Chapter 12 - Renegade
Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers. And I don't own the songs that I use as prompt, they're belongs to Paramore.
Prompt: Renegade by Paramore.
Warnings: Contains spoiler from Inuyasha Final Act! Awal chapter ini tuh kayak rangkuman dari beberapa peristiwa penting yg ada di anime IY. Untuk yang belum namatin anime IY, I've try my best, moga kalian ga pusing baca awal chap ini.
.
.
.
Setelah tragedi yang terjadi pada Sara, rombongan inu-tachi itu melewati beberapa hari tenang tanpa kemajuan yang berarti. Namun, tanpa mereka sadari, masa-masa akhir petualangan telah menunggu. Kejadian besar itu di awali dengan ketakutan yang merebak dengan cepat pada kalangan tertentu. Pasalnya, youkai-youkai yang kuat telah terpenggal kepalanya, biksu-biksu suci telah dibunuh. Tidak butuh analisis tinggi bagi para pemburu hanyou laba-laba untuk menyimpulkan bahwa setiap kejadian itu adalah potongan rantai dari belenggu kejam Naraku yang terbaru.
Keadaan semakin diperburuk dengan kemunculan Hakudoshi. Sama halnya dengan Kagura dan Kanna, Hakudoshi adalah pecahan dari tubuh sang hanyou licik. Namun, tubuh Hakudoshi yang serupa dengan bocah berumur tujuh tahun sangatlah menipu. Kelihaian bertarung bocah itu mengerikan, ditambah dengan senjata seperti tongkat berujung pedang melengkung yang melebihi tinggi tubuhnya dan kekkai dari Naraku, Hakudoshi sukar terkalahkan.
Dengan bertambahnya bidak yang dimiliki, pergerakan Naraku dalam menebar berbagai macam jaring keji miliknya semakin gesit dan terencana. Seiring waktu berjalan, teka-teki pun terkuak, para youkai kuat itu dibunuh demi mendeteksi letak pecahan terakhir Shikon no tama di tempat peristirahatan abadi: alam akhirat para youkai.
Atas informasi dari Kagura, Seshoumaru dan yang lainnya mengetahui letak tempat yang menjadi perbatasan antara alam kehidupan dan alam akhirat. Kemungkinan itu adalah jebakan Naraku tentu saja terpikirkan, akan tetapi, pada akhirnya, mereka masih saja mendatangi tempat tersebut. Kagura yang membimbing jalan segera menghilang ketika mereka telah sampai di sudut terdalam gua tersembunyi di puncak sebuah pegunungan yang sebelumnya tak pernah terjamah oleh manusia.
Inu-tachi itu berada di depan sebuah pintu besar yang dijaga dua patung batu raksasa berwujud manusia yang bernama Gozu dan Mezu. Dua patung itu berubah hidup ketika ada seseorang yang hendak melewati pintu yang tingginya mencapai empat meter. Berkat kepemilikan Tenseiga, Sesshoumaru dan yang lainnya diperbolehkan masuk oleh Gozu dan Mezu. Sesampainya di perbatasan akhirat, tanpa butuh usaha keras, Kagome menemukan serpihan shikon di makam Inu no Taisho.
Di alam itu, satu kepingan tipis bola empat arwah dibawa oleh Hosenki bersama kematiannya. Hosenki adalah youkai kerang yang juga disebut sebagai pertapa pembuat harta karun karena keahliannya dalam membuat beragam permata ajaib. Youkai yang kini tubuhnya seperti berlian itu menempel di dada bagian kanan tulang-belulang raksasa berbaju zirah sang mantan Penguasa Wilayah Barat.
Dapat dipastikan, Naraku pun menampakkan diri di tempat pecahan Shikon berada. Kemunculan sang laba-laba nista membuat pertempuran besar tak terelakkan lagi. Walaupun Sesshoumaru dan Inuyasha mengetahui bahwa kekkai laba-laba bedebah itu semakin kuat semenjak persembunyiannya di Gunung Hakurei, itu tak menghentikan mereka untuk berusaha memberikan serangan meski sia-sia.
Tetapi, keberuntungan kembali memeluk mereka yang mempunyai niat baik. Dengan Inuyasha yang dianugerahi Hosenki kekuatan terakhirnya, putra Izayoi itu berhasil menguasai Kongosoha: yang melesatkan tak hanya ledakan youki tapi juga pecahan berlian yang mampu menembus kekkai terkuat sekalipun. Keadaan dengan cepat berbalik, hanyou keji itu terpojok. Pelindung Naraku dengan mudah dihancurkan oleh puluhan permata tajam serupa ujung tombak tajam yang keluar dari Tessaiga.
Disusul dengan ledakan youki dari Tokijin, tubuh Naraku yang tak terlindung oleh kekkai tercerai-berai, onggokan-onggokan daging dengan beragam bentuk menjijikan mengambang di udara, wajahnya pun terbelah menjadi dua secara harfiah. Sayangnya, ceceran daging hanyou laba-laba bedebah itu berhasil menghilang dengan kekkai yang dibuatnya di didetik-detik terakhir panah Kagome nyaris menyentuhnya.
Dan sekali lagi, Naraku menghilang untuk menyusun rencana baru.
Keesokan harinya, kelompok Sesshoumaru bersinggungan dengan Gakusanjin, youkai tua dan besar yang selama ini menyamar menjadi gunung. Dari pertemuan itu, sang inu youkai dan yang lainnya mengetahui bahwa, youkai besar itu terbangun dari tidur panjangnya setelah Naraku mengambil Fuyoheki: bola permata bulat sekepalan tangan berwarna biru miliknya yang dapat menyembunyikan aura siluman.
Demi mempermulus jalannya untuk melengkapi bola empat arwah dan membunuh Kikyo, hanyou nista itu mencuri fuyoheki agar dapat menyembunyikan aura siluman miliknya. Beruntungnya, Gakusanjin memberi mereka permata kecil hijau pendeteksi fuyoheki. Semakin dekat jarak mereka fuyoheki, maka, semakin cahaya kehijauan permata itu memudar.
