah oleh kesedihan, sungai duka menganak di pipinya.

Kagome tidak tahu mana yang akan dipilihnya, dan ia tidak ingin memilih!

Tak ingin kembali tertelan dalam kekalutan, Kagome memejamkan mata dan memusatkan pikiran untuk meraih ketenangan. Ia akan menguatkan diri. Ia tidak sendiri. Sesshoumaru akan datang menyelamatkannya dan ia akan membuat permohonan yang tepat agar shikon no tama itu hilang untuk selamanya.

Reiki gadis itu menguar, redup di awal, sebelum meningkat perlahan-lahan, hingga memancar kuat seiring ketenangan yang dipeluknya.

_____

Sesshoumaru menjelajah perbatasan beberapa alam tanpa melepaskan satu titik pandangannya di depan. Sesshoumaru tahu persis apa yang ditujunya, dan Tenseiga, pedang yang dapat menebas segala sesuatu yang tidak bersifat duniawilah yang akan membawanya ke sana.

Jarak semakin mengecil. Kini ia telah tiba di titik yang di tujunya, salah satu sudut terdalam akhirat. Dengan satu ayunan, sebuah portal dari akhirat ke alam bola empat arwah terbuka. Di dalamnya, Sesshoumaru dihadang oleh ratusan mononoke. Tanpa ragu, inu youkai itu menebas semua yang menghalangi jalannya. Butuh beberapa detik bagi roh-roh mononoke yang menjadi bagian shikon itu memulihkan diri, tak mau membuang waktu, Sesshoumaru melesat lebih jauh ke dalam alam shikon.

Di tengah perjalanan, Sesshoumaru melihat bukti ucapan Magatsuhi, arwah Naraku dengan mata terpejam bertengger di tengah jaring laba-laba besar. Arena pertarungan lain agar shikon itu dapat terus hidup telah dipersiapkan. Pertempuran antara Naraku dan Kagomenya, sebagai sisi baik dan jahat akan dimulai setelah permohonan diucapkan.

Tentu saja ia takkan membiarkan itu terjadi!

Sang Daiyoukai menambah kecepatan. Samar, cahaya merah muda terlihat. Kian lama sinar indah itu kian benderang. Harapannya lantas melambung. Ia belum terlambat.

Suara Tenseiga yang merobek udara menjadi satu-satunya yang merobek kesunyian.

Di detik berikutnya, mata Sesshoumaru menjamah sosok yang dengan putus asa ingin diselamatkannya.

Biru yang kelabu menyambut hangatnya madu.

Suara Kagome parau kala membisikkan satu kata sakti miliknya, "Sesshou ..., maru ...." Kedua lengan kekar itu mendekap tubuhnya, erat, namun berhati-hati dengan bagian tajam dari baju pelindung yang ia kenakan. Kehadiran pria yang dicinta berhasil menanggalkan beban seberat dunia yang memenuhi dadanya. Kebahagiaan dan kelegaan yang membuncah menggenangi manik sendunya. "Ini bukan ilusi?" Tanya gadis itu tak percaya.

"Aku datang untukmu." Sang Daiyoukai mengusir beberapa helai rambut yang sedikit menutupi mata, sebelum menangkup wajah Kagome. Sesshoumaru mendekatkan wajahnya secara perlahan. Kedua pasang mata terpejam kala menikmati setiap detik hangat yang dibutuhkan dan lembut yang didambakan. Tangan gadis itu merenggut haori sang kekasih ketika bibir mereka saling bersentuhan. Setelah kecupan penandas rindu itu berakhir, Sesshoumaru menempelkan keningnya pada kening Kagome, menghirup dalam-dalam aroma yang disukainya, seraya mengelus perlahan pipi gadis itu yang basah dengan ibu jarinya.

Setelah beberapa saat, dekapan terberai, Sesshoumaru menarik diri 'tuk menatap lekat calon pasangannya. Dari pandangan itu saja cukup untuk membuat Kagome mengerti, mereka masih memiliki satu hal penting yang harus diselesaikan: Takdir shikon no tama!

