Juri 3

Setelah Bencana

Nilai: 73

Butuh lima paragraf buat aku sadar tentang geraman yang nyaris memenuhi satu cerita pendek ini. Kayaknya pendeskripsian di awal agak susah dimengerti, khususnya buatku yang buta soal bahasa zombie. Ya maap, aku belum mati.

Tapi, ya, aku masih belum paham kenapa cerita ini dipenuhi "gerrr", "aaaaa", "rreeeooo" dan semacamnya. Kalau di awal, ya bolehlah, tapi memenuhi sekujur cerita ini? Ngabisin kuota kata ini mah. Enggak guna juga buat plot, alur atau lainnya.

Dan, cerita ini banyak bolongnya. Kayak, kenapa mereka jadi zombie? Apa yang mengawalinya? Nanggung. Sori dori stroberi, tapi kesannya kayak asal tempel. Penulis kayak, entah enggak kepikiran, atau enggak kuasa memikirkan.

Oh ya, terakhir, cerita enggak semasuk akal apa pun, dalam kisah fiksi, dia harus masuk akal. Dan apakah cerita ini out of the box? Menurutku, ya. Tapi apakah cerita ini menarik? Seharusnya begitu, tapi penulis enggak memasukkan elemen-elemen yang seharusnya ada.

Tapi kalo buat komedi, aku lebih suka ide balapan pocong. :'(

--

Ilmu, Kekuasaan dan Kucing

Nilai: 76

Ide ini terlalu biasa buat aku yang suka cerita kartun soal kucing dan anjing. Di jaman dua rebuan ke atas (emang, saya udah tuak) cerita macam ini lumayan mainstream kok. Contoh aja Garfield, dan kembarannya Prince. Bisa ngomong. Punya kekuasaan.

Atau aku lupa judulnya, tapi ada cerita tentang kucing yang mau menginvasi bumi, tapi digagalkan para anjing. Caranya lebih elit lagi malah. Atau Bolt, anjing yang punya kekuatan super. Dah, banyak pokoknya.

Aku juga ngerasa alur cerita ini terlalu terburu-buru. Kayak satu novel dikompres supaya seribuan kata muat aja gitu.

--

Kota Magis

Nilai: 7o

Kalau Nara sadar bakar rumah kenapa juga dia mau pergi ke kota Magis bareng temen-temennya, ye kan? Ini plot hole bukan? Apa Nara kesurupan, atau sebenarnya dia bukan Nara? Harusnya ada penjelasan.

Dan, kayaknya hal-hal yang enggak biasa di cerita ini terasa kayak tempelan. Misal, ada kota magis atau enggak, dan manusia di sana berbadan karet atau enggak, rasanya enggak ada pengaruhnya sama sekali sama plot. Aku juga ngerasa alurnya terlalu lambat dan banyak adegan yang ada atau enggak pun enggak akan berengaruh besar dalam cerita.

--

Yang Paling Cantik

Nilai: 78

Pas pertama baca ini, aku langsung keinget "Alice in Wonderland." Terasa surealis dan menarik. Cara kamu mendeskripsikan cerita pun cukup bagus. Suasana cukup terbangun, tapi aku enggak merasa ada konflik di sini. Sedangkan konflik adalah faktor penting penggerak cerita. Untungnya, ini cerpen, bukan novel.

Btw, hal yang aku sayangnya lainnya adalah, aku enggak merasa ini bisa dikategorikan "out of the box"—meskipun sekali lagi aku bilang, ini cukup menarik untuk ukuran cerpen.

--

Maaf, Aku Cemburu

Nilai: 77

Sejujurnya, ada seribu pertanyaan di otakku setelah baca cerpen ini. Yesa ini cewek? Saha ini cowok? Emak dan Mamak Yesa ini lesbian? Ini latar tempatnya di mana? Jakarta? Aku di mana? Kamu siapa?

Serius—haha, sumpah mau ketawa—karena plot twist kayak gini sebenernya sering dipake, tapi ini versi upgrade-nya aja gitu. Kukira si Saha ini demennya sama Yesa, tahunya sama Sam. Permintaan Saha buat nulis surat ke Faras pun bisa dipahami. Aku enggak nyangka bisa terhibur dengan cerita romansa, tapi sayangnya, aku enggak merasa ide dasarnya enggak masuk ke kategori OOTB, sih. Dan yah, balik ke pertanyaan di atas, aku merasa banyak detail yang seharusnya ditambahkan.