Jaring laba-laba yang ditebar Naraku semakin memusingkan ketika mereka bertatap muka dengan Goryomaru dan Moryomaru di waktu yang berbeda. Goryomaru adalah seorang hanyou yang di lengan kanannya terdapat cangkang besar, pria itu memanfaatkan anak-anak kecil untuk mengumpulkan bangkai-bangkai mononoke sebagai makanan lengan youkai-nya. Sedangkan, Moryomaru adalah hasil eksperimen dari perpaduan berbagai jenis youkai hasil karya Hakudoshi. Moryomaru diciptakan untuk tujuan tertentu yang nantinya akan berpengaruh besar bagi pemberontakan Hakudoshi.
Terlepas dari Goryomaru yang mencurigakan dan Moryomaru yang menyandang label sebagai musuh baru, pemikiran dalam-dalam yang muncul dari beberapa anggota di kelompok yang diketuai Sesshoumaru menghasilkan satu keyakinan, benang yang saling terkait antara satu kejadian dengan yang lainnya, Naraku telah menciptakan suatu cara baru untuk melindungi jantungnya. Dan itu menjelaskan banyak pertanyaan; Mengapa Naraku yang tak terlindungi oleh kekkai tidak bisa mati setelah terkena serangan fatal Inuyasha dan Sesshoumaru di alam akhirat para youkai? Karena kala itu, tubuh Naraku saat itu adalah cangkang kosong.
Hanyou berotak iblis itu takkan dapat dikalahkan selama jantungnya masih tersembunyi di suatu tempat.
Dan, gagasan itu dibenarkan oleh informasi yang Kagura berikan. Naraku menciptakan bayi. Bayi yang telah terbelah menjadi dua oleh Dokko seorang biksu suci yang menjadi korban pembantaian. Salah satu potongan bayi itu tumbuh menjadi Hakudoshi, sedangkan yang satunya tetap berwujud bayi. Bayi itulah jantung Naraku yang sebenarnya. Kini rombongan Sesshoumaru mempunyai sasaran baru, jantung Naraku yang berbentuk bayi!
Dari Kagura jugalah mereka mendapat tambahan berita bahwa jasad Goryomaru telah dimakan oleh Moryomaru. Lengan youkai yang selama ini menempel di tubuh Goryomaru itu sebenarnya adalah Moryomaru itu sendiri. Semua itu demi memuluskan rencana Hakudoshi dan si bayi pemegang fuyoheki untuk membuat benteng hidup terbaik dan mengalahkan Naraku. Sebab, Hakudoshi dan si bayi merasa merekalah yang asli, tak seperti Naraku yang hanya cangkang tanpa isi.
Sejalan dengan otak busuk hanyou yang menciptakan mereka, Hakudoshi dan si bayi memiliki kelicikan yang hampir setara. Dan itu menghasilkan pertarungan panjang tiga arah yang melelahkan. Sudah pasti gerombolan Sesshoumaru dan Inuyasha terjebak di antaranya. Contohnya di penghujung hari itu. Setelah mengikuti lebah beracun Naraku, Sesshoumaru dan yang lainnya bertemu dengan Hakudoshi yang sedang menyerang Kagura karena telah membiarkan Kohaku yang ingatannya telah kembali melarikan diri.
Hubungan yang tak lagi seperti musuh membuat Inuyasha dan Sesshoumaru menolong Kagura yang terpojok. Pergerakan Hakudoshi lebih cepat, ia berhasil menjadikan wanita pengendali angin itu sebagai tawanannya. Untuk melindungi diri dari serangan, Hakudoshi menjadikan Kagura sebagai tameng hidup. Oleh karena itu, Inuyasha tidak sampai hati menjatuhkan serangan Kongosoha pada kekkai yang melindungi youkai kecil itu.
Tapi tentu saja, sekuat apapun rencana yang bocah kecil itu miliki semuanya sia-sia. Pengkhianatan Hakudoshi yang terendus Naraku menemui akhir. Yang terjadi berikutnya sangatlah cepat; Kekkai yang Naraku berikan untuk Hakudoshi menghilang. Kagura terjatuh ke tanah. Miasma berbentuk kabut tebal yang youkai kecil itu keluarkan untuk menyembunyikan keberadaannya segera dimurnikan oleh panah Kagome. Lalu, Tokijin milik Sesshoumaru menghantarkan Hakudoshi pada kebinasaan. Dan yang terakhir, Kaazana milik Miroku menghisap jejak youkai kecil jahat itu selamanya dari muka bumi.
Setelah teriakan Hakudoshi telah lenyap bersama tubuhnya, tinggalah Kagura. Bujukan tulus Kagome untuk bergabung dengan kelompoknya ditolak sang youkai wanita. Pengendali angin itu menatap Sesshoumaru agak lama sebelum berpaling dan terbang dengan bulu putih yang menjadi kendaraannya. Kepergian Kagura diiringi dengan teriakan penuh optimis Inuyasha yang berjanji bahwa ia akan mengambil jantung youkai wanita itu dari Naraku agar ia dapat bebas.
Sore itu, dengan berkumpulnya lagi Kohaku dan kepentingan sebagian anggota, mereka sepakat untuk berpisah sementara. Sango, Miroku, Inuyasha, dan Kohaku beserta Kirara pergi ke desa pembasmi siluman. Sedangkan Sesshoumaru, Kagome, Rin, Shippou, juga Jaken dan Ah-Un terus mengikuti sang Daiyoukai memburu musuh utama mereka.
_____
Sinar sang surya telah lama tenggelam di ufuk Barat. Dengan semua ketidakpastian yang masa depan tawarkan pada mereka, miko itu tak mau menyia-nyiakan waktu. Seluruh insting Kagome segera membenamkan bahaya enam kaki dalam tanah dan membuang semua kecemasan kala menghabiskan waktu berduanya yang berharga dengan Sesshoumaru.
