💌 - Enam belas
"Yeri." Hong Seok sangat terkejut saat mendapati gadis itu sedang makan bersama dengan ....
Pria yang sedang memunggungi Hong Seok ikut menoleh, wajahnya menampakkan keterkejutan yang serupa. Matanya melebar, bersamaan dengan kerutan di keningnya.
"Hai, tuan penguntit," sapa pria yang sejak tadi duduk di depan Yeri.
Hong Seok mengerutkan keningnya. Kenapa dirinya harus bertemu dengan pria ini lagi? Dan kenapa pria ini ada di mana-mana?
"Kau, bukankah--"
"Heechul. Asisten nona Yooriko," ucapnya memperkenalkan diri dengan nada yang bersahabat.
Hong Seok hanya mengangguk paham. Namun, pikirannya jelas saja sangat berisik kala mengingat pria di depannya ini. Seorang asisten Yooriko, lalu mengenal Yi Seo, dan sekarang dia sedang bersama Yeri. Semuanya seolah berhubungan?
Tidak mendapat respon lain, Heechul melambaikan tangan di depan Hong Seok. "Tuan, apa kau baik-baik saja."
Hong Seok terperanjat kaget, dia mengerjap beberapa kali. "Ah, ya, kenalkan saya Hong Seok." Hong Seok sedikit membungkukkan badannya dalam perkenalan. Selanjutnya dia melirik Heechul dan Yeri bergantian. Sadar akan posisinya di sini sebagai pengganggu, Hong Seok kembali membungkukkan badannya. "Kalau begitu saya permisi."
"Eh, tunggu."
Baru dua langkah Hong Seok kembali menoleh. "Ya?"
"Bukankah kau penggemar berat nona Yooriko?" tanya Heechul yang tentu saja membuat Hong Seok sangat antusias. Pria itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Betul. Saya penggemar berat Yooriko. Bahkan kedatangan saya ke sini adalah ingin bertemu dengan Yooriko." Hong Seok tersenyum masam. "Ironisnya, saya selalu gagal bertemu dengan Yooriko."
Heechul tak menanggapi, tatapan matanya justru tertuju pada Yeri. Sementara yang ditatap hanya mengedikkan bahu dua kali.
"Kalau begitu, semoga kau segera bertemu nona Yooriko, tuan penguntit."
Hong Seok tersenyum hangat. "Terima kasih. Tapi, maaf sebelumnya saya agak tersinggung dengan panggilan itu."
Heechul membelalakkan mata lalu menutup mulutnya. "Ups, maaf saya tidak bermaksud--"
"Tidak apa-apa. Kalau begitu saya permisi," pamitnya seraya melirik Yeri singkat lalu berjalan menuju meja di pojok ruangan, yang sudah terisi berbagai menu makanan dan seorang pria yang sedang menyantapnya.
"Hyung."
"Hmm? Kau sudah tiba?" Ji-Hoon melirik sekilas Hong Seok. "Silakan, makan apa saja yang kau mau."
Hong Seok hanya mengangguk. Pria itu hanya meraih segelas jus yang berada di sisi kirinya. Hong Seok mencengkeram kuat gelas jus di tangannya lalu meletakkannya ke atas meja dengan sekali hentakan.
Ji-Hoon yang sedang mengunyah sampai mendongak, menatap Hong Seok dengan tatapan tidak mengerti. "Ada apa?"
Hong Seok meneguk minuman yang masih tersisa di mulutnya seraya menggeleng. "Tidak apa. Cepatlah makan, lalu kita pulang!"
Lagi-lagi Ji-Hoon terperanjat melihat ekspresi Hong Seok, yang tidak seperti biasanya. "Kau ini, kenapa?"
Tidak ada jawaban. Hong Seok sudah sibuk memikirkan tentang bagaimana Yeri bisa bersama pria itu, atau ada hubungan apa Yeri dengannya. Ah, segala pertanyaan bertumpuk tidak jelas dalam pikiran Hong Seok.
"Jadi, karena itu Yeri meninggalkan aku?" guammnya pelan. Namun, telinga Ji-Hoon jauh lebih tajam.
Ji-Hoon mendongak dan mendapati wajah dongkol Hong Seok, benar-benar membuatnya keheranan. "Siapa yang meninggalkan siapa?"
Hong Seok gelagapan saat tahu kalau Ji-Hoon mendengar ucapan.
"Ng-nggak, bukan apa-apa."
***
Sementara di lain tempat, seorang pria masih terus menggerutu karena dipertemukan oleh Hong Seok.
"Kenapa pria itu selalu ada di mana-mana?!"
