🥀 Chapter 01

25 Maret 2016
Gwangju, Korea Selatan

"Bagaimana cuaca hari ini, Jiji?"

"Sangat baik, kamu tahu, tidak begitu panas atau begitu gelap. Hawanya sejuk, dan awan terlihat sangat bagus hari ini. Aku akan mengabadikannya jadi, kamu bisa melihatnya suatu saat nanti, Yoora."

Gadis yang melemparkan pertanyaan tadi tersenyum, lebih tepatnya tersenyum getir nan pahit. Tangannya meremas The White Cane yang di genggamannya. "Apa akan ada keajaiban?" lirih gadis yang dipanggil Yoora dengan tatapan matanya yang kosong.

"Pasti ada. Aku yakin, apalagi waktumu masih banyak. Aku akan menjamin kamu mendapatkan donor mata." Ucap gadis yang bernama Jiyeon -dipanggil 'Jiji' oleh Yoora- dia berbalik dan duduk di sebelah gadis tunanetra tersebut. Dia melihat jam tangan Yoora yang berwarna hitam dan sekitaran bulatan yang menjadi arah penunjuk itu berwarna gold. Terlihat klasik dan casual bersamaan. Para pemberi jam sangat mengerti apa yang pantas untuk teman baiknya ini.

Semilir angin bermain dengan helai rambut mereka, menyapu permukaan wajah mereka yang sedang menikmati pemandangan Kota Gwangju dari rooftop sekolah. "Kuharap memang ada yang mau memberikan matanya padaku untuk melihat lagi." Kata Yoora yang menengadah wajahnya ke langit Bumi.

"Ayo, balik ke kelas, Yoora. Guru Kim sudah mau masuk." Ajak Jiyeon dan membantu Yoora untuk bangkit dan menuntunnya kembali ke kelas yang terletak satu tingkat dibawah rooftop.

Gadis bernama lengkap Kang Yoora tersebut menekan tongkatnya di lantai, "Jiji,"

Jiyeon hanya menyahut, tangannya masih menempel di lengan Yoora.

"Apa pekerjaan sekolahmu sudah selesai? Setelah mata pelajaran Guru Kim, bukankah pelajaran Bahasa Korea?" tanya Yoora dan duduk di tempatnya, bagian terdepan dan terletak di paling dekat dengan jendela kelas. Ia melipat White Cane-nya dan menyimpannya di laci bawah meja.

"Kamu benar! Astaga! Aku melupakan tugas itu. Apa kamu bisa membantuku?"

Yoora tersenyum tipis, ia mendengar grasah-grusuh di sebelahnya, debuman buku yang menghantam meja terdengar kuat di telinga Yoora, semenjak kehilangan penglihatan, sepasang telinga Yoora lebih sensitif dengan suara dan bunyi yang dikeluarkan oleh lingkungan sekitar.

"Tentu."

"Selamat pagi, anak-anak."

Jiyeon meraung keras, tugasnya belum dikerjakan satu soal pun, kemungkinan dia akan mendapatkan hukuman berlari di lapangan di luar akan sangat besar.

"Guru Song bukan guru yang cepat datang, kamu bisa mengatakannya padaku nanti." Bisik Yoora yang kemudian, pandangannya masih tertuju ke menyamping, walaupun yang dia lihat hanyalah kegelapan.

"Hari ini, Bapak akan memperkenalkan murid baru, dia pindahan dari luar negeri. Murid Seo, silahkan masuk." Ucap Bapak Kim selaku wali kelas Yoora dan teman-temannya dengan tegas. Yoora mendengar banyak bisik-bisik yang terngiang di telinganya. Tetapi, semuanya hanya membahas tentang murid baru tersebut.

"Yoora, murid baru itu cowok." Kata Jiyeon dengan semangat di telinga Yoora.

"Teman-teman mengatakan kalau dia tampan, apa seperti itu, Jiji?" tanya gadis bermarga Kang itu. Jiyeon berdengung memberikan jawaban.

"Sangat tampan. Tapi, dia terlihat dingin. A-"

"Nona. Lee, anda bisa berbicara setelah pelajaran saya selesai nanti. Murid baru, silakan memperkenalkan dirimu."

Jiyeon menggerutu, "Padahal, aku hanya berbicara sebentar. Bisa-bisanya guru itu mengatakanku seperti itu."

Suasana kelas begitu hening, tapi Yoora masih menangkap beberapa bisikan dari teman lain yang duduk di dekatnya.

Kenapa dia belum juga bersuara?

Apa dia bisu?

Tidak mungkin, dia pasti gugup melihat kita yang menatapnya daritadi.

Yoora hanya diam, dia terus memasang wajah ke arah meja guru yang dipasang di tengah-tengah bagian depan kelas. Yoora yakin, murid baru itu berdiri di sebelah Guru Kim.

"Hai ... namaku Seo Changbin." Ucap murid baru tersebut, terdengar berat dan serak. Namun, terkesan dengan nada yang biasa saja.

"Kamu pindahan, bukan? Pindahan darimana, Changbin?"