Di luar masalah fisik, inu youkai tampan yang ada di sampingnya itu memang jauh dari gambaran kekasih idaman para gadis di zamannya, tidak ada pernyataan cinta, pujian, maupun rayuan. Tapi, bagi Kagome, semua deskripsi itu terasa klise bila dibandingkan dengan apa yang kekasihnya tawarkan, yaitu: Kedamaian, jiwa, juga hati.
Persis seperti pada waktu itu, berlatar belakang senandung lembut khas malam, disuguhi dengan kecantikan sinar rembulan yang keperakan, dan dalam rengkuhan pria yang menyayanginya. Rasa-rasanya, tidak akan ada bahaya yang dapat menyentuhnya. Kagome bergelung duduk dengan nyaman, punggungnya menempel di dada kokoh kekasihnya yang minus baju pelindung. Sesshoumaru bersandar pada sebuah pohon, kaki kiri pria itu lurus, sedangkan yang lain tertekuk untuk menumpu lengan kanannya. Tubuh Kagome berada antara kedua paha Sesshoumaru, mokomoko lembut menyelimuti bagian bawah tubuhnya dari angin malam.
Sangat jelas, malam itu masuk ke dalam daftar sepuluh malam favoritnya, dan nama Sesshoumaru tertera di setiap nomor yang ada.
Sang Daiyoukai memejamkan kedua matanya, menikmati kebersamaan yang indah. Dagu Sesshoumaru berada di puncak kepala calon pasangannya, salah satu dari bahasa paling kuno dan primal para inu untuk menunjukkan afeksi terdalam dan menyatakan kepemilikan. Emosi yang lembut dan hangat mengalir di setiap sel-sel yang ada di dalam diri pria itu, 'ini terasa benar. Inilah yang diperlukan.'
Mereka saling berbagi kehangatan, bukan karena berlindung dari udara malam tapi lebih karena kebutuhan emosional. Perlahan, mereka membawa hubungan itu lebih tinggi dari sebatas kedekatan karena sentuhan fisik yang dibumbui hasrat semata.
Meski begitu, sudah tentu ketenangan itu tak muncul begitu saja. Nafsu yang mencuat selalu berusaha menguasai ketika Sesshoumaru dan Kagome pertama kali berdekatan di penghujung hari. Ada ketegangan seksual di antara keduanya, seolah-olah mereka berusaha mati-matian menolak dorongan gairah untuk berkata 'ya'.
Setidaknya, sejauh ini, mereka berhasil. Akan tetapi, hanya Kami-sama yang tahu entah berapa lama lagi mereka bisa menahan diri sebelum sesuatu terjadi.
"Sesshoumaru," Kagome memulai sebuah percakapan tanpa repot-repot membuka mata.
"Saat kita berpisah tadi, kau pasti mendengar apa yang Miroku gumamkan." Kejadian itu terulang di kepalanya, laki-laki itu tersenyum padanya, dengan wajah yang terlihat geli, tunangan Sango itu menggumamkan sesuatu sambil membalik badan dan beranjak pergi bersama Inuyasha demi melacak Naraku di area yang bersebrangan dengan mereka. Bagaimana mungkin ia tidak merasa, Kagome sudah berpetualang lumayan lama dengan teman biksunya itu. Hanya dari sorot mata, Kagome bisa berkata dengan yakin bahwa ia tahu saat Miroku menggunakan otaknya yang pintar itu untuk memikirkan suatu strategi cerdas atau ketika ia mempunyai pikiran mesum.
Kagome bertanya dengan nada rendah, "Spekulasi lain?"
Bahasa itu memang baru-baru ini dikenal Sesshoumaru, tapi ia mengerti maknanya. Tak ada emosi yang terdeteksi dari suaranya ketika pria itu menjawab, "Dia bertaruh."
"Tentang apa?"
"Tentang malam tanpa gangguan, tentang berapa kali Sesshoumaru ini 'kan menciummu."
Safir biru kelabu itu terbuka, pipinya diwarnai rona merah, kedua alis gadis itu terangkat. "Tidakkah itu terlalu ... mendetail?"
"Hnn."
"Abaikan saja."
"Pemikiran biksu itu tidak menyenangkan bagi Sesshoumaru ini."
Kagome menoleh untuk menatap kekasihnya. Bertentangan dengan dua kata yang menyatakan ketidakpedulian yang telah ia ucapkan, lima detik kemudian gadis itu bertanya dengan ragu-ragu, "Memangnya, apa yang Miroku katakan?" Rasa penasaran menggelayuti suara sang miko.
Daiyoukai itu menatapnya lekat. "Dia salah. Sesshoumaru ini bisa lebih dari sekadar mencium bibir calon pasangannya sepanjang malam."
'Itu!' Kata-kata yang terangkai dari mulut Sesshoumaru barusan, berhasil membangkitkan khayalan yang telah Kagome timbun ratusan juta kaki di dalam benak. Hei, usianya masih belasan tahun! Dengan cepat, ia kembali meluruskan kepala ke depan untuk memandangi bentuk guratan tak menggairahkan di salah satu lembaran daun kering yang berada tak jauh dari sepatunya.
Kemudian, untuk beberapa detik lamanya, punggung Kagome dapat merasakan bagaimana dada pria itu sedikit bergetar oleh tawa tanpa suara yang teredam dalam dada pria itu. Apanya yang lucu? Oh, iya, tentu saja, sudah pasti karena detak jantungnya yang melonjak cepat dan keras hanya karena satu kalimat bersifat tendensius dan menggoda dan membuat imajinasinya melayang tinggi yang baru saja Sesshoumaru ucapkan.
'Salah satu resiko memiliki kekasih inu youkai yang memiliki pendengaran super sensitif.' Keluh Kagome dalam hati.
Berusaha keras terdengar santai, Kagome menyahut. "Aku yakin itu." Tuk mengusir rasa malunya, lagi-lagi gadis itu mengalihkan pembicaraan pada hal yang selama ini menggugah rasa ingin tahunya. "Ano, Sesshoumaru, dulu kau sering merenung sambil memandang bulan. Apakah itu ada hubungannya dengan kekuatan yang kau miliki dan tanda di dahimu?"
