3. Permainan Eksklusif

Lolita membenci beberapa jenis kebisingan. Pertama, suara orang menelepon di kendaraan umum. Kedua, tangisan bayi yang tak kunjung berhenti.

Kebisingan lain yang bikin Lolita menahan gondok setengah mati yaitu keributan tetangga baru memindahkan perabotan. Sial sekali, kegiatan itu terjadi tepat di sisi lain dinding kamar Lolita. Secara tidak langsung si pemilik kamar terusir dari ruang nyamannya.

Lolita menyeret langkah sambil menguap lebar. Penanda waktu di dinding telah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Itu artinya baru tiga jam Lolita terlelap setelah semalam suntuk bertugas jaga IGD.

Pada mulanya, Lolita berniat tidur kembali di sofa ruang tengah. Namun, matanya menangkap gerakan asing di sudut ruangan. Lolita mendekat dan mendapati seekor kucing yang pecicilan. Lima hari lalu, kaki kucing itu masih sakit, tetapi kini sudah bisa bergerak lincah melompati aneka perlengkapan rumah tangga.

"Ayleen," panggil Lolita pada si kucing. "Jangan main di situ, banyak kabel! Kalau kesetrum, sakit, lho!" Lolita mengelukkan punggung ke bawah meja komputer. Ia menangkap dan menggendong seekor kucing kampung berambut putih. "Lo lagi hamil. Kalau sering kena listrik, nanti rambut anak-anak lo bakal jabrik kayak jamet."

Kucing itu mengeong sekali dan langsung membebaskan diri dari pelukan Lolita. Setelah mengatur jarak aman dari si pemilik, Ayleen menoleh balik dan mengeong lagi. Tanpa menghiraukan Lolita, Ayleen justru menggulung tubuh di atas sofa.

"Dasar, kumil sensitif!" ejek Lolita. Ia meniru panggilan yang Ghina berikan untuk kucingnya. Kumil adalah kepanjangan dari kucing hamil, yang merupakan puntiran kata bumil untuk ibu hamil.

Tempat Lolita dicuri. Gadis itu menarik kursi di depan meja komputer. Setelah menunggu lama, tidak ada tanda-tanda Ayleen akan menyerahkan tahtanya pada Lolita. Lolita pun memasrahkan tempat berbaringnya pada Ayleen, lantas mulai mengoperasikan peralatan elektronik yang sudah lama tidak menyala.

Seperangkat PC gaming ini satu tahun yang lalu bekerja lebih keras daripada Lolita di masa sekarang. Lolita pernah membiarkannya tetap menyala selama lima hari penuh. Selain terlalu memakan tenaga untuk menghidupkannya kembali bila dimatikan, Lolita memang lebih banyak menghabiskan waktu luang untuk melatih kemampuan bermain sebelum mengikuti turnamen.

"Ah, good old days," ucap Lolita lirih sambil mengusap dua layar komputer kebanggaannya.

Lolita asyik berselancar dalam permainan yang tengah santer masuk sebagai salah satu cabang olahraga dalam eSports. Walau sudah satu tahun meninggalkan dunia kompetisi gamers, sesekali Lolita masih mengikuti kabar terkini dari berbagai forum video games. Ia tahu sebentar lagi akan diadakan turnamen eSports dalam berbagai tingkatan kelas. Momen itu semarak karena pihak penyelenggaranya, Dream House, menawarkan hadiah fantastis bagi pemenang. Untuk ukuran kompetisi tingkat nasional, prize pool tiga miliar rupiah tentu sangat menggiurkan.

Kurang lebih dua jam Lolita menghabiskan waktu di depan komputer. Kerinduannya pada suasana masa lalu terpenuhi. Di tengah tuntutan pekerjaan utamanya sekarang, Lolita nyaris tidak punya tenaga untuk mengasah kemampuan bermain. Kekalahan yang Lolita alami barusan ini adalah buktinya. Jari-jari Lolita tidak seluwes dulu dalam menekan kibor dan menggeser tetikus.

Ayleen mengeluarkan bunyi "ngeong". Ia menyundul kaki Lolita minta perhatian.

Sebagai balasan, Lolita berhenti mengelus pengendali kursor. Lolita mengusap-usap kepala Ayleen.

Kucing itu selalu hafal jadwal Lolita harus mengisi tempat makannya. Lolita bangkit berdiri dan bersikap sebagai pelayan yang patuh. Ia kemudian mulai menyiapkan santap siang sang majikan.

