💌 Lima Belas 💌
Quotes:
Ketika takdir membawamu pada luka, yang mengatasnamakan ketidaksengajaan semesta.
Our Story
Kim Yerim | Hong Seok
–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–
Yeri menghela napas lega. Setelah hampir dua jam di dalam salon, akhirnya dia bisa menghirup udara segar di luar ruangan. Gadis itu menyentuh rambutnya, yang sudah lurus sempurna dengan warna sedikit pirang. Terlihat sangat cocok dengan warna kulitnya yang cerah.
"Aku menyesal mengatakan 'iya'," kata Heechul, yang tiba-tiba muncul di samping Yeri.
Gadis di sebelahnya tentu hanya menyunggingkan senyum kemenangan. "Terlihat cocok," puji Yeri.
"Cocok dari mananya? Kau tidak lihat, aku jadi seperti bocah ingusan begini?" protes Heechul dengan raut wajah sebal.
Yeri menilik wajah milik pria yang kini berada di depannya. "Kau benar, tampilan rambut seperti ini, membuatmu tidak berwibawa." Yeri terkekeh pelan.
"Kau harus tanggung jawab, Nona Yooriko."
"Kenapa harus aku?" protes Yeri.
"Karena kau yang memaksaku untuk mengubah gaya rambut."
"Sudahlah. Lagi pula kau tidak akan menyambung rambut yang telah dipotong itu, kan?"
Heechul nampak berdecak sebal. "Sebagai gantinya, kau harus mentraktirku makan."
"Baiklah," putus Yeri.
Heechul tersenyum menang. Pria itu merengkuh pinggang Yeri. "Kita ini berpacaran, tapi kenapa seperti musuh yang selalu menjaga jarak?"
Yeri menatap Heechul yang sedang menaikkan sebelah alisnya, lalu melirik sekilas tangan yang berada di pinggangnya. Gadis itu tidak menjawab. Sebenarnya dia juga tidak mengerti, tapi yang Yeri tahu, pacaran tidak harus selalu romantis. Baginya, memiliki pasangan yang bisa berperan layaknya sahabat jauh lebih menyenangkan.
Yeri mengedikkan bahunya. Tangannya terulur untuk melepaskan rengkuhan Heechul, menarik tangan itu dan menggenggamnya. "Cepat, kita harus cari tempat makan secepatnya. Kalau tidak, cacing di dalam perutku akan mengamuk."
Heechul mengangguk. Pria itu jalan terlebih dahulu, dengan posisi tangan masih bergandengan dengan gadis di sampingnya.
"Bagaimana kalau kita makan topokki? Di sana," seru Heechul seraya mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah restoran.
Yeri manggut-manggut. "Kedengarannya enak."
Keduanya berjalan bersisian menuju restoran yang berada di seberang jalan, beberapa meter di depan mereka.
Setelah berjalan kurang lebih dua ratus meter Heechul dan Yeri tiba di restoran yang tadi ditunjukkan Heechul. Suasana restoran cukup ramai. Nuansa yang dipilih restoran ini cukup unik, karena mengambil nuansa alam. Beberapa tanaman tampak tersusun rapih di setiap sudut ruangan. Bahkan langit-langit restoran hampir tertutup oleh rumput pajangan yang menjuntai ke bawah.
Keduanya memilih meja kosong yang berada di tengah-tengah ruangan. Dengan meja bundar dan terdapat empat kursi di setiap sisinya.
Heechul memanggil pelayan dengan apron berwarna cokelat yang melekat di tubuhnya. Setelah mencatat pesanan Heechul, pelayan itu kembali menuju meja bar.
"Setelah ini, mau kemana?"
"Taman." Yeri mengangguk antusias. "Ya, aku mau ke taman."
💌💌💌
"
Jadi ini tempatnya?" tanya Ji-Hoon penasaran sambil menatap bangunan di depannya.
Hong Seok mengangguk, lalu mengangkat ponselnya. Seperti sedang menyamakan sebuah gambar di ponsel dengan bangunan di depannya. "Yooriko memposting bangunan ini di sosial media miliknya dua jam yang lalu."
"Dua jam yang lalu?" tanya Ji-Hoon kaget. Pria itu mengerutkan keningnya, dengan tangan yang berkacak pinggang. Dua jam sama dengan 120 menit, pikir Ji-Hoon. "Itu artinya ... mungkin saja dia sudah pergi sejak 119 menit yang lalu."
Hong Seok menoleh. Bisa-bisanya saat sedang seperti ini Ji-Hoon malah memperhitungkan waktu. "Mungkin saja dia masih berada di dalam sana. Kita, kan, tidak tahu bagaimana wajah Yooriko."
"Hong Seok, aku sudah sangat lelah. Sepertinya aku akan menyesal, karena mengikutimu sampai ke sini."