Dengan senang hati, Sesshoumaru memberikan apa yang ingin diketahui oleh calon pasangannya. "Tidak secara khusus. Tapi tanda ini adalah tanda dari garis keturunan yang hanya dimiliki segelintir golongan." Setelah lima detik lamanya, Sesshoumaru menambahkan. "Dan langit malam hanya membantuku berpikir." Dalam diam, sang Daiyoukai baru tersadar, merenung berlama-lama selagi memandang kelamnya langit malam tak lagi sering ia lakukan. Tidak setelah Kagome menjadi 'kekasihnya'.
Di lain pihak, Kagome paham atas apa yang Sesshoumaru utarakan. Segelintir yang dimaksud menunjukkan derajat bagi mereka yang dijuluki sang Daiyoukai, alias siluman besar, yang juga dapat diartikan sebagai kaum bangsawan dikalangan manusia. Kagome semakin terhanyut dalam pemikiran ketika menyadari semakin mengenal Sesshoumaru semakin ia merasa sedikit pengetahuan yang ia miliki tentang kehidupan youkai. Yang ia tahu selama ini hanyalah youkai golongan rendah yang sering disebut mononoke yang porsi berpikirnya hanya seperti binatang, makan atau dimakan. Membunuh atau dibunuh.
Di luar golongan itu, youkai yang lebih kuat yang pernah ditemuinya selalu mengagungkan kekuatan. Inuyasha dan Sesshoumaru pun termasuk salah satunya. Sesshoumaru menginginkan apa yang Inuyasha miliki, begitupun sebaliknya. Inuyasha berhasrat untuk menjadi youkai sepenuhnya seperti Sesshoumaru. Patut disyukuri, keadaan telah jauh berubah. Keinginan Inuyasha seakan musnah setelah beberapa kali darah youkai menguasai tubuhnya.
Benak Kagome memutar ulang saat itu. Akal hanyou itu seakan memudar seiring dengan perubahan di wajahnya. Figur sahabatnya itu berubah mengerikan, taringnya memanjang, memamerkan hasrat membunuh. Sklera-nya merah darah, iris emasnya yang hangat berubah menjadi biru yang mengancam, keduanya berpadu di dalam satu sorot tajam tatapan haus darah yang akan membuat siapapun bergidik ngeri. Yang ikut andil membuat kesan mengerikan adalah munculnya satu garis bergerigi warna keunguan di kanan dan kiri pipinya.
Gadis itu sedikit memiringkan kepalanya untuk dapat memandangi garis yang sama yang menghiasi pergelangan tangan Sesshoumaru. Salah satu hal yang menandakan ketidakmanusiawiannya.
Seakan dipanggil oleh kekuatan tak kasat mata, tangan miko muda itu bergerak secara otomatis, jari-jarinya terulur. Sentuhan selembut bulu, belaian yang mengambang, sedetik lamanya yang tak terpikirkan, Kagome mengelus kedua garis yang melintang di pergelangan tangan Sesshoumaru itu dengan penuh kekaguman.
Tindakan calon pasangannya yang sangat spontan membuat tubuh pria itu menegang ketika ujung-ujung jari Kagome membelai tepat di kedua garis magentanya. Sekerjap mata, tangan kanan sang inu youkai sudah bermanuver sedemikian rupa dan balik menggenggam erat pergelangan tangan kiri sang miko dan menghentikan pergerakannya.
Kilat aneh di sorot tajam Sesshoumaru membuat si sulung Higurashi yang kini menoleh itu bertanya secara takut-takut, "Kau tidak suka bagian itu tersentuh?"
Suaranya tajam, "Salah."
Kedua alis Kagome berkerut sesaat, sebelum matanya dengan cepat berbinar seperti anak kecil yang menemukan sekeping uang logam. "Aku tidak menger- oh, kau mudah tergelitik di bagian itu?"
Rahang youkai rupawan itu mengeras, "Tidak."
Miko itu memutar tubuh agar dapat menghadap kekasihnya. "Lalu?"
"Selain tanda garis keturunan tertinggi, bagian ini," Sesshoumaru menempelkan ujung-ujung jari Kagome di dua garis yang ada di pipi kanannya, "teramat sensitif."
Otak Kagome seakan menumpul. Mulutnya terbuka, namun pita suara miliknya gagal mengeluarkan 'oh' yang seharusnya menjadi jawaban tercerdas ketika salah satu zona peraba paling peka dari seluruh tubuhnya menyentuh wajah Sesshoumaru. Di luar semua bisikan akal sehat yang memerintahkannya untuk sedikit menjauh, Kagome mengikuti nalurinya, tangannya bergerak perlahan, ujung-ujung jemarinya menelusuri tepi garis indah itu sepenuh hati.
Mereka memang sepasang kekasih, tapi selama ini Kagome menahan dirinya. Pasalnya, dengan semua mantra yang Sesshoumaru percikan padanya, Kagome tidak bisa mempercayai dirinya sendiri. Jauh di dasar hati, ia tahu bahwa ia akan dengan mudah takluk dan melewati batas bila saja ada sedikit dorongan, waktu, dan kesempatan.
Persis seperti saat ini.
Aura yang melingkupi mereka berat dengan hasrat, seketika itu juga udara malam menjadi panas.
Sesshoumaru menutup kedua matanya, seakan menikmati sentuhan polos itu sebagai hal yang ... paling erotis.
Saat itu, raut muka sang inu youkai tak dapat dijelaskan dengan satu kata, puas, atau antusias? Yang pasti raut dingin tertanggalkan dari wajahnya dan digantikan oleh suatu ekspresi yang membuat segerombolan kupu-kupu di perut Kagome berubah menjadi kumpulan api yang bergejolak.
Tubuhnya memanas.