Yeri menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya gadis itu juga sedikit kebingungan, tentang mengapa Heechul dan Hong Seok tampak akrab dan mungkin pernah bertemu sebelumnya. Bukan hanya itu saja, Yeri juga sedikit takjub pada Hong Seok. Bisa-bisanya dia mengikuti sang penulis idolanya sampai ke Seoul, bahkan ke Yongsan.
"Kau tahu siapa dia?" tanya Yeri dengan senyum jahilnya.
"Siapa pun itu, aku tidak mempedulikannya. Karena dia hanya penggemar tulisanmu." Heechul mendesah panjang. Makan siangnya dengan Yeri hari ini tidak lagi menjadi romantis seperti yang diharapkan sebelumnya.
Semuanya menjadi berubah saat Hong Seok hadir. Bukan. Mungkin karena mereka yang salah memilih tempat makan. Heechul jadi berpikir akan sebuah penyesalan. Karena sudah memilih untuk makan toppoki di restoran ini.
"Dia adalah inspirasiku." Yeri menatap Heechul dengan senyum yang sedikit lebar, bahkan bisa menampilkan deretan gigi yang begitu bersih.
Heechul terperangah. Pria itu menggeser tempat duduknya, mendekat ke arah Yeri. "Jadi, dia orang yang selama ini kau ceritakan?" tanya Heechul dengan nada berbisik. Sesekali pria itu melirik sinis pada dua orang di pojok ruangan.
Yeri mengangguk cepat. Gadis itu menyeruput minumannya. "Bukankah kau menyuruhku untuk mendekatinya?"
Kini giliran Heechul yang mengangguk antusias. "Tentu saja. Aku akan membantumu." Heechul kembali melirik dua pria di pojok sana. "Bagaimana kalau kita jadikan karakter pria itu sebagai tokoh utama dalam sebuah komik."
"Komik?"
"Ya, aku mau novel yang kau tulis diadaptasi menjadi komik."
Yeri tampak berpikir sejenak. Tawara Heechul tentu cukup menarik. Apalagi dengan begitu, para remaja muda akan menyukai karyanya. Karena Yeri tahu, kalau anak remaja lebih menyukai komik.
"Kedengarannya tidak buruk."
"Kau setuju?"
Tanpa berpikir panjang Yeri mengangguk. "Deal." Yeri mengulurkan tangannya.
Heechul dengan senang hati menyambut uluran tangan itu dan saling menjabat. Kepalanya mengangguk sambil terus menampakkan senyum di wajahnya. "Aku akan membantumu bertemu dengan penulis komik yang ada di kantor. Agar segera bisa memulai tulisan itu."
"Apa tidak sebaiknya kita tunggu sampai launching film novelku terlebih dahulu?"
"Lebih baik disegerakan. Kalau bisa launching secara bersamaan. Kau bisa menunjukkan versi novel, komik, dan film yang akan muncul di televisi." Heechul kembali tersenyum. "Kau sungguh membuatku bangga," ucapnya seraya merangkul bahu Yeri.
Gadis itu hanya mengangguk dan menyeruput kembali minumannya.
Tanpa sadar dari arah belakang seseorang sedang mengamati interaksi keduanya. Senyum yang disunggingkan, serta mata dengan tatapan tajam, begitu menusuk bak hewan buas yang akan menerkam mangsanya.
Napasnya naik turun. Entah apa yang membuatnya seperti ini, tetapi dia sungguh tidak menyangka kalau Yeri sampai tega memperlihatkan kekasihnya di depan Hong Seok. Atau tidak. Bukan memperlihatkan, tetapi Hong Seok sendiri lah yang memilih untuk mengikuti kemana Yooriko pergi.
"Hong Seok, apa kau yakin tidak mau makan?" tanya Ji-Hoon saat sudah selesai menyantap habis makanannya.
"Aku sudah kenyang!"
"Yang aku tau, sejak kita berangkat ke sini belum sama sekali memakan apa pun."
Hong Seok tak menjawab. Dia kembali menyambar gelas dan menyeruput isinya. Lalu melakukan hal yang sama seperti tadi, meletakkan gelas dengan sekali hentakkan.
Kali ini membuat Ji-Hoon terlonjak kaget. Tidak hanya Ji-Hoon, bahkan meja di sebelah kirinya ikut menatap Hong Seok dengan tatapan horor.
"Mari kita pulang."
"Ke Seoul?"
"Busan!"
"Hah? Apa kau sudah gila?"
✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿
Hai ... Aku kembali, setelah tiga abad lamanya tidak bersapa😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top