Future Love Fillter
Future Love Fillter
Seluruh jagad maya sedang dihebohkan dengan fillter Instagrall viral yang dapat meramalkan tahun kelahiran 'cinta masa depan' seseorang. Banyak orang yang memberikan kesaksian tentang kebenaran fillter ini, bahwa mereka merupakan saksi hidup ketika tahun kelahiran pasangan mereka muncul di layar. Unggahan demi unggahan serta siaran langsung pengguna fillter memenuhi beranda semua media sosialku. Termasuk dari teman-temanku bersama suami, pacar, atau gebetan mereka.
"Kau harus mencobanya Amelia," kata Natasha, kakakku. "Aku iseng mencoba fillter-nya lalu keluar tahun 1993. Sebulan kemudian aku bertemu Rick di acara reuni SMA. Dan coba tebak, siapa yang akan menikah dengannya minggu depan?"
Aku tertawa saat Natasha menunjuk dirinya sendiri.
"Kebetulan," sangkalku. "Atau sugesti. Entahlah. Tidak mungkin ada yang bisa menunjukkan masa depan seakurat itu." Lagipula jika memang teknologi semacam itu ada, prediksiku mereka akan muncul bertahun-tahun dari sekarang. Bukannya 2022. "Lagipula aku belum siap jatuh cinta lagi sejak Nathan."
Nathan adalah temanku dari sekolah menengah. Kami sangat dekat dulu. Hingga kemudian aku menyadari aku telah jatuh terlalu jauh dan terlalu dalam padanya. Sungguh konyol.
"Ayolah!" Natasha membuyarkan lamunanku. "Jika aku bisa menemukan cinta di usia 28 tahun, kau juga bisa. 22 tahun, single, menarik. Apa yang terjadi pada cowok-cowok yang kutawarkan padamu? Kau membuat mereka pergi karena takut padamu. "
"Mereka membosankan," balasku acuh tak acuh, sembari meraih sekantong keripik di meja kopi.
Natasha tidak membalas perkataanku lagi, sibuk dengan ponselnya. Aku mengembuskan napas lega. Akhirnya bisa kembali fokus menonton seperti yang sebelunya kulakukan sebelum Natasha memulai pembicaraan tak masuk akan ini tadi.
Tapi ternyata ketenangan itu tak berlangsung cukup lama. Natasha tiba-tiba menyorongkan ponselnya ke depan wajahku. Dengan pandangan blur, karena ponsel Natasha tepat di depan mataku, aku bisa melihat aplikasi Instagrall-nya terbuka.
"Pegang!" perintahnya. "Tunggu hingga wajahmu dikenali lalu pencet tombol merah besar di tengah bawah itu. Ya, tepat sekali. Sekarang kita tunggu hasilnya. Aku tidak sabar melihat hasilnya!"
Yep, aku juga tidak sabar untuk Natasha berhenti melonjak-lonjak penuh antusiasme di sampingku. Sungguh lima detik yang menyiksa.
"Oh, hasilnya keluar."
"Mana sini kulihat." Natasha merampas ponselnya dari tanganku. Aku bisa melihat senyum penuh semangatnya memudar berganti dengan kedua alis bertaut kebingungan. "2022?"
"Well, kita sudah mencoba." Bahuku mengendik tak peduli.
"Tidak mungkin! Mungkin ada glitch di sistemnya. Hailnya selalu tepat, orang-orang bilang...." Natasha berbicara sendiri. "Sini, ulangi!"
Aku cepat-cepat memblok ponselnya dari area wajahku. "Woah, woah. Natasha! Geez. Dunia tidak akan berakhir kalau aku tidak tahu tahun lahir 'cinta masa depan'ku. Relax!"
Natasha akhirnya memutuskan menyerah. Aura antusiasmenya kini berganti dengan raut kecemasan.
Ia menggenggam tanganku. "Amelia, semennjak Ayah dan Ibu pergi kita hanya punya satu sama lain. Dan sebentar lagi aku akan menikah, aku hanya mencemaskanmu. Aku tidak ingin kau sendirian."
"Natasha, aku tidak sendirian." Tanganku balik merengkuh tangannya. "Aku punya diriku sendiri."
XXX
Pernkahan Natasha dan Rick berjalan lancar. Mereka bahagia, semua orang bahagia. Saat ini Rick sedang memutar Natasha di lantai dansa. Sementara aku harus menghibur salah satu groomsman Rick sebagai salah satu usaha Natasha mencarikanku pasangan.
"Jadi," si cowok-aku-lupa-namanya memulai pembicaraan. "Kau lahir tahun berapa?" Matanya bolak-balik melihatku dan layar ponselnya penuh harap.
"1999." jawabku singkat.
"Sial." Dan ia pun pergi mencari gadis lain untuk ditanyai.
Aku memegangi layar ponselku. Aplikasi Instagrall terbuka dengan fillter "Cinta Masa Depan" siap digunakan. Semalam aku mencoba ulang karena perkataan Natasha pelan-pelan memengaruhiku. Hasilnya dan juga hasil hari ini masih tetap sama dengan hasil seminggu yang lalu. Tahun kelahiran cinta masa depanku: 2022.
"Bodoh!" bisikku pada diri sendiri.
