🥀 Chapter 15

2 Juni 2016
Gwangju, Korea Selatan

Changbin melihat ke arah langit yang cukup cerah untuk hari ini, lalu melihat Yoora yang duduk di sebelahnya dengan sekotak susu coklat di tangannya yang telah terbuka. Kemarin, pemuda bermarga Seo dipanggil oleh Jinwoo ke ruang kerjanya. Ada Kyla juga di sana.

“Polisi sedang menginvestigasi keksus kematian Seong Hoon.” Kata Jinwoo membuka percakapan.

“Sudah kuduga.” Balas Kyla sambil menumpukkan kaki kirinya di kaki kanannya, punggungnya bersandar pada badan sofa dengan kedua tangan terlipat di dada.

“Papa hanya mau mengatakan, kamu melakukan pekerjaanmu dengan baik. Selebihnya Papa dan Mama akan mengurus itu. Kamu fokus dalam belajar.”

“Yoora memintamu untuk melakukan apa saja, sayang?” tanya Kyla yang mencegah anaknya keluar dari ruangan khusus milik Jinwoo.

“Dia memberikanku sebuah diari untuk ditulis. Katanya aku boleh menuliskan apapun yang kumau.” Kata Changbin akhirnya.

“Boleh juga. Kamu mau menulisnya sekarang?” tanya Kyla.

Changbin mengangguk.

“Pergilah menulis. Mama senang kamu mendapatkan teman seperti Yoora. Mama tidak bisa membayangkan jika kamu mendapatkan teman seperti saat kamu di Seoul dulu.” Ucap Kyla tiba-tiba, “memang sudah benar keputusan Mama untuk kembali ke Korea Selatan tetapi kita tinggal di Gwangju.” Sambung Kyla lagi. Dia berdiri dan menepuk pundak Changbin.

“Kembalilah ke kamarmu dan lakukan apapun yang kamu mau, Changbin.”

Yoora tersenyum sambil merasakan angin yang berhembus menerpa kulitnya, “Binnie, apa kamu bersedia membacakan isi diarimu?”

Changbin mengangguk, “Ada di kelas, Yoora.”

“Ayo, ke kelas, Binnie?”

Ajakan Yoora disanggupi oleh Changbin, melangkah turun perlahan dari rooftop dan mengambil lift untuk segera ke kelas. Sesampainya mereka di kelas, Changbin mengeluarkan buku hitam tersebut.

“Apa yang kamu tulis, Binnie?”

Changbin membuka buku hitam dan melihat lembaran pertama yang ditulis oleh tulisan tangannya sendiri.

Aku tidak tahu harus menulis apa di lembar pertama ini. Kata Yoora, aku boleh menulis apapun, Mama juga berkata begitu.

Hari ini, semuanya masih terlihat sama. Papa dan Mama tetap bekerja seperti sebelumnya, aku tetap ke sekolah diantar oleh supir. Aku menemani Yoora di jam kelas yang kosong dan dia memberikanku diari warna hitam. Papa memujiku mengatakan kalau aku melakukan hal yang bagus. Mama juga sama.

Aku juga masih penasaran kenapa Bu. Kim tidak marah tadi pagi? Padahal, dia selalu memarahi kami, kenapa seseorang bisa bahagia? Seperti apakah rasa bahagia itu? Apakah seperti perkataan Yoora?

Aku mencari kebahagiaanku sendiri.

Changbin melihat Yoora yang tersenyum lebar saat pemuda itu selesai membaca isi diari tersebut. “Aku yakin kamu akan mendapatkannya, Binnie.” Ucap Yoora yang mempertahankan senyumnya. “kamu bisa menciptakan kebahagiaanmu sendiri.” Sambung Yoora lagi.

“terkadang, ketika kamu melakukan sesuatu dan kamu bahagia. Itu tandanya kamu menciptakan kebahagiaan sendiri.”

“memang terlihat berharga, sesuatu yang tidak membuat semua orang bahagia. Tetapi, jika kamu bahagia. Itu sudah cukup.” Kata Yoora lagi.

“Perasaan terlalu sulit untuk dimengerti.” Lirih Changbin ketika mendengar penuturan Yoora.

“Tidak apa-apa, aku bersamamu, Binnie. Kita hadapi ini bersama, ya.”

“Apa kamu juga menulis kemarin, Yoora?”

“Ya, tentu. Aku ikut menulis. Kamu mau membacanya untukku?” tanya Yoora lalu mengambil tasnya dan mengeluarkan buku putih, memberikannya kepada Changbin.

Pemuda itu membuka lembaran pertama dan diisi dengan banyak sticker yang dipasang dan tertulis ‘Milik Kang Yoora’ di tengah atas dengan tulisan estetik.

“Di lembaran pertama, adikku membantu meriasnya.” Kata Yoora yang sepertinya mengetahui isi pikiran Changbin. “di lembaran kedua, ada tulisanku. Maaf kalau sulit dibaca.” Katanya lagi. Changbin mengikuti perkataan Yoora dan ada beberapa paragraf yang tertulis dengan tinta hitam di sana.

Hi, Dorine.

Haha, aku memanggilmu dengan sebutan Dorine saja, ya.