"Kalian bisa melakukan sesi wawancara di jam istirahat. Sekarang, Murid Seo, kamu duduk di belakang Murid Kang. Kang Yoora, angkat tanganmu." Kata Guru Kim selaku guru pelajaran Etika. Seluruh murid di sana mengeluarkan suara memelas. Tetapi, pria berusia empat puluh tahun selaku guru tersebut tidak mudah luluh.

Yoora mengangkat tangannya.

Murid baru bernama Changbin berjalan ke arah Yoora dan duduk di belakang gadis tersebut dan Jiyeon. Jiyeon langsung berbalik, "Hai, namaku Lee Jiyeon."

Changbin hanya diam, membuat kesan canggung diantara dia dan gadis berusia enam belas tahun itu.

"Hai, Changbin. Namaku Kang Yoora. Kita sekelas, dan kuharap kita bisa menjadi teman baik untuk setahun ini." Yoora berbalik dan mengulurkan tangannya. Dia mendengar suara kursi ditarik tepat di belakangnya. Jadi, dia tidak membuat kesalahan kecil.

Changbin menatap uluran tangan tersebut lama-lama, lalu membalas jabatan tangan tersebut dengan canggung tanpa membalas dengan perkataan apapun. Yoora tersenyum lembut yang tidak dimengerti oleh Changbin lalu membalikkan tubuhnya untuk mendengar penjelasan Guru. Kim tentang Etika.

Kang Yoora tidak tahu jika murid baru tersebut tidak bisa melepaskan pandangan darinya, setelah berjabat tangan tersebut. Apalagi, dia terus-menerus melihat telapak tangannya.

▪︎ ▪︎ ▪︎

"Changbin, mau ikut ke kantin bersama?" tanya Jiyeon dengan semangat. Changbin hanya diam, dia melihat Yoora tengah mengeluarkan tongkat dari dalam laci lalu, membentangkannya menjadi lurus.

"Dia tunanetra, Changbin. Kamu tahu, bukan, kalau sekolah ini juga merupakan sekolah inklusi?" tanya Jiyeon yang menangkap pandangan Changbin terhadap tongkat putih tersebut.

Changbin hanya menjawab singkat, "Tahu."

Yoora tersenyum, dia paham kalau semua orang pasti memfokuskan atensi mereka pada Yoora seluruhnya karena, tongkat putih ini. Changbin juga pasti begitu. Yoora bisa memahami hal tersebut.

Kyeongheon International High School bukanlah sekolah pada biasanya, sekolah ini menjadi salah satu sekolah inklusi di Korea Selatan, yang menerima siswa yang memiliki disabilitas dan berbaur dengan siswa normal lainnya.

"Ayo, Jiji. Kita ke kantin. Changbin, mau ikut?" tanya Yoora yang mengalihkan perhatiannya pada Changbin, walaupun sedikit meleset.

Changbin diam, ia melihat Jiyeon dan Yoora bergantian, "Baik."

Yoora membingkai senyumannya, "Ayo."

"Kira-kira, kita akan makan apa hari ini?" tanya Jiyeon yang merangkul lengan Yoora.

"Kamu belum melihatnya, Jiji?" Jiyeon cengengesan dan menggaruk tengkuk belakangnya yang sebenarnya tidak gatal.

Yoora tersenyum, ia merogoh kantong rok sekolahnya, dan mengeluarkan alat elektronik yang mirip dengan pemutar MP3 zaman dahulu, namun ini terlihat lebih kecil. Yoora menekan tombol aktif di bagian belakang alat tersebut.

"Hai, Hellena." Ucap Yoora dengan santai.

"Hai, Kang Yoora. Ada yang bisa dibantu?"

"Apa menu makan siang hari ini?"

"Nasi beras merah, yangmyeon, kimchi, dan ada potongan buah melon untuk hari ini. Apa kamu tertarik untuk memakannya, Kang Yoora?"

Yoora tersenyum, kali ini lebih lebar sampai terlihat gigi depannya, "Tentu saja, Hellena. Terima kasih untuk infonya."

"Sama-sama, Kang Yoora."

Yoora mematikan alat tersebut dan kembali menyimpannya di kantong rok.

"Hari ini benar-benar hari yang baik. Kita akan makan kenyang." Ujar Jiyeon dengan semangat. "Hellena memang berguna di saat seperti ini. Kenapa Hellena hanya diberikan untuk orang-orang istimewa saja? Aku juga mau, rasanya membuka aplikasi untuk melihat menu makanan hari ini sangatlah malas." Sambung Jiyeon yang menggerutu.

Sedangkan, Yoora terkekeh pelan mendengar gerutuan Jiyeon. Berbanding terbalik dengan Changbin yang berjalan dalam diam dan memasang wajah datar di belakang dua gadis ini.

Dia tidak mengerti dengan Jiyeon yang terlihat bahagia ketika mendengar nama makanan khas Korea, serta Yoora yang terus-menerus tersenyum padahal tidak ada alasan logis yang mengharuskan seseorang untuk tersenyum.

Changbin hanya belum menemukan jawaban yang pas untuk itu.

Dia akan menemukannya, cepat atau lambat.

▪︎ ▪︎ ▪︎

Our Tomorrow | Chapter 01
Done

▪︎ ▪︎ ▪︎

Awal dari mereka yang berjalan dengan mulus.

Yakin tidak mau mengetahui kisah mereka?

▪︎ ▪︎ ▪︎

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top