Sebuah geraman menjadi awal sebuah pertautan. Sebuah sentuhan menghasilkan desakan. dan desakan berbuah tuntutan. Mereka merengkuh laksana diburu waktu. Dorongan hormon tak lagi tertahankan hingga gadis itu bisa merasakan cakar Sesshoumaru sedikit menekan kulit punggung dibalik piyamanya. Di bawah agresi indra pengecap pria itu, perlawanan Kagome seakan tak berarti. Sebuah lenguhan teredam. Gairah yang membara mulai berkumpul di perut bagian bawah keduanya. Tangan Kagome merenggut kuat sejumput helaian silver lembut kekasihnya tatkala letupan keinginan berbuah menjadi gejolak nafsu.
Takkan ada yang bisa membuat mereka menahan diri kala itu.
Tidak ada.
Terkecuali, suara rintih seorang gadis kecil yang sampai ke telinga sang Daiyoukai.
Dekapan keduanya terberai, di tengah napas yang pendek-pendek Kagome mendengar Sesshoumaru berucap, "Rin."
Miko itu hanya mengangguk sebelum ikut bangkit dengan lutut yang terasa lemas.
Ketika Kagome dan Sesshoumaru sampai di tempat mereka berkemah, Shippou dan Jaken sudah menanti mereka dengan wajah khawatir. Rin masih tertidur di dalam kantung tidur saat Kagome mendekatinya. Jaken meminta maaf pada Sesshoumaru dengan cara dramatis yang memuakkan seperti biasanya. Sedangkan Shippou menceritakan tentang Rin yang meracau dalam tidurnya dan suhu tubuh gadis kecil itu yang melonjak naik secara drastis.
Kagome mengangkat tangan dari kening Rin, "Dia demam." Gadis masa depan itu segera meraih tasnya dan mengaduk-aduk isinya. Dalam waktu yang singkat, gadis itu sudah menemukan apa yang dicarinya, sebuah tablet putih kecil pereda panas dan sebotol air mineral. "Ia makan malam dua jam yang lalu, kurasa tak apa jika Rin meminum ini sekarang," gumam Kagome pada dirinya sendiri.
Dibantu Shippou, dengan lembut ia menopang gadis kecil itu agar bersandar di dadanya. "Bisakah kau menelan ini, Rin-chan?" Gadis kecil itu membuka mata dan mengangguk lemah.
Suara abusive Jaken memekakkan telinga saat ia setengah berteriak dengan kepanikan yang menyebalkan, "Apa yang kau genggam itu, Manusia?"
Sontak, emosi Kagome menanjak naik, ingin sekali ia merebut tongkat bernama nintojou dan menghantam youkai hijau itu lagi seperti dahulu. Kagome menjawab ketus, "Ini hanya obat untuk Rin!"
"Jangan kau berani memberikan benda aneh berbau pahit itu pada Rin." Suara terakhir yang dikeluarkan mahluk hijau itu adalah suara memilukan ketika tubuhnya dipijak oleh Sesshoumaru.
Kagome berpaling pada mahluk hijau kerdil yang sedang bangkit dari tanah dekat kakinya, "Kau pikir aku akan meracuninya, hah? Itu sangat gila!" Sebaiknya kau belajar menutup mulutmu Jaken, karena egomu sama sekali tidak didukung oleh penampilan dan kekuatanmu." Dengan itu, Jaken segera bungkam.
Kagome kembali mengangkat pandangan pada inu youkai yang masih menatap lurus dirinya. Yang ditatap tak jua memberi tanda persetujuan walau hanya sebuah anggukan kecil seperti biasanya. Amarah miko muda itu belum jua mereda, dengan berang dan penuh penekanan di dua kata tertentu ia berkata, "Bila benar kau menganggapku sebagai calon pasangan, kau seharusnya juga mempercayaiku, Sesshoumaru."
"CA-CALON PASANGAN!!??" Teriak Jaken.
Sang miko yang terganggu dengan keterkejutan Jaken melemparkan tatapan heran yang meremehkan. Gadis itu tak habis pikir, memangnya apa yang selama ini mahluk kerdil itu pikirkan? Sesshoumaru yang tak kalah terusik pun menghadiahkan tatapan kejam yang menawarkan kematian jika pengikutnya itu masih berani membuka mulut. Mendapat dua pandangan mematikan dari keduanya, Jaken mengkerut di tempatnya berdiri. Keadaan seperti itu bertahan selama beberapa detik sebelum keduanya kembali fokus pada satu sama lain.
Kala Sesshoumaru dan Kagome bertukar sorot mata tajam, udara malam berat oleh ketegangan. Bahkan sang kitsune pun terlalu takut untuk menelan ludah. Rin kembali memejamkan mata, berharap itu hanyalah mimpi buruk, dan ia tak menjadi penyebab pertengkaran dua sosok yang disayanginya.
Merasa ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar, Kagome memutuskan kontak mata. Ia memejamkan mata sambil menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum membuka mata. Mementingkan kesembuhan Rin membuat intonasinya melembut. "Percayalah padaku," pintanya lemah. Iris biru sendu itu menatap safir keemasan dengan lekat, lalu menambahkan, "Seperti aku mempercayaimu, Sesshoumaru."
Beberapa puluh detik yang terlewat berikutnya terasa seperti selamanya. Reaksi yang ditunggu pada akhirnya muncul jua. Sebagai tanda persetujuan, Daiyoukai itu sedikit menggerakan kepalanya ke bawah.
_____
Pagi menjelang, suhu tubuh Rin sudah kembali normal oleh karena itu perjalanan dilanjutkan. Mereka sedang berjalan di antara dua tebing yang menjulang di tengah pegunungan. Tidak ada satupun pohon yang berdiri maupun rumput yang melapisi tanah. Yang terlihat hanyalah cokelat kemerahan tebing-tebing terjal yang gersang, bebatuan di sana-sini, dan kerikil-kerikil yang terhampar. Hanya cerahnya langit dan jejeran awan-gemawan yang sedikit membangkitkan suasana hati.
