💌 - Enam

Gadis yang mengenakan topi hitam itu baru saja keluar dari toilet. Tiba-tiba saja langkahnya tercegah oleh beberapa gadis yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Eonni, bolehkan aku meminta tanda tanganmu?"

Yooriko mengangguk seraya mengulum senyum ramah kepada gadis yang saat ini tengah membawa buku hasil tulisannya.

"Tentu saja boleh."

"Aku sangat suka dengan semua tulisanmu. Apalagi novel yang berjudul 'Jwahoejeon Uhoejeon' ini," seru satu gadis lainnya.

Yooriko tak henti-hentinya menebarkan senyuman kepada para pembaca setianya. Setelah menandatangani beberapa buku hasil karyanya, Yooriko kembali memberikan buku itu.

"Terima kasih."

"Sama-sama," sahutnya ramah.

Menjadi salah satu penulis terkenal, membuatnya harus bersikap ramah. Bukan hanya sekedar membalas komentar pada cerita online yang ditulisnya, Yooriko juga berusaha bersikap seramah mungkin kepada para pembaca karyanya.

Tanpa disadari, sejak tadi sepasang mata menatapnya penuh selidik. Sepeninggalan para gadis itu, Hong Seok hendak menghampiri seseorang yang diketahui bernama Yooriko itu.

"Yooriko Noona," serunya. Namun, suaranya tidak terdengar begitu jelas oleh Yooriko.

Sudah hampir sepuluh meter jarak antara mereka. Hong Seok kembali membuka suaranya.

"Yooriko Noona," panggil Hong Seok.

Baru saja Yooriko hendak menoleh, tetapi seseorang menghampirinya. Bukan Hong Seok, tetapi pria lain.

"Sudah selesai, kan? Mau pulang sekarang?"

Yooriko mengangguk. "Aku harus mengobrol dulu dengan panitia acara ini."

"Mari aku temani," ajaknya.

Keduanya beranjak pergi dari tempatnya. Hong Seok mencoba mengikuti keduanya sampai tiba di sebuah ruangan. Ruang panitia. Mungkin.

Yooriko masuk bersama pria di sampingnya. Sementara Hong Seok hanya diam di depan pintu. Dinding kaca itu memudahkan Hong Seok untuk melihat ke arah dalam. Perempuan yang diduga Yooriko itu masih terus mengenakan topi di kepalanya. Namun, dari bentuk tubuhnya Hong Seok seperti mengenal perempuan itu.

Hong Seok memicingkan matanya. Mencoba menebak siapa yang ada di dalam sana.

"Sudah di dalam ruangan, kenapa harus menggunakan topi!" desis Hong Seok.

Hong Seok menilik arloji di tangan kanannya. Masih banyak waktu untuknya menunggu Yooriko.

"Hei ... siapa anda? Apakah anda penguntit Yooriko?" suara barinton milik seorang pria paruh baya berhasil membuat Hong Seok terlonjak kaget.

"Ap-apa? Siapa yang anda bilang penguntit itu?" tanya Hong Seok dengan polosnya.

"Anda. Memangnya siapa lagi?"

Yooriko mendengar sedikit keributan di luar ruang panitia acara launching novelnya. Matanya memicing, lalu pupilnya kembali membesar. Dia bisa melihat wajah pria yang sedang berbicara oleh pengawas acara ini. Dilihat dari samping wajahnya sangat mirip dengan ...

"Hong Seok?" gumamnya tanpa suara.

Kedua tangannya refleks menutup mulutnya yang sedikit ternganga.

"Ada apa?" tanya pria yang sejak tadi berdiri di sampingnya.

"Aku mau ke toilet," ucapnya dengan wajah kebingungan. Padahal itu hanya alibinya saja.

"Ada apa denganmu? Kau baru saja pergi ke toilet beberapa menit yang lalu?"

"Maaf, sepertinya aku salah makan. Aku harus pergi ke toilet sekarang."

