🥀 Chapter 17
Ting tong
Jieun segera membuka pintu rumah dan berlari kecil ke arah gerbang depan rumahnya, bibirnya melengkung ke atas dengan cantik ketika melihat mobil hitam yang sama dengan tadi pagi berhenti di depan rumahnya.
“Kak Yoora!” panggil Jieun dengan raut bahagia ketika melihat sang Kakak turun dari mobil dibantu oleh Changbin.
“Kak Changbin, selamat malam. Bagaimana jalan-jalan kalian?” tanya Jieun basa-basi. Yoora berdiri disamping Jieun.
“Berjalan lancar. Yoora membawaku ke banyak tempat.” Jawab Changbin setelah melihat Yoora sekejap.
“Baguslah. Sering-sering mampir ke sini, Kak Changbin. Kami masuk dulu, ya. Kak Yoora sudah ditungguin Mama.” Balas Jieun dengan senyum yang mirip dengan Yoora di wajahnya.
Changbin mengangguk, “Masuklah. Aku pamit undur diri.” Lalu, pemuda itu kembali naik ke dalam mobilnya.
“Hati-hati di jalan, Binnie.” Ucap Yoora sambil melambaikan tangannya.
Jieun membawa Yoora ke dalam rumah, “Kak Yoora senang hari ini?”
“Heum ... tentu saja. Kak Yoora ke Gwangju Lake Ecology Park.” Jawab Yoora dengan gurat senang masih terbingkai di wajahnya.
“Sudah pulang, sayang? Bagaimana jalan-jalanmu?” tanya Hani yang segera melangkah ke arah Yoora, meninggalkan majalah fashion di meja.
“Sangat lancar. Yoora berjalan ke danau dan malamnya ke Songjeong Station Market.”
Hani mengangguk paham, “Segera mandi dan beristirahatlah, sayang.”
Yoora mengangguk dan menuju ke kamarnya dibantu oleh Jieun.
Dua puluh menit kemudian, Yoora keluar perlahan dari kamar mandi dengan balutan piyama biru muda, dia duduk di kasur dan meminta Jieun untuk mengambil diarinya.
“Kak Yoora mau menulis diari?”
“Iya. Bisa bantu Kakak?” tanya Yoora sambil berusaha membuka halaman buku tersebut.
“Tentu saja.”
▪︎▪︎▪︎
6 Juni 2016
Gwangju, Korea Selatan
“Apa yang kamu tulis di diarimu kemarin, Binnie?” tanya Yoora saat jam istirahat, mereka duduk di taman belakang sekolah.
Changbin membuka diarinya, dan membaca setiap goresan huruf yang dia tulis di sana.
Hari ini, Yoora mengajakku untuk jalan-jalan sekitaran Gwangju. Aku bersemangat, Mama dan Papa tetap berpesan padaku untuk menjaga Yoora seperti biasanya.
Kami pergi ke Gwangju Lake Ecology Park, Yoora mengatakan dia sering ke sana sebelum kehilangan penglihatannya. Siangnya, kami menikmati jjampong sebelum ke Penguin Village. Penguin Village memiliki banyak seni di dalamnya, kedai-kedai juga ada sepanjang jalan. Aku ingin mengajak Yoora untuk berfoto tetapi, Yoora menolaknya.
Aku senang ketika melihat Yoora bahagia seharian itu. Aku rasa aku tetap menginginkan Yoora tersenyum.
Yoora tersipu malu saat mendengar perkataan Changbin, isi diari Changbin tentang kemarin tidak jauh-jauh darinya. Hatinya menghangat ketika mendengar pemuda yang kesulitan mengartikan sebuah perasaan itu menginginkan dirinya untuk tersenyum.
“Kamu menginginkanku untuk tersenyum terus?” tanya Yoora diam-diam merasa senang.
“Iya. Aku bahagia ketika melihat Yoora tersenyum. Aku tidak suka melihat Yoora sedih.” Jawab Changbin dengan penuh keberanian.
Yoora tersenyum, “Seberapa besar kamu menginginkanku untuk tetap tersenyum, Binnie?”
“Sangat besar. Itu selalu ada ketika aku teringat denganmu.”
Yoora memalingkan wajahnya, berusaha menetralkan semu merah di wajahnya ketika mendengar penuturan polos nan jujur dari pemuda tersebut. Dia menyodorkan diarinya ke hadapan Changbin, “Bukankah giliranku sekarang?”
Changbin mengambil diari tersebut dan membacanya dengan perlahan.
Hi, Dorine.
Ini lembaran kesekianku untuk bicara denganmu, bukan?
Hari ini, aku dan Binnie mengitari Gwangju seharian. Kata Jiji, sekarang sudah jam delapan malam. Jadi, kemungkinan besar aku pulang di jam tujuh.
Perasaanku sangat senang sampai tidak bisa dikatakan lagi. Sudah lama tidak jalan-jalan, terakhir kali aku jalan-jalan disaat Jiji memintaku untuk mengikutinya dan terjadilah kecelakaan itu. Aku kembali mengunjungi tempat kesukaanku, dari udaranya saja, aku tahu tidak ada yang berubah dari tempat tersebut.
Dua jam lamanya aku dan Binnie mengitari satu jembatan tersebut. Beruntung diriku, seharian ini tidak turun hujan.