Selaras dengan alam yang ada, perjalanan pagi itu tandus tanpa tawa. Suara canggung menyelimuti mereka sejak sapaan selamat pagi Kagome tak diindahkan Sesshoumaru. Sejak saat itu, sang miko lebih banyak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Permintaan maaf setengah hati Jaken dan penambahan sufiks di namanya sama seperti yang youkai hijau itu lekatkan pada Sesshoumaru tak membuat hati Kagome kian ringan.
Diamnya Kagome membuat keadaan terasa sedikit tidak menyenangkan, terutama bagi dua bocah yang ada di dalam rombongan. "Rin tidak suka seperti ini," ungkap gadis kecil itu.
Shippou mengangguk, "Begitu juga aku."
"Rin harap Kagome Nee-chan kembali ceria seperti biasanya." Lagi-lagi kitsune itu menggerakan kepala tanda setuju.
Miko masa depan itu tak mendengar percakapan pendek keduanya, Kagome sedang menimbang-nimbang banyak hal. Menganalisis sebab heningnya Sesshoumaru bukanlah perkara mudah baginya. Apakah Daiyoukai itu diam dan memendam amarah atas kata-katanya semalam? Atau, di luar perkiraannya, Sesshoumaru sama sekali tidak marah. Dan lagi, ia sama sekali tidak tahu bagaimana pria itu memandang hubungan mereka setelah gejolak kecil yang terjadi.
Entah disebut sebuah keunikan atau kearoganan bila suatu hubungan, baik itu sebagai sekutu, musuh, persaudaraan, atau percintaan, hanya berlaku satu arah. Tapi faktanya, itu sangatlah tipikal Sesshoumaru. Bila suatu hal menyangkut dirinya, maka, itu sepenuhnya menjadi hak prerogatifnya. Bukti nyata bertebaran, salah satu contoh kecil dengan mudah ia petik dari awal pertemuan. Tanpa hati, pria itu tidak mengakui keberadaan Inuyasha sebagai adik walau jelas-jelas darah dari pria yang sama mengalir di tubuhnya. Kagome menghela napas dan lanjut berjalan sambil menatap kedua ujung sepatunya.
Tanpa sang miko ketahui, helaannya membuat kepala sang inu youkai berputar beberapa derajat, cukup untuk membuat gadis itu masuk ke area yang terlihat oleh sudut matanya.
Bibir gadis modern itu mengerucut, bila semua tergantung Sesshoumaru, tidak hanya kedengarannya saja, tapi hal itu benar-benar menyebalkan. Kagome sendiri tak tahu dan tak mau tahu apa yang akan terjadi bila ia tidak membalas cinta yang pria itu berikan. Yang ia tahu, marah atau tidak marah, seharusnya pria itu memberi tanda. Akan tetapi, setelah ia berpikir ulang, Kagome tak lagi yakin harus merasa bersalah karena ia bukanlah pihak yang harus meminta maaf. Dia tidak salah, dan memang tidak ada yang salah, yang ia lakukan hanyalah memberikan obat pada Rin.
Oleh sebab itu, Kagome membuat keputusan. Ia tidak akan menunggu, ia bukanlah tipe yang bisa duduk diam dan menunggu kabut kesalahpahaman akan memudar dengan sendirinya. Miko muda itu mempercepat langkah agar dapat berjalan sejajar dengan kekasihnya dan meluruskan asumsi-asumsi yang menyiksa kepalanya.
Namun, baru saja ia hendak memanggil nama kekasihnya, tiba-tiba ia merasakan pecahan Shikon no tama di dekatnya. Disaat yang bersamaan, dengan setengah berteriak Jaken memberitahukan bahwa pendar cahaya berlian hijau pendeteksi fuyoheki kian memudar. Itu artinya, jantung Naraku sudah dekat!
Sesshoumaru mencabut Tokijin dari sarungnya. Suara Rin dan Shippou sangat lantang kala menunjukan sebuah gua di tengah tebing yang berada di sisi kanan mereka. Tanpa menoleh, Sesshoumaru berujar, "Menyingkirlah." Dengan itu, Kagome mengajak Ah-Un, Jaken, dan dua bocah kecil itu untuk mundur dan mencari tempat berlindung.
Suara gemuruh tebing yang runtuh oleh ledakan youki yang dikeluarkan sang alfa mengakhiri kedamaian dan memulai sebuah pertarungan. Sesosok youkai yang memiliki tubuh seperti manusia, dengan rambut sebatas telinga, memiliki bekas luka memanjang secara vertikal di sisi kanan wajah hingga ke lehernya muncul di hadapan sang inu youkai.
Moryomaru membuka mulut, "Kau, saudara Inuyasha?"
Sesshoumaru menyahut dengan dingin, "Aku tidak pernah menganggap mahluk setengah siluman itu sebagai saudaraku."
Tempat Kagome berlindung tidak cukup jauh untuk tidak mendengar itu. Kedua alisnya berkerut, baru saja hal itu terlintas di kepalanya, dan kini prasangkanya itu benar-benar terbukti atas kalimat yang baru saja Sesshoumaru lontarkan. 'Oh, Kami-sama, yang benar saja? Setelah persekutuan yang terjalin dan melakukan perjalanan bersama Sesshoumaru masih belum menganggap Inuyasha sebagai saudara?' Entah karena ego yang mencegahnya mengatakan hal yang sebenarnya di hadapan musuh atau Sesshoumaru memang berpikiran seperti itu, Kagome belum dapat memahaminya.
"Namun, jika kau memiliki pengetahuan tentang itu, maka, kau adalah jantung Naraku!" sambung Sesshoumaru.
Youkai hasil eksperimen itu berkata, "Sesshoumaru, kau akan menyesal telah menghunuskan pedang sebelum berkata benar."
"Dan kau akan kubuat menyesal karena telah menyebutkan nama Inuyasha di hadapanku." Di tengah adrenalin yang meninggi, Kagome yang mendengar komentar Sesshoumaru itu tak dapat menahan diri untuk tidak memutar bola mata sesaat sebelum kembali fokus pada pertarungan yang ada di depannya.