Sudah lama tidak menulis diari, terakhir kali sebelum aku kehilangan penglihatanku. Berarti itu sudah lama sekali. Aku akan menulis lagi walaupun, tulisanku akan jelek dan sulit dibaca. Tapi, ada Jiji yang membantuku.

Hari ini, aku merasakan kalau langit sangat cantik. Tidak ada sinar matahari yang menyapaku hari ini, anginpun jarang. Tetapi, sangat teduh menenangkan. Karena, hari ini ada jam pelajaran kosong, aku memberikan Binnie sebuah diari yang dibeli oleh Paman Kim sesuai permintaanku.

Aku suka ketika Papa, Mama, Kak Minho dan Jiji saling berinteraksi. Aku senang melihat mereka senang. Walaupun, Jiji dan Kak Minho sering bercanda sarkas, ya, mereka pasti saling menyayangi. Jiji menangis kencang saat pesawat Kak Minho terbang ke Australia. Dan lagi, Kak Minho akan segera kembali ke sini untuk liburan. Aku kangen Kak Minho.

Papa memintaku untuk sabar sebentar. Pendonor mataku belum ditemukan. Aku tidak meminta mereka untuk terburu-buru. Aku yakin jika pada waktunya aku bisa melihat lagi.

Eum ... aku akan menulis lebih banyak lagi besok. Hidupku selalu berwarna.

Bye bye, Dorine.

Yoora tersipu malu ketika diarinya dibaca oleh Changbin. Beruntung tidak ada siapapun di kelas saat itu, mungkin kebanyakan dari mereka memilih untuk menghabiskan waktu di kantin demi menuruti permintaan perut yang berdemo minta diisi.

“Binnie, sudah tiga bulan kamu di Gwangju, bukan?” tanya Yoora basa-basi.

Changbin terdiam lalu mengiyakan, “Kurang lebih tiga bulan. Kurasa memasuki bulan ketiga.”

“Bagaimana Gwangju?” tanya Yoora lagi.

“Baik. Udaranya tidak terlalu buruk walaupun, Gwangju termasuk kota metropolitan.” Jawab Changbin seadanya.

“Apa kamu pernah keliling Gwangju, Binnie?” tanya Yoora lagi.

“Belum pernah, Yoora.”

“Mau mencoba keliling Gwangju bersamaku?” tawar Yoora tiba-tiba. “aku juga sudah lama tidak keliling Gwangju. Hitung-hitung, aku bisa merasakan udara di luar selain rumah dan sekolah.” Sambung Yoora lagi. Matanya berubah menjadi binar harapan akan situasi yang mungkin sangat baik jika dia keluar jalan-jalan.

“Kita bisa keluar di Hari Minggu, Binnie. Jadi, kegiatan di hari biasa tidak akan terganggu.” Kata Yoora lagi.

“Aku akan bertanya pada Mama.” Jawab Changbin sementara.

“Aku mengharapkan yang baik darimu, Binnie.”

▪︎▪︎▪︎

Changbin POV

Aku masuk ke dalam kamar dengan handuk kecil yang mengusak rambut basahku sehabis mandi. Dengan perlahan, aku duduk di depan meja belajar dan meraih diari hitam. Entah kenapa, aku ingin mengutarakan isi hatiku di dalam buku ini.

Pen hitam beradu dengan kertas bergaris tersebut.

Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Aku tidak tahu akan panjang atau singkat.

Hari ini, Yoora mengajakku keluar jalan-jalan di Hari Minggu, hanya keliling Gwangju. Aku baru teringat, sejak aku menginjakkan kaki di sini sampai sekarang, belum pernah sekalipun aku mengunjungi area lainnya di Gwangju.

Papa dan Mama sibuk bekerja, akupun tidak meminta.

Tapi, saat Yoora menanyakannya padaku, aku sedikit merasa perasaan yang berbeda. Sesuatu menggelitikku dan aku merasa langit sangat cerah.

Apa aku bahagia karena, Yoora mengajakku keluar?

Aku semakin bersemangat ketika Mama menyetujui aku untuk jalan-jalan bersama Yoora. Papa juga mengijinkanku pergi dengan catatan untuk hati-hati dalam perjalanan dan tetap menjaga Yoora seperti biasanya.

Ya, ... mungkin itu ada kebahagiaanku.

Aku melihat goresan tinta hitam di kertas tersebut, aku tersenyum tipis. Aku sungguh merasakan sesuatu yang berbeda ketika Mama menyetujuiku untuk pergi bersama Yoora. Aku bersemangat dan merasa malam itu sangatlah malam hari yang baik.

Aku menutup buku diari tersebut, dan berjalan ke arah balkon, melihat pepohonan yang menjulang tinggi.

Aku berpikir satu hal kemungkinan, mungkin apa yang kutulis di buku diari tadi adalah kebahagiaanku.

Yoora adalah kebahagiaanku.

▪︎▪︎▪︎

Our Tomorrow | Chapter 15
Done

︎▪︎▪︎▪︎

Hai, hari ini bakalan update sampai selesai.

Ditunggu ya ^^

︎▪︎▪︎▪︎

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top