Jealous ; Shani Indira x Male! Reader
Hingga saat ini, Shani merasa heran. Mengapa orang-orang di sekitarnya senang menonton One Piece? Ia juga acap kali mendengar kalimat motivasi 'Jangan mati sebelum One Piece tamat'. Agaknya itu karya yang sangat masterpiece sekali.
Tiap kali ada yang membahas One Piece dengan antusias, Shani hanya menyimak karena tak paham dan tidak pula berminat dengan animasi Jepang. Terlebih lagi, One Piece sudah mencapai seribuan episode. Niat hati ingin menyusul marathon seketika pupus, terkubur dalam lelah sebelum ia memulai.
Namun, rasa penasaran Shani kian menjadi-jadi ketika anime itu akan dibuat live actionnya dan beritanya sangat viral di mana-mana. Visual para pemain yang elok semakin mendorongnya untuk terjun ke dunia One Piece.
Sebagus apakah anime petualangan bajak laut itu? Untuk memastikannya, malam ini Shani putuskan akan menilainya sendiri.
Wanita berusia 27 tahun itu menaruh laptop di ranjangnya dengan lembut, lalu mendaratkan badannya dengan posisi tengkurap. Shani membuka aplikasi streaming, mencari judul One Piece dan menontonnya dengan seksama.
Barulah disuguhkan prolog dari cerita yang memaparkan tentang apa itu bajak laut, Shani sudah pesimis duluan karena kiranya cerita ini terlalu berat untuk dinikmati. Meski begitu, ia tetap memaksakan diri untuk menonton sampai menit-menit berikutnya.
Pupil mata Shani yang semula menyipit seketika melebar ketika mulai menemukan keseruannya. Seorang laki-laki berperawakan mungil dengan topi jerami keluar dari sebuah tong, lalu berteriak heboh. Dialah Monkey D Luffy. Sang Kapten sekaligus pemeran utama dalam cerita ini.
Sehabis menyelesaikan episode pertama, Shani pun penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya hingga menambah episode lagi. Tak butuh waktu lama, Shani langsung terjerat pada pesona karakter pendekar perang bernama Roronoa Zoro. Pria berambut hijau itu dianggap sangat keren karena begitu piawai menggunakan pedangnya.
"Aku pulang," ucapmu pada Shani seraya melepas tas dan kemeja, menyisakan kaos oblong berwarna hitam. Kamu baru saja pulang dari kampus tempatmu mengajar.
Namun, saking fokusnya, istrimu itu tak mendengar. Wanita itu malah melontarkan senyum pada layar laptopnya.
Kamu mendekat, penasaran dengan tontonan apa yang membuat Shani libur memberi atensi malam ini. Kamu terkekeh ketika mengetahui itu anime One Piece.
"Astaga." Shani refleks menjeda tontonannya dan mengubah posisi menjadi duduk. "Kapan kamu pulang? Maaf, ya. Maaf banget."
Melihat wajah wanita itu yang kentara sangat bersalah membuatmu tak enak hati.
"Eh, gak apa-apa. Santai aja, sayang," jelasmu seraya menyelipkan anak rambut Shani ke sela telinga.
Shani mengangguk, lantas turun dari ranjang. "Ayo ke depan. Aku siapin kopi dulu, ya."
Kalian pun keluar dari kamar. Sebelum menyantap makan malam, kalian singgah di dapur untuk mencuci tangan dan membuat kopi. Setelahnya, kalian berdua duduk di meja makan. Di sana sudah tersaji beragam lauk pauk untuk mengisi perut malam ini.
Tidak ada konservasi yang terjadi, hanya ada dentingan alat makan serta jam dinding yang berdetak. Bukan karena kamu merajuk, hanya saja sudah jadi budaya untuk tidak bicara selagi makan. Toh, mana tega kamu merajuk pada istrimu yang jelita itu hanya karena perkara sepele.
Makan malam yang khidmat itu telah usai, kamu membantu Shani membereskan peralatan yang kotor untuk dicuci. Kalian pun berjalan bersama menuju dapur dengan tangan yang sama-sama memegang barang.
"Akhirnya kamu nonton One Piece juga." Kamu membuka obrolan.
"Hehe, iya. Ternyata seru, ya? Nyesel baru liat."
Sesampainya di dapur, kalian meletakkan piring-piring kotor itu dan bekerja sama membersihkannya. Shani menyikat dan menyabuni, sedangkan kamu bagian membilas.
Meski sering kali Shani mengatakan ia bisa sendiri, tapi kamu selalu ingin membantunya.
Sebab, keputusanmu untuk tidak memperkerjakan pembantu di rumah ini karena keegoisanmu. Kamu ingin selalu bebas menikmati waktu berkualitas bersama sang istri tanpa ingin dilihat siapa pun.
"Tapi marathonnya jangan begadang, loh. Nanti kamu sakit," peringatmu.
"Nggak kok. Gimana kerjaannya?"
"Aku tadi lumayan santai karena ternyata mereka ada kegiatan seminar gitu. Sebagai gantinya, aku malem ini lembur, soalnya mau buat soal UTS."