Tinggi anak buah Naraku yang dua kali lipat dari Sesshoumaru, membuat inu youkai itu melompat untuk menyerang. Dengan lengan kanannya, Moryomaru menangkis tebasan langsung yang Sesshoumaru arahkan padanya. Usaha itu tanpa hasil. Tokijin tak dapat menembus sedikit pun tubuh youkai bersurai ungu pucat itu. Pasalnya, terkecuali bagian wajah dan lengan kanan, seluruh tubuh mahluk itu diselimuti cangkang keras berwarna hijau tua. Perubahan tubuh Moryomaru itu terjadi karena ia telah melahap Meioju, youkai kura-kura yang memiliki cangkang super kuat yang tak tertembus oleh sembarang senjata.
Sesshoumaru mundur sedetik lamanya sebelum melancarkan serangan lain. Karena hunusan langsung tak berpengaruh, ia menggunakan ledakan youki dari pedangnya. Sekali, dua kali, youki yang berbentuk bola cahaya milik Sesshoumaru hanya berhenti satu jengkal di depan Moryomaru. Youkai itu berhasil menyerap youki Sesshoumaru. Dan itu berarti, semakin banyak Sesshoumaru menyerang, maka, Moryomaru akan menjadi semakin kuat. Kemudian, apa yang terjadi berikutnya mudah ditebak, serangan balik sang musuh membuat Sesshoumaru sibuk mengelak untuk beberapa waktu lamanya.
"Sebaiknya menyerah saja! Seranganmu sia-sia, Sesshoumaru." Nada Moryomaru penuh celaan.
Rin, Shippou, dan Jaken mulai mengeluarkan komentar-komentar panik. Setelah memerintah Rin dan Shippou tetap di tempatnya, Kagome keluar dari tempat perlindungan untuk mendekat ke tempat pertempuran dan berdiri sedikit di belakang Sesshoumaru. "Ada pecahan Shikon no tama yang terpasang dalam cangkang di bahu kanannya itu." Busur telah terentang, satu anak panah terselip di tengahnya. "Aku tidak tahu apakah panahku dapat mencapainya atau tidak, tapi ini sebuah usaha yang sangat pantas untuk dicoba."
Anak panah yang melesat mengenai bahu kanan Moryomaru, tepat di mana beberapa pecahan bola empat arwah bersemayam. Panah yang Kagome lesatkan tepat mengenai sasaran. Tapi hanya percikan seperti listrik yang terlihat di tempat yang tersentuh anak panahnya, tidak lebih.
Tak membuang tempo, pemilik Tokijin itu melemparkan ledakan youki yang lebih dahsyat dari sebelumnya sebelum melesat cepat mendekati sang musuh. Disaat Moryomaru selesai menyerap youki Sesshoumaru, disaat itu mereka sudah berhadap-hadapan. Sang Daiyoukai menghunuskan pedangnya di tempat yang telah terkena panah Kagome. Dengan sigap, Moryomaru memberikan perlawanan, tangan kanannya berubah menjadi tentakel-tentakel panjang yang melilit kuat tubuh Sesshoumaru.
Mereka yang bersembunyi di tempat perlindungan berteriak panik melihat keadaan sang alfa. Sama halnya dengan sang miko, matanya terbelalak karena terkejut. Ia sudah mencabut panah dari busur dan menggeser tubuh sedikit ke kiri agar dapat membidik lebih baik.
Beberapa belas meter dari tempat itu, di waktu yang sama. Secara perlahan namun pasti, bilah Tokijin yang disertai aliran youki melesak masuk ke dalam cangkang yang lebih solid dari batu itu. Pedang yang ditempa dari taring Goshinki mulai takluk. Retakan mulai menyebar. Tokijin hampir menyerah kalah ketika beberapa kelopak bunga yang merah oleh darah berterbangan melewati Sesshoumaru dan Moryomaru. Dengan segera, keduanya menyadari siapa pemilik darah yang menodai kelopak indah itu.
"Apakah wanita bodoh itu mati? Setelah mengkhianati Naraku dan mengkhianatiku demi sebuah kebebasan, pada akhirnya, ia menemui kematian yang sia-sia."
"Kagurakah?" Tanya Kagome sebelum melepaskan anak panah yang kedua. Panah yang berbalur oleh reiki melesat dan menancap di tempat yang diincarnya. Belum sempat gadis itu merasa lega dengan keberhasilannya, tatapan youkai hasil eksperimen itu beralih ke arahnya. Kemudian, enam titik youki yang diserap Moryomaru dari Sesshoumaru meledak ke arah sang miko.
Dentuman keras memenuhi memekakkan telinga terdengar. Setelah asap dan debu yang menggumpal telah terberai oleh angin, gadis itu menghilang. Tanah rata yang tadi dipijak oleh Kagome membentuk cekungan seperti kawah berwarna kehitaman yang mengeluarkan bau pahit di beberapa tempat.
Dengan santai Moryomaru kembali menatap inu youkai itu dengan pandangan bosan. "Menyedihkan."
"DIAM!" Hardik Sesshoumaru.
Disaat bersamaan, youkai bayi yang bersembunyi di dalam lengan Moryomaru itu terperanjat. Percikan reiki yang tadi dihantarkan panah di bahunya melebar, cangkang yang menjadi pelindungnya melemah. Dan itu memudahkan Tokijin untuk menembusnya.
"Youki milikku tidak pantas diserap oleh youkai sepertimu," ucap Sesshoumaru dengan geram ketika sedikit demi sedikit Tokijin melesak ke dalam cangkang keras Moryomaru.
"SORYUHA!" Youki berkekuatan besar berbentuk naga mengalir dari sang Daiyoukai ke Tokijin. Dengan pelindung tubuh yang melemah oleh reiki Kagome, Moryomaru tak sekuat seperti sebelumnya. Ujung pedang Sesshoumaru hampir pecahan bola empat arwah yang tertanam ketika bilahnya patah menjadi dua. Memanfaatkan keadaan, Moryomaru menghilang dengan cepat.