Setelah memastikan Ayleen makan dengan baik, Lolita baru sadar belum makan dari pagi. Langkahnya berderap ribut menuju dapur. Benar saja, Lolita lupa menyimpan nasi padang ke dalam lemari pendingin. Akibat terlalu capai dan terburu-buru ingin tidur sehabis jaga, Lolita membiarkan belanjaannya tergeletak begitu saja di atas meja makan.

"Yah, sudah agak basi," keluh Lolita saat mencium aroma yang mulai berubah saat membuka bungkus makanan. Karena terlalu sayang membuang-buang makanan, Lolita berinisiatif memanaskannya di atas api penggorengan.

Memprihatinkan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Lolita. Di sudut ruangan terdapat satu set komputer mahal. Di sisi lainnya seekor kucing sedang menyantap pakan hewan merek ternama dengan lahap. Namun, orang yang mengklaim diri sebagai pemilik komputer dan pemelihara kucing itu malah bersikap seakan tak mampu membeli seporsi nasi padang baru.

Pemandangan tersebut dapat mengundang decak tak percaya bagi orang yang tahu. Namun, Lolita memang begitu. Apabila suka sama sesuatu, ia akan memberikan kasih sayangnya tanpa batas, sampai-sampai rela mengorbankan diri menjadi nomor dua.

***

"Loli!" panggil Ghina dengan suara melengking. "Aku dapat kabar baik untuk nasib rekening kamu."

"Apa?" Lolita yang tengah merapikan tempat tidur kucing segera mendekat.

"Nih," kata Ghina sambil menyodorkan gawainya, "baca sampai habis!"

Lolita menurut. Ia mencermati tiap kata di jendela obrolan. Lolita baru tahu Ghina mengikuti grup aneh begini. Perkumpulan ini suka mengeluhkan masalah hidup yang menimpa perempuan. Kebanyakan dari mereka resah akibat tuntutan rusuh para orang tua yang terus menyuruh anaknya menikah.

"Too distressing," komentar Lolita sambil mengangkat wajah. "Lo kenapa masuk group chat beginian, Ghin? Lo juga ikutan sambat gara-gara bokap dan nyokap maksa mau jodohin kalau lo nggak segera bawa cowok?"

"Fokus, Loli!"

Ghina merebut ponsel dari tangan Lolita. Ibu jarinya bergerak beringas. Saat tiba pada satu obrolan, Ghina kembali menyorongkan benda berbentuk persegi panjang tersebut pada Lolita.

"Ada tawaran pekerjaan yang nggak mudah datang," ujar Ghina menjelaskan. "Nih, pura-pura jadi orang lain untuk pergi ke kencan buta. Sejauh ini jarang banget hal itu terjadi di negara kita."

"Kebanyakan orang Indonesia memang nggak cocok sama gaya pacaran yang kebarat-baratan kayak gitu," timpal Lolita. Sebagai orang Indonesia tulen, Lolita tahu keyakinan penduduk negara yang terkenal dengan kemajemukan budayanya ini. "Bibit, bebet, dan bobot harus jelas."

"Di circle kelas atas, banyak orang tua bersekongkol. Bibit, bebet, dan bobot si lawan jenis sudah jelas dicari tahu, tinggal diperkenalkan ke anak mereka. Tapi, anak zaman sekarang jarang yang asal nurut kalau dijodohkan. Cewek-cewek kaum jetset yang pada sekolah tinggi sering menolak perjodohan. Jadilah ada acara perjodohan berkedok kencan buta ini sebagai win-win solution. Orang tua mencarikan kandidat, anaknya tinggal pilih yes or no."

Tanpa sadar Lolita berhenti berkedip mendengar penjelasan Ghina. Ia baru mengenal permainan sejenis itu. Saking terkejutnya, Lolita pun berpikir. Jangan-jangan dirinya terlalu miskin untuk mengerti pola pikir orang kaya.

"Sekarang baca tawaran itu!" perintah Ghina dengan telunjuk teracung pada layar ponsel. "Tugasnya ada dua. Kamu datang ke kencan, lalu bertingkah aneh bin ajaib. Pokoknya kamu harus bikin teman kencan ilfeel biar nggak mau lanjut ke next step." Ghina menepuk bahu Lolita sambil menarik senyum. "Bayarannya tinggi, lho! Dua kali lipat dari gaji kamu sekarang. Kamu juga boleh negosiasi kalau merasa kurang."

Lolita tidak langsung mengiakan. Gadis itu masih menimbang-nimbang sambil membaca ulang tawaran pekerjaan. Profesi yang tidak umum begitu, apakah aman?

"Pekerjaan ini cocok untuk kamu, Loli." Ghina mengompori. "Kamu, kan, alergi sama hubungan romantis. Portofolio kerja yang kamu tawarkan sudah terbukti paling top, jomlo 28 tahun."