--

Ketika Naru Terlelap

Nilai: 84

Sejauh ini, aku paling suka cerpenmu. O jangan besar kepala dulu. Saya baru baca enam cerpen. Wkwkwk

Meskipun aku enggak akan bilang ini "Out of The Box" banget, tapi konfliknya terbilang menarik buatku. Untuk unsur intriksik kayak plot, alur, dan lain-lain pun aku enggak ada masalah. Cuma, mungkin lain kali kurangi penggunaan kata –nya, kayak mejanya, sakunya, dan lain-lain. Sama beberapa detail kayak pengulangan kata ini, dan kata "apapun" yang seharusnya ditulis terpisah; "apa pun". Cuma printilan kok. Over all aku sukak.

--

Verschwinden

Nilai: 81

Sejujurnya, cerita ini bagus. Idenya, meskipun agak susah buatku dibilang "Out of The Box" tapi masih tergolong menarik. Cuma kekurangannya ada di detail. Aku enggak tahu apa 15oo kata sudah dimaksimalkan, tapi aku merasa suasana yang terbangun kurang dan aku enggak bisa membayangkan dengan jelas latar tempatnya.

Di setengah bab awal aku yakin kalau itu semacam kota normal karena disebutkan pekerja kantoran dan ponsel, sampai muncullah sapu terbang, dan ... boom! Aku ngerasa bayanganku di awal langsung hancur.

Btw, apa penulis masih meraba-raba world building-nya? Aku merasa barang berteknologi tinggi kayak ponsel enggak cocok sama sapu sihir.

--

Reverence

Nilai: 87

Aku tahu penulis berpikir keras buat cerita ini, karena ini misteri. Aku suka gimana penulis membangun suasana dan latar di awal. Menarik pembaca untuk memecahkan sebuah misteri, meskipun yang sangat disayangkan, ada kebetulan mamanya Anya menyebutkan "Hearth" karena itu yang bikin cerita ini terasa kurang alami.

BTW, soal OOTB. Aku pernah baca webtoon yang idenya kurang lebih sama kayak ini.Serbuk yang entah dari mana muncul, dan gejalanya pengidap rambutnya akan berubah putih, mudah marah, dan terakhir mengalami halusinasi, tapi akhirnya pengidap akan menjadi serbuk. Tapi cerita ini lebih masuk akal, meski sayangnya aku enggak jadi bilang waw karena ide dasarnya udah keduluan orang. Wkwkwk.

--

Mencintaimu Adalah Sebuah Kewajiban Demi Keberlangsungan Hidup Dan Matiku

Nilai: 78

Judulnya panjang ya, Bun? Wkwkwk

Btw, aku menikmati banget baca ini. Sampe enggak inget harus nyari celah kesalahan supaya bisa kasih cabe rawit. Cuma akhir ceritanya tuh ... kayak dipaksain romantis banget enggak, sih?

Dan untuk ide ceritanya, enggak masuk "out of the box" buatku, tapi ini beneran menghibur.

--

Daging Babi

Nilai: 71

Maaf, tapi. Satu per tiga terakhir aku enggak bisa baca. Enggak bisa baca adegan sadis-sadis, dan aku merasa bagian itu ada atau enggak, enggak akan berpengaruh sama plot. Jadi sebenarnya adegan sadis itu enggak perlu.

Dan, aku masih enggak ngerti apa relasi daging babi dan OOTB. Ada juga adegan Jacky masak kue, tapi harusnya bagian itu bisa ditulis lebih efektif. Aku ngerasa ada sesuatu yang terlewat, kayak pertanyaanku apa Jacky ini bua Joa atau gimana? Scoot dan Lori ini siapa?

Perhatikan hal detail, misal, anak umur enam tahun enggak pakai maskara buat pemotretan, setahuku.

--

Fix It!