Kagome menatap tajam bola itu. Jii-chan pernah mengatakan bahwa bola empat arwah akan menghilang ketika seseorang mengucapkan satu permohonan yang tepat. Lalu, seperti apa seharusnya permohonan yang tepat itu? Pada awalnya ia berpikir bahwa, bila ia ingin memusnahkan permata itu, seharusnya ia tinggal meminta kehancuran shikon itu sendiri.

Tapi, entah mengapa saat ini gadis modern itu meragukan apa yang telah lama ia yakini. Benarkah tidak ada sama sekali kebaikan yang dapat dihasilkan shikon no tama? Sama seperti ketidakpercayaannya pada kekejaman dan keganasan yang selalu disandingkan dengan youkai maupun hanyou, seperti itulah ia tak lagi percaya bahwa shikon hanya tercipta untuk membawa keburukan.

Bagaimanapun juga, permata itu adalah gabungan dari empat unsur dan dua sisi yang dimiliki oleh semua mahluk hidup di muka bumi. Empat unsur; Yu, Shin, Chi, dan Ai yang melambangkan keberanian, persahabatan, kebebasan, cinta, dan kasih sayang. Empat jiwa itulah yang menjadi inti dari semua yang ada di alam semesta ini. Manusia, youkai, hanyou, hewan, pohon, bahkan bebatuan. Sedangkan, dua sisi itu adalah sisi baik dan jahat. Dua sisi itu akan selalu dimiliki oleh dua mahluk yang mendominasi bumi, manusia, dan para youkai. Tidak peduli ras maupun spesies, satu sisi itu, entah baik ataupun jahat bisa saja lebih berat dibanding yang lainnya.

Tidak terkecuali shikon no tama. Kagome yakin itu.

Begitu pula halnya reiki dan youki. Tidak ada yang murni terlahir keji maupun suci. Akan selalu ada cahaya dan kegelapan. Reiki pun bisa saja menjadi kekuatan yang merusak. Tsubaki, kuro miko yang menjadi rival Kikyou dapat dijadikan contoh. Kekuatan dan pemurnian, kerusakan dan penyembuhan, semua yang bertolak belakang sebenarnya bersandingan, saling melengkapi, dan menghasilkan keseimbangan. Keseimbangan yang sama yang menjaga matahari tetap berada di porosnya, dan planet-planet berputar pada jalurnya. Napas yang ditarik Kagome semakin dalam, helaannya semakin panjang ketika hatinya semakin teguh.

Sang Daiyoukai menatap calon pasangannya yang tenggelam dalam renungan. Pria itu pun terhanyut dalam pemikiran. Apa yang dipikirkan keduanya adalah hal yang jauh berbeda namun senada. Nasihat sang ibu kembali terngiang. 'Keseimbanganlah yang menjaga semesta tetap bertahan. Keseimbanganlah yang menciptakan suatu keutuhan.' Itulah yang ibunya katakan tentang hubungan mereka. Dan itulah yang ingin segera diwujudkannya. Sepenuh hati Sesshoumaru yakin dapat membawa pulang Kagome dengan selamat dalam rengkuhan.

Arus pemikiran gadis itu terganggu ketika Sesshoumaru melingkarkan lengan di pinggang mungilnya, membelai lembut punggungnya. Miko penjelajah waktu itu menoleh sesaat, memandang emas hangat milik pria yang menjadi penyelamatnya, yang telah dipilihnya untuk bersama dalam menjalani sisa hidup. Semudah membalikkan telapak tangan, semudah itu pula pikiran Kagome teralih. Untuk sesaat, shikon terlupakan. Tak dapat ia membayangkan kebahagiaan di masa yang akan datang tanpa pria itu di sisinya.

Selama ia masih bernapas, ia 'kan mendampingi pria itu. Itulah mimpinya.

Hingga ajal menjelang.

Ajal!

Terpisah karena kematian ...

Mata Kagome terbelalak seketika, hatinya remuk-redam saat mengingat pria yang memiliki tempat khusus di hatinya. Kini ia tahu permintaan yang tepat, permintaan yang ia yakini dapat membawa kebaikan dan permintaan yang mungkin dapat melenyapkan bola empat arwah untuk selama-lamanya.