Hanya saja, aku merasa bersalah, aku tidak bisa mengajak Binnie lebih jauh karena, mataku. Aku tahu banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi, karena dulu saat Kak Minho masih di sini, Kak Minho membawa kami bermain di luar setiap Minggu.
Aku ingin membawa Binnie ke kebun binatang, bermain di berbagai wahana, menonton film, panjat tebing, dan banyak lagi. Mungkin itu akan terjadi ketika kedua mataku bisa melihat lagi. Kata Papa, rumah sakit menerima banyak pendonor mata, tetapi sedang melakukan pengecekan agar sesuai dengan mataku.
Apakah ada sepasang mata dari mereka yang sesuai denganku?
Omong-omong, Dorine, apa kamu pernah merasakan jatuh cinta? Tidak, aku hanya bertanya untuk berjaga-jaga. Karena, aku rasa hatiku menunjukkan perasaan jatuh cinta.
Aku tidak tahu kapan, tapi, perasaan ini tumbuh begitu saja. Mungkin suatu hari nanti, ketika aku bisa memastikannya, aku akan mengatakannya padamu, Dorine.
Aku akan berbicara banyak lagi besok.
Bye bye, Dorine.
Changbin mengernyitkan dahinya, “Jatuh cinta?”
Yoora tersipu malu dan mengangguk, “Iya, Binnie. Aku rasa aku jatuh cinta.”
“Apa itu, Yoora?” Changbin menutup diari Yoora dan meletakannya di atas diarinya sendiri. Wajahnya terlihat biasa tidak akan bisa dilihat oleh Yoora. Matanya bisa melihat senyum terbingkai, kata gadis itu sebelumnya, menandakan dia bahagia. Apakah jatuh cinta membuat seseorang bahagia?
“Perasaan yang paling indah, Binnie. Tetapi, paling rumit dari semua perasaan yang ada. Aku bisa merasakan senang, sedih, cemas di dalam waktu yang bersamaan, Binnie. Perasaan dimana ketika kamu terus membayangkannya setiap saat. Perasaan dimana membuatmu ingin bertahan hidup lebih lama, walaupun ingin menyerah. Perasaan membuatmu berdebar lebih cepat, padahal merasa tertekan dengan perasaan itu. Perasaan yang membuatmu hidup di padang bunga, walaupun bunganya setajam bunga mawar.”
Changbin terdiam, otaknya berusaha merasional perkataan Yoora yang membuatnya bingung. Dia bisa mengerti banyak perasaan, tetapi kenapa yang satu ini terdengar lebih rumit daripada rumus Fisika yang dipelajari dulu?
“Perasaan ini hanya akan kamu pahami ketika kamu merasakannya, Binnie.” kata Yoora yang seolah mengerti dengan pemikirannya.
“Siapa yang membuatmu jatuh cinta, Yoora?” tanya Changbin tiba-tiba. Yoora tidak melepas senyumannya, karena Changbin memintanya untuk tetap tersenyum.
“Seseorang yang membuat hidupku terasa lebih berwarna. Aku menginginkan yang terbaik untuknya, doaku selalu terselip namanya sejak aku mengenalnya, Binnie.”
▪︎▪︎▪︎
Yoora POV
Aku sedang duduk di ruang keluarga bersama Papa, Mama dan Jiji. Aku hanya bisa mendengar suara dari seorang wanita yang mengabarkan tentang berita ekonomi yang sedang naik daun.
“Omong-omong, Mama sempat lihat wajah Changbin, emang selalu datar begitu, ya?” celetuk Mama tiba-tiba, Mama tidak begitu tertarik dengan keadaan ekonomi sekarang, tetapi Papa tertarik.
“Jiji juga saat lihat pertama kali juga begitu, Ma. Tapi, Kak Changbin itu gentle. Dia benar-benar menjaga Kak Yoora.” Jawab Jiji yang membalas pertanyaan Mama.
“Changbin yang kemarin mengantar Yoora pulang itu?” tanya Papa yang tertarik dengan pembahasan kami, buktinya aku tidak lagi mendengar suara televisi.
“Iya, Pa. Kak Changbin itu wajahnya datar, terlihat cuek tetapi, ternyata dia perhatian dengan Kak Yoora. Kak Yoora tidak suka dengannya? Maksud Jiji, dia pasti selalu bersama Kak Yoora setiap saat, bukan?” tanya Jiji padaku. Aku hanya mengangguk menyetujui karena, memang seperti itulah kenyataannya di sekolah.
“Papa senang jika kamu mendapatkan teman baik di sekolah.” Ucap Papa padaku.
“Kak Yoora ... apa jatuh cinta yang Kakak tulis itu untuk Kak Changbin?” tanya Jiji yang membuatku terdiam, aku menunduk, tidak tahu harus menjawab apa.
“Ah! Kak Minho bisa mengintrogasi Kak Changbin jika Kak Minho mendengar berita ini. Jangan-jangan dia langsung terbang ke sini.” Ujar Jiji yang semakin membuatku tersipu malu.
“Sudah, Jiji. Kasihan kakakmu, sudah merona seperti itu.”
Aku mendengar Mama menegur pelan Jiji. Dalam hati, aku menghembuskan napas lega. Setidaknya, Papa dan Mama tidak memaksaku lebih jauh. Aku juga belum siap untuk mengatakannya.
▪︎▪︎▪︎
Our Tomorrow | Chapter 17
Done
︎▪︎▪︎▪︎
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top