💌 - Lima
Hong Seok masih terus mengamati secarik kertas di tangannya, yang bertuliskan alamat Kim Seokjin, seniornya.
Hong Seok menatap sebuah bangunan yang begitu luas dan tinggi, layak disebut dengan gedung pencakar langit, karena tingginya yang entah berapa meter. Pria itu mendongak, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga.
Hong Seok tahu betul bahwa apartemen di hadapannya ini adalah tempat tinggal beberapa artis kalangan menengah ke atas. Ini juga kesempatan baginya untuk mencari tahu tentang beberapa skandal artis yang tinggal di Hannam the hill.
Hong Seok mulai melangkah, menyusuri lobi. Meski Hong Seok terkesan pendatang di Seoul, tetapi untuk masuk ke dalam apartemen Hong Seok tentu sangat paham.
Kini Hong Seok berdiri di depan pintu, dia kembali menatap kertas yang sejak tadi dia pegang. Untung saja Kim Seokjin sudah memberi kata sandi apartemennya.
Dalam hitungan detik, pintu apartemen itu berhasil terbuka. Di dalam tidak ada siapa pun, Kim Seokjin memang tinggal sendiri di apartemen ini. Setahu Hong Seok, Kim Seokjin memang masih lajang.
Saat pertama kali masuk apartemen, hong Seok sudah disambut oleh beberapa koleksi foto yang memenuhi dinding ruangan. Ruangannya begitu nyaman.
Hong Seok duduk di sofa, pria itu merebahkan tubuhnya. Mungkin terkesan tidak sopan, tetapi Hong Seok sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan dirinya. Hong Seok memejamkan matanya, gadis di halte itu masih terus bergentayangan dalam pikiran Hong Seok, sehingga membuat pria itu kembali mengingat Yeri.
Hong Seok tiba-tiba tersentak dan segera merubah posisinya menjadi duduk, dia mengeluarkan laptopnya. Hampir saja lupa, kalau dia sudah berjanji akan mengirimkan berita tentang kecelakan di jalan Chungjang-daero pada Ji-Hoon.
Setelah laptop menyala. Hong Seok segera membuka dokumen yang sudah dia tulis bersamaan dengan beberapa foto hasil jepretannya di tempat kejadian.
Setelah mengirim berita itu, ponsel Hong Seok bergetar.
"Hyung?"
"Kau sudah bertemu temanmu itu?" tanya Junseok terdengar khawatir. Bagaimana tidak khawatir kalau Hong Seok adalah satu-satunya keluarga yang masih dia miliki.
"Sudah, Hyung. Aku baru saja tiba di apartemen Kim Seokjin Hyung."
"Baguslah kalau memang kau punya tempat tinggal." Terdengar tawa renyah dari seberang sana. Meski rasa sayangnya pada Hong Seok sangat besar, Junseok juga tak pernah lupa mengganggu sang adik, sampai kesal.
"Kau meledekku?" Hong Seok menaikkan alisnya sebelah.
"Itu kenyataan. Oh iya, Ji-Hoon bilang padaku, kau akan diberikan apartemen kalau kau mau mencari berita tentang skandal perusahaan KiM Entertainment."
"Hmm. Ji-Hoon Hyung sudah menawarkan hal itu. Tapi, aku masih ragu, apakah aku harus menetap di Seoul? Lalu bagaimana denganmu?"
Hong Seok tiba-tiba saja khawatir pada sang kakak. Kalau dia menetap di Seoul, itu tandanya Junseok akan tinggal sendiri di Busan.
"Hei ... aku sudah bukan anak kecil lagi. Kau yang seharusnya aku khawatirkan."
"Aku sudah besar, Hyung. Kau tidak perlu terlalu memikirkanku."
"Aku tidak begitu yakin, apakah kau akan bisa keluar rumah sendirian?"
"Hyung!" Hong Seok menaikkan satu oktaf tingkatan suaranya. Sedikit jengkel dengan sang kakak yang selalu meledeknya. "Sudahlah, aku mau mandi."
"Baiklah. Jangan lupa makan!"
"Seharusnya kau katakan itu pada dirimu sendiri. Kau yang selalu sibuk, sampai lupa makan. Dasar!"
"Baiklah adikku yang paling manis."
"Cih, tidak Sudi aku dipanggil seperti itu."
Junseok terdengar tertawa begitu puas. "Sudahlah, aku akan menutup teleponnya."
"Baiklah," sahut Hong Seok secukupnya.
Hong Seok menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Kedua tangannya ditekuk tepat di belakang kepalanya. Dia memejamkan matanya.
Tak lama ponselnya kembali terdengar.
"Apa lagi Hyung?" tanya Hong Seok sedikit jengkel.
"Apa maksudmu? Berbicara seperti dengan seorang musuh saja."