Aku memutuskan untuk pulang saja melihat Natasha sepertinya tidak membutuhkan bantuanku lagi. Ada sahabat-sahabatnya yang mejadi bridesmaid. Tapi bodohnya, aku lupa kalau tadi aku kemari bersama rombongan pengantin wanita sehingga aku terpaksa berjalan hingga halte bus terdekat.
Ini tidak terlalu buruk, pikirku. Hak sepatuku tidak terlalu tinggi sehingga nyaris tidak menyakitkan.
Aku masih memikirkan hak sepatu ketika mendengar tangisan bayi kucing dari antara semak-semak. Aku mencoba membelah semak-semak itu untuk memastikan bahwa bayi itu berada di tempat yang aman bersama induknya. Bukan karena aku pecinta kucing, aku lebih mendefinisikan diriku sebagai dog-person, tapi aku tidak tahan terhadap kesedihan dan tangisan kakakku serta hewan-hewan kecil nan malang.
"Di situ kau rupanya!" Bayi kucing berbulu hitam itu pasti masih berusia satu atau dua mingguan. Matanya belum terbuka sempurna dan ia bergerak dengan menggeliat. Mirip tikus. "Mana ibumu?" Ya, mana ibunya? Tidak ada tanda-tanda kehadiran bayi kucing lain ataupun induknya. Kecurigaanku terbukti saat melihat potongan handuk tak jauh dari tempat bayi kucing ini kutemukan. Korban buangan.
Aku membungkus si kecil lagi dengan handuknya dan memutuskan untuk memanggil taksi saja karena aku tidak yakin hewan boleh masuk bus umum. Dan tidak bisa kusembunyikan ketika ia menjerit-jerit seperti ini.
"Oke, bayi, begini aturan mainnya," kataku pada gumpalan bulu di tanganku. "Aku akan memberimu makan, minum, dan tempat tidur hangat sampai kau sudah lebih kuat lalu aku akan membawamu ke dokter hewan untuk diperiksa. Setelah itu aku akan mencarikanmu orang tua, kau mengerti?" Bola bulu hitam tetap menjerit. "Bagus. Kita punya kesepakatan."
XXX
Natasha baru kembali dari bulan madunya sebulan setelah hari pernikahan. Rick sudah kembali bekerja sementara Natasha yang bekerja sebagai guru privat piano baru akan mulai mengajar lagi minggu depan. Kami sedang ada di rumah orang tua kami, rumah yang kini kutinggali sendirian setelah Natasha menikah, mengepak barang-barang Natasha yang akan dibawanya ke rumah baru mereka berdua.
"Ada kabar dari cowok minggu lalu?" tanya Natasha.
"Nat."
Natasha mencebik mendengar peringatanku. "Hei, hanya menanyakan kabar." Ia makin cemberut ketika melihat bola bulu hitamku yang kini sudah mulai menggendut, lincah, dan menggemaskan duduk menjilat perutnya di tumpukan buku-buku. Natasha takut kucing. "Singkirkan setan kecil itu dari sini. Sejak kapan kucing tinggal di rumah ini? Dan yang lebih penting sejak kapan kau suka kucing?"
Aku memindah anak kucing itu ke pangkuanku. Ia mendengkur kesenangan. "Aku belum menemukan orang yang kupikir cocok untuk menjadi orang tua Cathy. Kau tahu? Dia dulu dibuang oleh orang tuanya di pinggir jalan. Lagipula siapa yang tidak akan jatuh hati pada wajah imut penuh bulu ini? Lihat, Catherine juga menyukaimu."
Wajah Natasha menunjukan bahwa ia tidak sependapat.
"Lalu bagaimana hasil fillter Instagrall-mu sekarang?" Kakakku kembali ke bahasan awal.
Aku mengendikkan bahu, sibuk bermain dengan Cathy. "Terakhir kucek 1998. Tapi aku sudah tidak peduli. Biarkan semua terjadi secara alami."
Bisa kurasakan Natasha tersenyum lebar. "Aha! Aku benar. Ternyata hanya glitch waktu itu. Tidak mungkin cinta masa depanmu lahir tahun 2022."
"Tidak juga," sanggahku. "Aku benar-benar menemukannya dan ia lahir tahun 2022. Bahkan, umurnya baru sebulan lebih sedikit." Kening Natasha berkerut seolah aku baru berbicara dengan bahasa alien. Mataku mengarah pada Cathy.
"Kau bercanda!"
Aku mennggeleng. "Yah, fillter-nya tidak menyebutkan secara spesifik cinta jenis apa bukan? Lagipula jenis cinta juga banyak macamnya. Mungkin terkadang cinta romantis masa depan, di lain waktu cinta jenis lain yang lebih murni."
Natasha masih tak percaya. Ia meraih ponselnya. "Seharusnya hasilku masih 1993."
"Well?" tanyaku setelah beberapa menit penuh keheningan. Natasha mengangsurkan ponselnya. "2023?"
"Konyol sekali. Mungkin kau benar, fillter ini hanya dibuat untuk bersenang-senang."
"Mungkin kau akan jatuh cinta pada Cathy juga," tawaku. Lalu sebuah pikiran kilat menyambarku dan tawaku hilang. Cinta yang lebih murni. "Atau... aku akan memberitahumu segera setelah kau buang air kecil di atas stik. Barangkali mungkin, kau tahu, cinta masa depanmu adalah seorang anak."
Dan aku tidak pernah melihat Natasha bangkit dai posisi duduk secepat itu untuk ke kamar mandi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top