Baru saja Sesshoumaru menoleh hendak memeriksa keadaan calon pasangannya saat ia mendengar, "Arigatou, Shippou." Kagome melompat dari atas Shippou yang berubah bentuk menjadi balon merah muda besar nan lembut.
Sang Daiyoukai membuang sisa pedang Tokijin yang ada di tangannya tatkala Rin dan Jaken bergabung sambil menyatakan kelegaan mereka karena Sesshoumaru berhasil selamat. Setelah itu, Rin menghambur untuk memuji Shippou yang tak kalah hebat dengan tuan yang dikaguminya.
Pemilik Tokijin itu mendekati kekasihnya, menangkup pipi kiri Kagome, meneliti gadis itu sesaat, lalu membuat pernyataan, "Kau tidak apa-apa."
Gadis itu mengangguk mantap, ia bertanya balik, "Apakah yang Moryomaru maksud adalah Kagura?"
"Hnn."
"Kita harus segera menolongnya!" Desak Kagome. Sebagai respons, pria itu melingkarkan lengan kanannya di pinggang sang miko.
"Sesshoumaru-sama, kau meninggalkan pedangmu?" Tanya Rin.
Sesshoumaru menjawab sambil melompat ringan lalu terbang. "Aku tidak butuh pedang yang patah."
"Rin-chan, Shippou-chan, kalian tunggulah di tempat yang aman!" Seru Kagome dengan lantang.
Tangan gadis itu melilit erat di leher Sesshoumaru, wajahnya terbenam di antara mokomoko dan leher kekasihnya. Entah seberapa cepat mereka terbang, yang pasti, Kagome tidak dapat membuka mata tanpa kembali memicing dan merasa sedikit pusing dengan semua warna kabur yang menjadi latar belakang atas kecepatan yang Sesshoumaru tempuh.
Dengan mata yang terpejam, Kagome seakan berbisik kepada dirinya sendiri. "Seharusnya kita memaksa Kagura untuk tinggal bersama kita. Tidak seharusnya kita membiarkan Kagura sendirian." Tidak ada jawaban dari Sesshoumaru, tapi itu tidak masalah bagi Kagome, karena ia sendiri pun tenggelam di dalam pikirannya, di dalam penyesalan terbarunya.
_____
Mata awas sang Daiyoukai sudah menangkap tempat yang ditujunya, hamparan luas padang bunga berwarna putih dengan putik kekuningan di sebuah pembukaan hutan yang lebat. Gunung menampakkan puncaknya dari balik hijaunya pucuk hutan. Gerombolan awan tebal menari-nari dipermainkan oleh angin. Pemandangan yang ada menakjubkan, sama seperti biasanya. Yang tak biasa adalah seorang youkai wanita yang terduduk di atas kedua lututnya di tengah-tengah padang itu. Kepalanya lunglai ke depan hingga sejajar dengan bahu. Di setiap napas yang terhembus, angin yang bercampur dengan miasma keluar dari empat lubang di tubuhnya, hembusan angin itu beriak, menggugurkan bunga-bunga dari tangkai di sekitarnya. Kelopak-kelopak rapuh bunga yang telah gugur itu semakin terlukis indah oleh merahnya cairan kehidupan yang dimiliki oleh Kagura.
Kepala sang pengendali angin terangkat ketika Sesshoumaru dan Kagome menjejakkan kaki tak jauh darinya. Sesshoumaru mendekat, Kagome hanya dapat diam di tempat dan memandangi wanita itu dengan tatapan sedih. Hanya dengan satu kali pandang semua akan mengerti, Kagura sedang sekarat. Tangan kanan wanita itu bersemayam di atas dada kirinya, tanda bahwa Naraku telah mengembalikan jantungnya. Meski pada akhirnya, kebebasan yang ia dapat lantas kembali direnggut oleh miasma laba-laba kejam itu.
Naraku benar-benar merencanakan akhir memilukan ini untuk Kagura.
Daiyoukai itu memandang Kagura lurus-lurus, tangannya yang menggenggam pegangan Tenseiga terhenti ketika menyadari wanita yang tak lagi menjadi musuh itu tak dapat tertolong.
Disaat-saat terakhirnya meregang nyawa, rasa sakit dan keputusasaan telah tanggal di wajah pengendali angin itu setelah Kagura mengetahui bahwa mereka, dan Sesshoumaru khususnya, telah datang untuknya. Itu sudah cukup baginya.
Di tarikan napas terakhirnya, pengendali angin itu pun tersenyum.
Jaring laba-laba kini takkan lagi dapat menjamahnya.
Kagura telah terbebas dari cengkraman Naraku dan terlepas dari kefanaan.
Bebas sebagai angin.
Di antara semua perasaan pilu dan sedih yang menyerangnya, emosi Kagome melonjak drastis. Tangan gadis itu menggenggam erat busurnya hingga buku-buku jarinya memutih, rahangnya mengeras, giginya hampir bergemeretak oleh angkara murka. Kekejaman Naraku semakin lama terasa lebih dari sekadar memuakkan.
Sesshoumaru berbalik badan, menghampiri kekasihnya. Suara baritone-nya kian berat ketika melisankan jawaban atas pernyataan Moryomaru sebelumnya. "Aku, Sesshoumaru inilah satu-satunya yang berhak memutuskan dia mati sia-sia atau tidak."
Konflik yang disebabkan oleh Shikon no tama bagaikan mengurai benang kusut di tengah nyala api, tidak ada kebaikan yang dibawanya, hanya kesengsaraan yang menunggu siapapun yang berkaitan dengan bola permata kecil itu. Oleh sebab itulah, tidak boleh ada waktu lagi yang terbuang. Dengan dada yang masih kembang-kempis karena berang, dari balik rahang yang terkatup kuat dan penuh tekad Kagome bertekad, "Kita harus segera mengalahkan Naraku!"
~Tsudzuku~
For all reader, I'd like to say, minna saiko arigatou.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top