💌 - Sembilan belas

Pagi ini wajah Hong Seok terlihat begitu ceria, seperti cahaya mentari yang begitu bersinar. Udara di luar sedikit dingin, meski cuaca begitu cerah.

"Hari ini kau harus menemukan berita tentang skandal KIM entertainment!"

Sebuah perintah berhasil membuat kebahagiaan dari wajah Hong Seok memudar. Kejadian tadi malam yang masih melekat dalam ingatan seketika berubah menjadi kemungkinan-kemungkinan buruk dan kekhwatiran yang dia pikirkan. Ah, kalau saja bukan karena apartemen ini, Hong Seok tidak mungkin melakukan apa yang diperintahkan oleh atasannya ini.

"Kau mendengarkan aku tidak Hong Seok?" tegur Ji-Hoon.

"Aku mendengarkanmu. Tapi, bisa tidak jika untuk saat ini kau membiarkanku makan siang dengan tenang?"

Ji-Hoon tercengang. Seperti pengganggu. Ya, Hong Seok memang merasa terganggu dengan kehadiran Ji-Hoon. Setiap saat dia selalu memerintahkan untuk mencari tau skandal para publik figure, yang sejujurnya sangat membosankan bagi Hong Seok. Karena dia tidak suka menyaksikan para publik figure yang kebanyakan berkepribadian ganda. Selalu berpura-pura bahagia di depan kamera. Sementara dalam dunia nyata, mereka lebih cenderung menutup diri dan tertekan dengan profesinya sendiri.

"Baiklah, aku akan diam." Ji-Hoon menyeruput jus jeruk. "Setelah makan siang. Aku akan menemanimu mencari berita itu."

"Tidak perlu," sahut Hong Seok cepat. Dia tidak ingin Ji-Hoon terus mengikutinya. Bagaimana dia bisa bertemu Yooriko kalau atasannya itu selalu mengikuti kemana pun dia pergi.

Ji-Hoon terperangah. "Kenapa? Bukankah mengasyikan jika pergi bersama. Dengan begitu, kau tidak akan kesepian."

"Aku mau sekalian membaca buku di perpustakaan. Kau tidak akan suka, kan?"

Ji-Hoon tertawa renyah. "Sejak kapan aku tidak suka membaca? Justru karena aku suka membaca, maka aku mendirikan perusahaanku itu."

Kini giliran Hong Seok yang terkejut bukan main. Sial, alasannya kali ini sungguh membuatnya malu.

"Jadi, kita akan pergi bersama, bukan?"

"Baiklah," pasrah Hong Seok diiringi dengan helaan napas berat.

Hong Seok tersenyum miring. Dia sedang memikirkan cara agar dirinya bisa bertemu dengan Yooriko, tanpa harus ada Ji-Hoon bersamanya.

***

Di sebuah restoran yang cukup ramai Yeri dan Heechul masih menunggu dengan tenang pesanan makanannya.

Heechul berdehem, membuat Yeri menatapnya dengan raut wajah penasaran.

"Pria yang menjadi inspirasimu itu—hm, siapa namanya?"

"Hong Seok?"

"Ah, Hong Seok. Kau sudah mulai mendekatinya?" tanya Heechul.

Yeri mengangguk cepat seraya membantu untuk menggeser pesanannya yang baru saja tiba.

"Seperti yang kau inginkan."

Heechul mengangguk. Dia yakin dengan bertemu pria yang sudah memberikan banyak inspirasi pada Yeri, akan membuat tulisannya semakin dicari banyak penggemarnya.

"Oh ya, bagaimana langkah selanjutnya setelah tanda tangan kontrak tadi?" tanya Yeri ingin tahu.

Sejak tadi Yeri memang sangat penasaran terkait langkah selanjutnya. Selain baru pertama kali, juga karena Yeri semakin merasa khawatir dengan keputusan yang sudah dia putuskan.

"Kau hanya perlu sampai karakternya selesai dibuat oleh Irene."

Kali kesekian Yeri ikut mengangguk. "Terima kasih, Heechul."

Heechul tersenyum hangat. Senyuman yang entah mengapa semakin hari semakin membuat Yeri merasa ragu. Senyuman yang di dalamnya tersirat akan sesuatu yang tidak diketahui Yeri.

Tangan Heechul terjulur lalu mengusap puncak kepala Yeri penuh kelembutan. "Kau tidak perlu berterimakasih kepadaku. Kau memang layak berada di posisi sekarang. Karena kau memiliki bakat yang begitu luar biasa."