Bibir Lolita mencebik mendengar penuturan Ghina yang lebih mirip ledekan. Ia mengabaikannya. Karena tak ingin salah langkah, Lolita kembali membaca deskripsi pekerjaan.

Tiba-tiba Lolita menjerit. Ponsel Ghina terlempar begitu saja ke atas sofa. Gadis bertubuh mungil itu memukul-mukul lengan temannya dengan heboh, lantas membuat Ghina mencontoh tingkah laku Lolita bertindak bodoh.

"Ada apa?" tanya Ghina panik.

"Itu, Ghin, itu!" Lolita gagap. Jari keduanya teracung menunjuk jendela obrolan yang masih terbuka. "Ada tawaran baru yang lebih gila."

"Gila bagaimana?"

Perlahan ketenangan kembali merasuki Ghina. Ia meraih ponsel dan mulai membaca. Reaksinya sama persis seperti yang Lolita perankan beberapa detik lalu. Ghina menjerit-jerit kayak orang tak waras.

"Seratus juta! Gila! Ini gila!" Sebelah tangan Ghina menutupi mulut supaya suaranya teredam.

Lolita mengangguk-angguk. Ghina yang dulu hobi mengoleksi aneka tas limited edition saja terpukau pada total rupiah itu. Kemiskinan memang dapat membuat rasionalitas menghilang.

"Ambil, Ghin!" sahut Lolita tanpa berpikir panjang. Ia telah berubah jadi sosok yang mata duitan. "Mulai hari ini gue angkat lo jadi manajer. Lo bertugas sebagai penghubung antara gue, si miskin ini, dengan orang-orang yang kelebihan uang itu."

Ghina memperhatikan kobaran bahagia di mata temannya. Ia memperhatikan figur tubuh Lolita. Bentuk mata Lolita yang lebar, juga profil wajahnya yang bulat, mudah 'dipalsukan' menggunakan riasan tebal. Rambut pendek Lolita gampang disembunyikan di balik wig. Ghina tak akan kesulitan memadukan pakaian dan tinggi sepatu untuk tubuh mungil Lolita. Lolita adalah model yang tepat untuk pekerjaan ini.

Ghina tertawa lebar. Ia mengulurkan sebelah tangan. "So, deal?"

"Deal!" Lolita menjabat tangan Ghina penuh tenaga.

'Selamat tinggal nasi Padang setengah basi! Selamat berpisah cicilan mobil!' Lolita membatin seraya tersenyum lebar. Ia sesekali tertawa membayangkan kehidupan cerah di masa depan.

Sedikit yang gadis itu tahu bahwa hidupnya akan berjungkir balik dalam wahana bergelimang harta. Semua tentang uang, baik itu berupa kemiskinan atau kekayaan, tidak akan menghindarkan seseorang dari masalah.

***

Hai, hai! 💚

Akhirnya ketemu lagi sama "Overpriced Love". Siapa yang pernah baca cerita ini saat diikutkan kompetisi? Cung! 🥰

Seperti yang sudah tertulis di depan, berkat doa dan dukungan teman-teman sekalian, naskah ini lolos menjadi pemenang kompetisi. Terima kasih💚

Kemudian, aku mau menjelaskan bahwa Lolita sudah pernah debut di buku-buku yang lampau, tepatnya dalam universe #gcrush. Yup, Lolita ini satu circle permainan bersama Naya, Ghina, dan Gladis. Buat pembaca yang mengikuti perkembangan universe di dunia Pingumerah, pasti nggak asing lagi sama nama-nama ini 😉

"Overpriced Love" sudah selesai tulis dan melalui proses pembedahan editor. Dengan demikian, semoga menjadi lebih nyaman dibaca karena minim kesalahan.

Karena terikat kontrak, naskah ini tayang eksklusif di aplikasi Cabaca tiap hari Sabtu, ya 🥰

⚠️⚠️⚠️ KABAR GEMBIRA! ⚠️⚠️⚠️

Aku punya rencana mau bikin bonus buat yang berhasil baca sampai bab akhir nanti 🥰(Tipikal aku banget, kan, 'baca cerita, bonus cerita'. Sampai pada kenyang wkwk). Dan ... bonus ini bakal terpisah, nggak masuk di aplikasi Cabaca alias benar-benar gratis tanpa ada biaya. Murni buat fanservice 💚

Kalau banyak yang mau, nanti aku diskusi sama editor-ku 🤗

Kalau nggak ada jawaban, ya ... hm ... gitu deh ... haha

Sip, kayaknya gitu dulu, ya! Jangan lupa pantengin instagram, siapa tahu aku kasih pengumuman di sana 🤗

Last but not least, happy reading, pals!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top