Shani mencebikkan bibirnya, merajuk. "Kamu gak bolehin aku begadang, tapi kamu sendiri yang lakuin."
"Jam 12 aku tidur, kok. Janji," ucapmu sambil mengacungkan jari kelingking.
Shani turut mengacungkan kelingkingnya dan menautkannya dengan milikmu. "Oke, janji."
Kamu pun mengacak rambut indah milik istrimu dengan gemas.
"Aku mandi dulu, ya. Kamu lanjut nonton aja. Nanti aku nyusul."
Kalian berpisah dengan mengambil jalan yang berlawanan.
Mengingat kata-katamu yang akan lembur untuk membuat soal, Shani mengambil headphone di lemari agar tidak berisik. Wanita itu kembali membaringkan dirinya, lalu melanjutkan One Piece yang sempat terjeda.
Tak lama, kamu selesai mandi dan mendudukkan diri pada kursi kerjamu. Kamu melirik Shani, wanita itu tampak fokus dengan tontonan barunya. Diam-diam kamu tersenyum. Kamu selalu senang ketika melihat wanita itu bahagia.
✨⭐✨
"Pakeettt."
Kamu yang tengah duduk santai seraya berselancar di sosial media pun beranjak ke luar. Saat membuka pintu, kamu disambut oleh kurir yang mmenyodorkan sebuah kotak.
"Paket atas nama Shani Indira, Mas. Udah dibayar."
Kamu menerima paket yang isinya entah apa, istrimu memang suka belanja. "Makasih, ya, Mas."
Selepas mengambil dokumentasi, kurir itu pun pamit pergi dan menaiki motornya. Saat motornya telah melaju meninggalkan pekarangan rumahmu, kamu menutup pintu.
"Itu paket aku, ya, Mas?" Shani bertanya. Wanita itu sedang menyisir rambut panjangnya karena habis mandi.
"Iya." Kamu pun memberikan kotak itu pada pemiliknya.
Sudut bibir Shani melengkung lebar, pipinya bersemu dan matanya menyipit. Shani selalu bahagia ketika berbelanja, tapi hari ini agak lain. Timbul rasa penasaran di benakmu untuk bertanya, "Emang beli apaan? Kok seneng banget?"
Shani meletakkan sisirnya dan mengambil gunting. Wanita itu pun duduk di lantai, kepalanya lantas menengadah menatapmu.
"Tebak apaan?"
"Baju? Make up? Album musik?" tebakmu. Sebab barang-barang itulah yang memenuhi lemari kamar.
Shani terkekeh. "Salah."
"Terus apaan?" Kamu pun ikut duduk bersamanya.
"Action figure Zoro," jawab Shani. Ia pun meng-unboxing paketnya dengan sangat antusias. Kamu tersenyum karena Shani tampak lucu sekali. Wanita itu seperti kembali menjadi bocah kendati hampir berkepala tiga.
Action figure Zoro pun sudah di genggamannya. Karakter pendekar pedang itu tampak gagah dan keren, membuat kedua netra Shani memancarkan binar indah karena terkesima.
Sungguh, kamu tidak merasa cemburu. Kamu yang sudah menempuh pendidikan tinggi dan berakal waras tentulah sadar bahwa pria berambut hijau itu hanyalah entitas semu. Andai kata Shani memciumnya pada detik ini juga, tidak akan terjadi apa-apa pada hubungan kalian. Pria bernama Roronoa Zoro tetap hanya akan menjadi patung, dan harusnya kamu tak merasa kesal saat ini.
Namun, entah mengapa, kamu merasa sedikit ... iri? Ada sosok lain yang merebut atensi istrimu, dan kamu merasa tersaingi. Kamu pun berasumsi: berarti ada yang kurang dari dirimu.
Kurang keren.
Ya, pikirmu itulah jawaban yang valid. Kamu hanyalah pria biasa saja yang menyukai ilmu sains.
Kamu tidak pernah belajar bela diri, apa lagi seni menggunakan tiga pedang sekaligus layaknya Roronoa Zoro. Wajar jika Shani merasa bosan dan mencari sosok lain.
"Mas gak ke kampus?"
Pertanyaan Shani membuat lamunanmu buyar. Kamu menepuk jidat, lalu bergegas bersiap. Perkara Shani dan Zoro akan kamu temukan solusinya nanti.
✨⭐✨
Mau sesuka apa pun dengan anime One Piece, Shani tidak pernah lalai. Wanita itu tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri seperti biasanya. Dia bahkan peka kalau kamu akhir-akhir ini berbeda. Kamu selalu pulang larut malam, berangkat lebih pagi dan sudah jarang berinteraksi. Sementara kamu hanya menjawab "Aku punya job tambahan. Maaf ya, aku kecapekan."
Shani berusaha percaya, tapi hatinya menolak. Beragam spekulasi buruk pun berkecamuk di kepalanya. Terlebih lagi, akhir-akhir ini tengah gencar skandal tentang perebut suami atau istri orang.