Nada Kagome penuh ketegasan, "Sesshoumaru, kini aku tahu permintaan apa yang akan kuajukan pada shikon no tama." Kemudian, gadis itu menjelaskan bagian terpenting dari pemikirannya yang ia yakini sepenuh hati.

Menanggapi pernjelasan calon pasangannya, pria itu mengangguk sebagai bentuk dukungan. "Kau memiliki kepercayaanku."

Namun, sedetik kemudian, sanubari Kagome membisikkan satu pertanyaan yang menimbulkan keraguan besar. Apa yang akan terjadi kemudian? Apakah ia sudah siap bila harus berpisah dengan mereka yang tercinta? Sudah pasti banyak kemungkinan yang bisa terjadi setelah permohonan terucap dan shikon no tama telah lenyap. Mungkin ia harus tinggal di salah satu dunia tanpa bisa memilih atau, mungkin saja ia masih bisa menembus waktu seperti sebelumnya. Walau kemungkinan yang terakhir hampir terdengar mustahil, tapi Kagome tak mau berkecil hati, asa akan selalu ada bagi mereka yang menghendakinya.

Sayangnya, berbagi kemungkinan itu pada pria yang dicintainya tidaklah mudah. Mempersiapkan diri untuk perpisahan ternyata pelik untuk dilakukan.

Suara sang shikon miko tercekat. "Namun, jika kita ..., setelah itu ..., andai a-aku ...." Tanda kesedihan mulai bermunculan di mata dan suara Kagome, untuk jeda yang lama, ia kehilangan kata-kata.

Memandang silver dan perak yang teramat dicintainya, membuat gadis itu paham bagaimana kesedihan Putri Kaguya ketika memandang bulan. Bagaimana lemahnya tungkai Kapten Hook ketika mendengar satu bunyi yang teramat ditakutinya: suara detik jam yang terdengar di perut buaya yang mengincar nyawanya. Sama dengan keduanya, Kagome diburu oleh masa! Dalam kebisuan dan berwujud sebuah perpisahan yang teramat mengerikan, waktu sedang mengintainya, mengejarnya, dan takkan melepaskannya.

Betapa Sesshoumaru membenci aroma asin yang terendus dari cairan bening yang berkolam di mata indah itu. Begitu besar ia ingin merubah nada parau itu menjadi derai tawa dan mengusir semua kegusaran dari wajah gadis itu dengan rona merah muda seperti biasanya. Pria itu memberikan tatapan bertanya, baritone-nya masih penuh ketenangan kala berujar, "Katakanlah!"

Teramat sukar bagi gadis itu melepas jerat yang mengikat lidahnya saat tatapan mereka saling terkunci. Hingga pada akhirnya, miko muda itu membuka mulut dan menyuarakan sebuah pertanyaan yang membuat ia membenci diri sendiri, "Sesshoumaru, maukah kau menungguku?" Permintaan yang terdengar kejam, bahkan oleh telinganya sendiri.

Mendengar itu, kedua alis Sesshoumaru berkerut di tengah. Belaiannya di punggung sang calon pasangan terhenti. 'Menunggu?' Tidak tahukah gadis itu bahwa sudah ratusan tahun ia menunggu untuk meraih penaklukan terbesarnya?

Dahulu, ia terjebak dalam kehausan akan kekuatan dan penaklukan yang semu. Perlahan ia memahami, kekuatan yang sebenarnya adalah keinginan kuat untuk melindungi. Kini telah ia sadari, bahwa penaklukan terbesar adalah menundukkan hati wanita yang ia pilih. Dan sekarang ia sepenuhnya mengerti, semua esensi kekuatan dan penaklukan yang ayahnya coba ajarkan padanya adalah tentang hati, dan bukan nyali. Mutlak, penaklukan terbesarnya adalah Kagome.

Pertanyaan sekaligus permintaan sang calon pasangan kembali terulang di kepalanya. Menunggu. Jarak yang terbentang di antara zamannya dan zaman Kagome memang terpaut jauh. Namun, ratusan tahun adalah penantian yang layak untuk mendapatkan wanita yang menyisipkan kata cinta di dalam repertoar miliknya.