Hong Seok sedikit menjauhkan ponselnya, lalu menatap layar ponselnya. Ternyata itu adalah atasannya, Jung Ji-Hoon.
"Ada apa Ji-Hoon Hyung?"
"Bagaimana dengan tawaranku?"
"Aku terima tawaranmu."
"Baiklah aku sudah memesan satu unit apartemen untukmu di Seorin-dong."
"Seorin-dong?" tanya Hong Seok kaget. "Kenapa tidak di Hannam saja? Bukankah kebanyakan artis tinggal di Hannam?" protes Hong Seok.
"Aku juga ingin seperti itu. Tapi semua unit di Hannam sudah penuh," tutur Ji-Hoon. "Bagaimana?" tanyanaya memastikan.
Hong Seok terdengar membuang napasnya gusar. "Baiklah."
"Mulai besok kau sudah bisa tinggal di sana."
"Hmm."
Tak lama sambungan teleponnya terputus. Hong Seok kembali menyandarkan punggungnya. Namun, kali ini posisinya benar-benar sudah telentang di atas sofa. Rasanya lelah sekali. Meski hanya menempuh waktu selama tiga jam dari Busan ke Seoul. Namun, tetap saja rasanya sangat lelah.
Hong Seok memejamkan matanya. Kali ini dia benar-benar terlelap dan masuk ke dalam mimpinya.
Bahkan dia lupa dengan niat awalnya, untuk mandi.
****
Sebuah ponsel sudah berbunyi sejak tadi. Namun, sang empunya masih terlelap dengan tenang di sebuah sofa.
Sudah hampir dua puluh kali ponsel berwarna hitam itu berbunyi. Pria yang diyakini pemilik ponsel mengerjapkan matanya beberapa kali.
Dia meraih ponselnya, lalu melihat puluhan panggilan dari sang kakak. Hong Seok mengucek matanya, lalu menilik arloji di pergelangan tangannya.
Sudah pukul sepuluh pagi. Hong Seok mengedarkan pandangannya ke seisi apartemen. Tidak ada siapa pun disini. Hanya ada dirinya. Itu tandanya Kim Seokjin belum pulang atau mungkin sudah berangkat.
Hong Seok segera bangkit dari duduknya untuk menuju kamar mandi. Hampir dua puluh menit Hong Seok habiskan waktunya untuk mengguyur tubuhnya di bawah kucuran shower.
Pria itu sudah siap dengan tas punggungnya. Dia bergegas menuju Seoul plaza, tempat launching novel Yooriko diadakan.
Setelah menghabiskan waktu di dalam bus selama kurang lebih 30 menit. Kini Hong Seok sudah tiba.
Pandangannya lagi-lagi terfokus pada seorang gadis yang kini sedang berada beberapa meter di depannya. Dia juga sepertinya akan masuk ke dalam Seoul plaza. Hong Seok menajamkan penglihatannya.
"Yeri," gumamnya.
Hong Seok berlari hendak menghampiri gadis itu. Namun, setelah berada di posisi gadis itu berdiri, Hong Seok malah kehilangan jejaknya.
Dia kembali melangkah. Tidak peduli lagi pada gadis yang mirip dengan Yeri itu, tetapi kini dia harus fokus pada tujuan awalnya, yaitu bertemu dengan Yooriko, penulis favoritnya.
Deretan buku sudah berbaris rapih di dalam rak buku. Pandangannya terus menyusuri ruangan ini. Lagi.
Beberapa pengunjung pun terlihat sudah membawa beberapa buku. Dari tempat itu.
"Oppa, kau datang terlambat. Acaranya baru saja selesai," seorang gadis memberitahu Hong Seok.
Hong Seok terperangah. "Apa?"
"Ya, aku baru saja minta tanda tangan Yooriko Eonni," ungkapnya seraya memperlihatkan sebuah novel.
Hong Seok tercengang. Bisa-bisanya dia datang terlambat. Hong Seok menghela napas panjang. "Terima kasih informasinya."
Hong Seok benar-benar kesal. Kenapa juga dia datang terlambat.
"Sama-sama, oppa." Gadis itu langsung pergi. Sementara Hong Seok masih mencari keberadaan Yooriko. Berharap kalau keberuntungan berpihak padanya.
Menemukan seseorang yang memang sudah ingin menjauh itu adalah kebodohan terbesar saya.
💌
Jangan lupa baca ceritanya Kim Seokjin di Wattpad ya kak LoVelly09 dengan judul Kiss Me, deeply.
Mari berkenalan dengan para aktris yang tergabung dalam agensi KiM Entertainment. Nah, agensi ini ada dalam ceritanya kak mahdiyani94 dengan judul Our Secrets.
****
Kasihan ya Hong Seok. Udah datang jauh-jauh, eh tahunya malah terlambat.
Gimana part ini?
Masih stay kan sama cerita ini😳
Bekasi, September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top