Kegiatan marathon One Piece-nya baru sampai di episode 71, Shani tak berminat lagi untuk melanjutkan kendati sedang seru-serunya. Setelah instrospeksi diri, Shani pikir kamu berubah karena itu.
Malam ini, Shani menunggumu di ruang tamu. Dia ingin meluruskan masalah ini. Tak lucu kalau rumah tangga retak perkara animasi Jepang.
Terdengar ketukan pintu, Shani segera beranjak dari sofa dan membukanya. Namun, tidak ada seorang pun. Shani melangkah keluar, mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari sosok yang mengetuk.
Tiba-tiba saja, ada sosok berjubah dan bermasker serba hitam menodongkan sebuah pedang katana. Shani sontak terpekik kaget. Dirinya berjalan mundur dengan gemetar karena takut. Sementara sosok itu terus berjalan maju dengan pedangnya.
"TOLONG!!!" pekik Shani dengan frustrasi.
"Woy! Lu mau ngapain bini gue?!!"
Suara itu, suara yang amat sangat Shani kenali. Kamu adalah satu-satunya harapan Shani saat ini. Kamu yang berada di pagar pun berlari ke teras.
Rasa takut Shani seketika berganti jadi heran saat melihat penampilanmu yang berbeda drastis. Kamu berpenampilan persis seperti Roronoa Zoro, pria yang akhir-akhir ini memenuhi kepalanya, lengkap dengan rambut hijau serta tiga pedang di tangan.
Shani cengo, tak bisa memprosee apa yang terjadi. Bahkan wanita itu hanya terdiam membisu ketika kamu bertarung pedang dengan pria berjaket hitam tadi.
Apa itu? Cosplay? Tapi kenapa? Kenapa kamu cosplay? Sumpah, Shani bingung saat ini.
Lama kelamaan, Shani pun paham, pasti dirimu cosplay agar bisa menyenangkan hatinya karena akhir-akhir ini sangat menyukai karakter Zoro. Shani merasa lega. Intinya, pria berjaket tadi bukan penjahat sungguhan dan pedang mereka itu juga bukan benda yang asli.
Shani memusatkan seluruh atensinya padamu. Muncul rona kemerahan ketika melihatmu yang dengan gagahnya bertarung seperti Zoro sungguhan. Padahal Shani tahu, kamu tak pernah belajar bela diri. Namun, kamu selalu melakukan upaya apa pun untuk menyenangkan hatinya.
Pertarungan telah usai, musuh terkapar tak berdaya karena kamu berhasil mengalahkannya. Kamu meletakkan pedangmu, lalu menghampiri Shani. Kamu menarik wanita itu dalam dekapanmu.
"Mas ...," lirihnya. Bahagia, kesal dan cemas bercampur aduk jadi satu di dalam diri Shani saat ini, hingga ia meneteskan air mata haru.
"Aku keren kan?" ucapmu seraya mengusap kepalanya.
"Biar apa kayak gitu?!" Shani tampak frustrasi sekali.
"Biar kamu seneng," jawabmu dengan entengnya.
Shani melepas dirinya, tangannya menangkup kedua pipimu. Jarak kalian sangat dekat hingga dapat merasakan embusan napas masing-masing.
"Kamu gak perlu jadi orang lain, kamu tuh udah keren jadi diri sendiri. Zoro cuma karakter fiksi, gak perlu dicemburuin. Kamu jahat banget udah bikin aku overthinking."
Ya, dari awal memang kamu harusnya sadar dengan hal ini. Tapi tetap saja, kamu sangat enggan atensi dan cinta istrimu terbagi untuk sosok lain. Maka, kamu meminta tolong temanmu untuk melakukan ini. Berhari-hari kamu melatih seni menggunakan pedang agar tampak piawai dan tak asal-asalan menebas.
"Emang kamu mikirnya apa? Kan udah kubilang ada kerjaan."
"Aku pikir kamu selingkuh."
"Mana mungkin."
Jelas itu mustahil. Sewaktu menembak Shani semasa SMA dulu, rasanya kamu ingin terkencing di celana saking gugupnya. Pada akhirnya, gadis idola sekolah pada zamannya itu menerimamu karena ternyata ia juga punya rasa yang sama.
Kamu hanya mencintai Shani, dati dulu hingga saat ini. Selingkuh adalah kata yang tidak pernah ada dalam kamus hidupmu.
"Tapi makasih banyak loh udah effort banget demi bahagiain aku. Aku seneng liatnya. Kamu jago banget pake pedangnya."
Kamu mendaratkan satu kecupan lembut di puncak kepala Shani. "Sama-sama. Aku sayang sama kamu, Shan. Maaf, ya, kalau cemburu berlebihan."
Karena tak mampu mencapai puncak kepalamu, maka Shani hanya membalas di pipi. "Aku juga sayang kamu. Kamu udah effort banget. Kapan-kapan, aku juga bisa cosplayin karakter favorit kamu."
"Gak ada."
"Gak ada?"
"Karakter favorit aku cuma Shani Indira."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top