Sesshoumaru mengangkat dagu Kagome dengan jari telunjuk yang tertekuk. Ia bersedia menanti ratusan tahun berikutnya demi gadis itu. Tapi, bukan penantian yang akan ia berikan untuk Kagome, karena ia, Sesshoumaru, takkan melepaskan apa yang menjadi miliknya.

Miko masa depan itu membalas tatapan sang kekasih, mempersiapkan diri atas keputusan yang akan ia dengar. Tidak ada keraguan bahwa pria itu mencintainya, meski begitu ia pun mengerti bahwa lima ratus tahun bukanlah waktu yang singkat. Hanya membayangkan sosok Sesshoumaru berdiri di sudut sunyi dan dingin dalam penantian dengan berlatar belakang perubahan dunia yang bergerak cepat saja sudah membuat dadanya sesak. Akan tetapi, sebesar apapun ia mencoba tuk melapangkan dada, tetap saja, ia tidak dapat membayangkan masa depannya tanpa Sesshoumaru.

Dengan lembut, Sesshoumaru memanggil nama kekasihnya. Lalu, mulut pria itu terbuka dan tertutup, kalimat lengkap terlontar. Kalimat pertama membuat mata Kagome terbelalak lebar. Kalimat kedua membuat napasnya tersengal, dan yang ketiga membuat dadanya tersapu gemuruh kebahagiaan yang tak terperi. Pada awalnya, apa yang Sesshoumaru lisankan tak dapat dipercaya. Akan tetapi, ia tak memiliki satu alasan pun untuk menyangkal, Sesshoumaru memang inu youkai yang terkadang kejam tapi pria itu tidak pernah berbohong maupun menjual kata-kata kosong.

Hidung miko penjelajah waktu itu terasa perih, matanya pedih oleh titik-titik air mata yang berupaya menerobos keluar. Wajah Kagome berkerut-kerut oleh rasa haru yang membuncah, tangis kebahagiaan mulai mengancam membanjiri wajahnya. "Aku mencintaimu, Sesshoumaru."

Kalimat itu hampir tak terselesaikan ketika secara otomatis kedua wajah mendekat, kepala mereka miring ke arah yang berlawanan dan bibir keduanya saling bertemu. Tangan keduanya yang bebas dari senjata saling merenggut, berupaya melenyapkan kekosongan yang ada. Sepenuh hati, kelopak lentur itu saling menekan secara lembut, pertautan itu bergerak lambat, berat oleh damba, sarat dengan makna.

Ketika dekapan mereka terurai, tangan kiri Sesshoumaru melingkari pinggang gadis itu. Sang miko tersenyum. Tanpa kehadiran kekasihnya, Kagome takkan dapat keluar dari keputusasaan, tak mungkin pula ia meneguhkan hati, dan terlepas jauh dari disonansi. Sebuah anggukan dari Sesshoumaru mengakhiri tatapan di antara keduanya.

Kini, mereka menghadap shikon yang sempat terabaikan, siap mengutarakan sebuah permintaan!

Apa yang Kagome percayai adalah, tidak hanya bencana yang dibawa permata itu, tapi juga keajaiban. Bila persahabatan yang terjalin antara ia dan kawan-kawannya, juga cinta yang ia temukan di era feodal tidaklah dapat dijadikan contoh sebagai keajaiban yang dibawa serta oleh Shikon, maka, ia tak tahu lagi harus menyebut itu apa. Petualangan magis yang dibawa bola itu baginya sangatlah berharga.

'Shikon no tama akan menghilang untuk selamanya setelah mengabulkan satu permintaan yang tepat,' ucap kakeknya.

Gadis itu menarik napas dalam, keyakinannya telah bulat. Apa yang Kagome yakini sepenuh hati adalah, shikon no tama tidaklah terlahir hanya dengan keburukan. Dan, bila memang shikon no tama harus lenyap, pasti ada satu kebaikan yang dapat diberikannya. Dan itu adalah ...

Suara Kagome kuat dan penuh keyakinan. "Shikon no tama, aku akan membuat satu permintaan. Aku ingin ... "

~To Be Continued~

Notes: Next chapter (epilogue) is my very very favorite chapter from Paramour, oleh krn itu, bab itu akan di-private.

For all reader, minna saiko arigatou^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top