Nilai : 85

Enggak kok. Aku enggak ngerasa bagian akhirnya dipaksakan. Lucu malah. Aku enggak nemu bagian yang terasa kosong atau ditulis terburu-buru. Ceritanya mengalir, menarik dan menghibur, terlepas ada beberapa kalimat yang terasa enggak pas dan rancu, jadi bikin bingung, juga detail-detail kayak kesalahan penulisan. Intinya aku sukak, dan aku ngerasa ini cerita yang memang enggak biasa, atau memenuhi kriteriaku untuk "Out of The Box". Aku ketawa terus di sini. LOL

--

The Golden Star

Nilai: 78

Aku ngerasa, cerita ini kurang masuk akal, meskipun cara pengemasannya tergolong apik. Enggak mungkin seorang raja menghancurkan kotanya sendiri. Membuat kerjaan merugi sedangkan ada cara lebih efisien buat dapetin Golden Star si Penjaga. Atau, sekali pun ada alasan, seharusnya dijelaskan juga sih. Aku ngerasa ini jadi semacam plot hole.

Untuk ide, aku enggak ngerasa ini tergolong OOTB. Seandainya konfliknya sedikit diubah, atau seenggaknya diberi penjelasan lebih lanjut, dan enggak ada tema-temaan. Aku pikir ini bakalan bagus banget.

--

Cinderellong, Sandal Jepit dan Pangeran Tokek

Nilai: 78

Cerita plesetan dari Cinderella itu memang udah biasa, tapi ini lucunya enggak maksa kok. Aku juga suka plesetan-plesetan kata-katanya, alur dan drama-drama yang relate sama kehidupan kita di jaman sekarang. Ya, Allah, mau ketawa. LOL

Tapi, banyak kalimat tidak efektif, bahkan kesalahan ketik di akhir-akhir cerita. Buatku ini bukan semacam cerita "out of the box". Meskipun begitu menarik dan menghibur.

--

Mundane Virtual Reality

Nilai: 87

Ini cerita yang diperuntukan untuk jadi bahan sindiran laki-laki bukan, sih? Atau kegundahanmu soal para pecandu gem? Atau harapanmu bahwa pembaca bisa memahami betapa buruknya terlalu terobsesi dengan permainan?

Cerita ini punya pesan yang dalam, mengalir, dan kayaknya aku enggak nemu kesalahan ketik. Cuma ada beberapa penggunaan tanda baca aja yang salah. Untuk tema, aku enggak merasa ini "out of the box", tapi ide ini cukup menarik. Kelebihan di cerita ini adalah pengemasan dan pesannya.

--

Klambi nyar

Nilai: 8o

Kalau bukan karena pengemasannya yang indah, Anda enggak akan dapat nilai setinggi ini, Kisanak. Saya juga pernah membaca ini lo, di akun sebelah. LOL

BTW, daripada masuk ke tema "out of the box", ini lebih ke arah dongeng ga, sih? Dongeng awal mula cabai. Untuk unsur intrinsik enggak perlu dikomentari, pengemasan juga. Anda sudah pro soal ini. Ya, kurang sesuai tema aja.

--

Future Love Fillter

Nilai: 81

Untuk tema bulan ini. Hmm, mungkin ini termasuk "out of the box", tapi aku lebih suka konflik dan pengemasannya.

Terlepas dengan sederet saltik, penggunaan tanda baca, dan lainnya, cerita ini tergolong bagus, dan akan jauh lebih bagus kalau penulis mau belajar dengan serius soal EBI. Aku enggak keberatan soal sisanya.

--

Di Balik Jeruji Listrik

Nilai: 94

Aku bilang ide dasar dan konfliknya enggak "out of the box", tapi pengemasannya buatku luar biasa tapi juga enggak biasa. Kita dibawa di antara dunia nyata dan mimpi. Masa lalu dan masa sekarang. Dan perasaan dan suasana yang kuat, dan pemandangan yang entah gimana aku bisa bayangkan betapa ngerinya.

Aku pernah nonton dan beberapa cerita tentang betapa kejamnya Nazi dan mengerikannya perang dunia kedua. Meski begitu ... Bravo! Aku enggak akan kasih kritik di sini, karena buatku ini udah yang terbaik.

--

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top