Yeri terkekeh geli mendengar pujian dari kekasihnya itu. Dia menepis tangan Heechul. "Itu terlalu berlebihan, kalau kau menyebutku luar biasa. Karena aku tidak memiliki kekuatan apa pun."

"Apa pujianku terdengar seperti itu?"

"Seperti apa?" Yeri mengedikkan dagunya, seperti sedang menantang Heechul untuk terus berdebat.

"Eonni."

Seorang gadis remaja baru saja memeluk Yeri begitu erat. Bahkan Yeri belum sepenuhnya mengenali siapa pemilik suara itu.

"Kau, kenapa ada di sini?" tanya Heechul kebingungan. "Dasar gadis nakal!"

Yeri justru menatap Heechul kebingungan. Karena dia sendiri tidak mengetahui siapa yang sedang memeluknya begitu erat ini. "Siapa?" tanya Yeri dengan polosnya.

"Sepupumu. Memangnya siapa lagi?" sahut Heechul malas.

Yi Seo melepaskan pelukannya, lalu menghentakkan kakinya seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Eonni bahkan tidak mengenaliku. Tega sekali."

Yeri menarik kedua sudut bibirnya ke atas, tetapi hatinya dongkol saat melihat remaja itu ada di depannya. Bagaimana mungkin dia ada di sini, sementara kemarin Yeri baru saja mengantarkannya pulang.

"Bukannya aku tidak mengenalimu. Hanya saja aku bingung, kenapa makhluk sepertimu sering sekali muncul secara tiba-tiba."

Yi Seo mendengus sebal kala mendengar Yeri menyebutnya sebagai makhluk. Memangnya makhluk seperti apa dirinya di mata Yeri? Makhluk paling cantik di muka bumi? Atau makhluk paling menggemaskan? Entahlah, yang jelas yi Seo tidak suka dipanggil seperti itu.

Sementara Yi Seo menggerutu tidak suka. Heechul justru tengah sibuk mentertawakan ekspresi Yi Seo saat ini. Sedikit menggemaskan, tetapi menyebalkan. Kenapa juga Yi Seo datang di saat dirinya sedang makan berdua dengan Yeri.

Yi Seo melirik tidak suka pada Heechul. "Kenapa kau tertawa seperti itu?"

"Apa salahnya tertawa? Di restoran ini tidak ada larangan bagi orang yang tertawa." Heechul mengalihkan pembicaraannya.

"Kau lihat itu." Tangan Heechul mengarah kepada sebuah slogan berupa figura yang tertempel di tengah-tengah tembok. "Di sana tertulis, 'sekacau apa pun kehidupanmu. Kau tetap harus tersenyum."

"Yang itu ...." Heechul melanjutkan gerakannya. Kini tangannya mengarah kepada slogan di samping jam besar. "Tertulis bahwa, 'kita harus tersenyum. Karena senyuman membuatmu begitu berarti."

"Dan yang itu—"

"Stop!" pekik Yi Seo. "Kenapa kau malah jadi seperti guruku yang sedang berceramah di sekolah?"

Yeri hanya menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan dua manusia di depannya. Yeri berdehem guna mencairkan suasana. Tatapannya beralih kepada Yi Seo.

"Bagaimana bisa kau berada di sini?"

Yi Seo menoleh cepat. Menatap Yeri dengan mulut yang sedikit ternganga dan pupil mata yang melebar. Lalu sedetik kemudian gadis itu menampakkan deretan giginya yang tersusun rapih.

"Aku meletakkan aplikasi pelacak dalam ponselmu," ucapnya tanpa rasa bersalah.

Tentu saja Yeri dibuat terkejut dengan jawaban Yi Seo. Anak ini memang selalu ada-ada saja kelakuannya. Untuk apa memasang alat pelacak di ponsel kakak sepupunya?

"Kau benar-benar sudah gila!" Bukan Yeri, melainkan Heechul yang sungguh sangat geram dengan remaja satu ini. "Dia bukan kekasihmu!"

Yi Seo tak menjawab. Gadis itu malah menyambar gelas milik Yeri yang masih terisi penuh oleh jus apel.

"Bukan kekasih, tetapi kakak sepupuku." Yi Seo mulai menyeruput minuman kakak sepupunya itu. "Aku harus tau kemana kakakku pergi bersama dengan pria sepertimu!"

"Pria seperti apa yang kau maksud?

"Pria jahat!" sembur Yi Seo dengan tatapan datarnya. Rasanya dia tidak ingin berdebat dengan kakak sepupunya.

"Yeri, jaga bicaramu!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top