"Aku tidak mengajakmu, dan juga tidak memintamu untuk ikut bersamaku. Jadi, kau tidak bisa menyalahkanku atas semua ini."
"Baiklah." Pasrah Ji-Hoon. "Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"
Hong Seok mengarahkan pandangannya ke sekitar. Jalanan cukup sepi, hanya ada beberapa pejalan kaki. Maniknya kembali memperhatikan salon yang ada di depannya. "Aku akan melihat ke dalam."
Ji-Hoon mengibaskan tangannya di udara. "Terserah kau saja. Aku akan menunggu di sini."
Hong Seok mengangguk. Pria itu segera memasuki salon. Ada beberapa karyawan yang sedang menata rambut pengunjung di depan cermin yang besar. Dengan ragu Hong Seok menghampiri salah satu karyawan yang berdiri tidak jauh darinya.
"Permisi, Hyung."
Pria itu menoleh, dengan senyum ramah yang menghiasi wajahnya. "Ya, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya mau bertanya. Apakah benar ini tempat yang ada dalam gambar ini?" tanya Hong Seok seraya menunjukkan sebuah gambar yang berada di ponselnya.
Pria itu tampak mengangguk pelan. "Iya benar. Ada apa, ya?"
"Apa anda kenal dengan Yooriko?" tanya Hong Seok.
Pria di hadapannya terdiam, lalu menoleh ke teman di sebelahnya. Namun, hanya mendapat balasan berupa gelengan kepala.
"Jung, apa kau mengenal Yoo—?"
"Yooriko," kata Hong Seok membenarkan.
Pria yang dipanggil Jung menoleh. "Siapa?"
"Yoori," seru pria yang berdiri dekat Hong Seok. Pria itu menoleh ke arah Hong Seok, berharap dia tidak lagi salah dalam menyebutkan nama itu.
Hong Seok berbisik. "Yoo-ri-ko," katanya sembari mengeja suku kata dari nama itu.
"Maksudku, nona Yooriko."
Pria bernama Jung itu mengangguk cepat. "Nona Yooriko, si blogger terkenal itu?"
"Iya benar." Bukan si karyawan, melainkan Hong Seok yang menyahut cepat.
"Dia belum lama keluar dari salon, bersama seorang pria. Kemungkinan belum jauh dari sini"
Hong Seok mengangguk paham. "Baik, kalau begitu terima kasih."
"Sama-sama tuan," sahut karyawan yang berdiri di dekat Hong Seok.
Hong Seok keluar dari salon. Pandangannya menatap ke sekeliling. Belum juga melihat keberadaan siapa pun di sekitarnya. Malahan Hong Seok melupakan sesuatu. Ji-Hoon.
Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan sosok tinggi dan berkacamata.
"Hyung!"
Merasa tidak ada jawaban apa pun, Hong Seok mulai melangkah. Namun, tiba-tiba saja terdengar sebuah notifikasi dari ponselnya. Nama atasannya itu terpampang jelas di bar notifikasi ponsel. Dengan cepat, Hong Seok membuka pesan itu.
[Hong Seok cepatlah kemari!]
[Aku sedang berada di sebuah restoran di seberang jalan. Dekat dengan salon itu.]
Hong Seok mendongak, mencari restoran yang dimaksud Ji-Hoon. Ponselnya kembali dia masukan ke dalam saku jaket. Tatapannya terhenti saat menemukan sebuah restoran, yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
"Mungkin restoran itu yang dimaksud oleh Ji-Hoon hyung."
Derap langkahnya terdengar begitu cepat. Dia memang sedang buru-buru mencari Yooriko, tetapi Ji-Hoon selalu menggagalkan rencananya. Hong Seok terhenti, saat lampu penyebrangan berwarna merah.
Setelah beberapa detik lampu berubah warna. Hong Seok mulai melangkah menyebrangi jalan.
Setelah tiba di dalam restoran, pandangannya menyisir seisi ruangan. Mencari sosok yang sangat menyebalkan bagi Hong Seok. Kakinya kembali melangkah menuju bagian tengah restoran.
Manik matanya bertatapan lurus dengan tatapan mata yang selama ini selalu dia rindukan. Gadis yang sedang menyesap jus dari dalam gelas, menatap Hong Seok dengan tatapan terkejut.
"Yeri."
Pria yang sedang memunggungi Hong Seok ikut menoleh, wajahnya menampakkan keterkejutan yang serupa.
–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–*–
Hai, kembali lagi bersama alien ini:)
Gimana, gimana? Pada sehat, kan?
Akhirnya aku update lagi. Oh iya, tetap stay di cerita ini, ya. Jangan lupa berikan dukungan buat aku, berupa vote dan komen.
Kamu boleh memberi saran atau masukan buat cerita ini, di sini :D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top