"Perlu aku temani?" Yooriko menggeleng yakin.

"Aku menunggu di sini"

Yooriko langsung pergi menuju pintu lain. Pintu yang tidak ada Hong Seok di depannya. Dengan langkah cepat, Yooriko langsung menuju lift untuk pergi ke lantai atas. Entah akan pergi kemana, yang terpenting dia tidak ingin bertemu pria itu.

Sementara di tempat lain, Hong Seok masih berdebat dengan pengawas acara tersebut.

"Saya tidak mengintip dan saya bukan penguntit!" tegas Hong Seok.

"Lalu, untuk apa anda berdiri di sini?"

"Saya hanya sedang menunggu Yooriko Noona. Saya pembaca cerita Yooriko. Kalau anda tidak percaya, saya akan menunjukkannya," oceh Hong Seok panjang lebar.

Pria itu membuka ranselnya. Mengeluarkan sebuah novel yang sempat dia beli beberapa minggu yang lalu.

"Anda lihat ini?" tanya Hong Seok, lalu menunjukkan novel berjudul 'amazing boyfriend' kepada petugas itu.

"Ini novel Yooriko yang terbit bulan lalu. Ada tanda tangan asli Yooriko, meski versi cetak," ucapnya seraya membuka halaman pertama, yang menampakkan tanda tangan khas milik Yooriko.

Petugas itu terdiam sebentar. Pandangannya mengarah ke dalam ruangan. Ternyata Yooriko sudah tidak ada di dalam sana.

"Ada apa ini?" tanya seorang pria yang baru saja keluar dari ruangan. Pria yang sejak tadi bersama Yooriko.

"Pria ini sedang mencari nona Yooriko," sahut petugas itu.

"Di mana Yooriko Noona?" tanya Hong Seok antusias. Matanya terus menelusuri isi ruangan itu.

"Siapa kau?"

"Aku penggemar Yooriko," kata Hong Seok memperkenalkan diri. "Bukan, lebih tepatnya aku adalah pembaca setia tulisan Yooriko," tambahnya memberitahu.

"Lalu, mau apa kau di sini?"

"Seharusnya aku ikut acara launching novel, tetapi aku datang terlambat. Dan sekarang aku mau bertemu Yooriko."

"Yooriko sudah pulang," katanya ramah.

Hong Seok berhasil terperangah. Mana mungkin? Beberapa menit yang lalu Yooriko tepat berada di dalam ruangan itu.

"Sebaiknya kau pulang saja."

"Tapi aku-"

"Anda dengar, kan? Lagi pula, nona Yooriko sudah pulang."

Hong Seok menghela napas panjang. Dia terpaksa harus segera menjauh dari ruangan itu. Kakinya melangkah ke barisan buku yang baru saja terbit.

'Jwahoejeon Uhoejeon' buku yang katanya akan segera dijadikan film. Ceritanya memang tidak mirip dengan kisah Hong Seok. Namun, karakter tokoh utama pria sangat mirip dengannya.

Bukannya besar kepala dan terlalu percaya diri, tetapi memang seperti itu kenyataannya. Semua cerita yang ditulis Yooriko, selalu mirip dengan salah satu kejadian yang pernah dialami Hong Seok, saat masih bersama dengan, Yeri.

Hong Seok meraih buku itu, tentu saja untuk membelinya.

Setelah membayar. Hong Seok menatap layar ponselnya. Jarinya terus menggeser sesuatu di layar itu. Benar saja, Yooriko membuat sebuah pengumuman tentang acaranya ini. Hong Seok menyusuri keadaan sekitar, matanya berhasil menangkap sebuah kursi yang tak jauh dari pintu masuk utama.

Ucapan terima kasih.

Terima kasih untuk semua pembaca yang sudah hadir. Mohon doa restu, karena buku berjudul 'Jwahoejeon Uhoejeon' ini akan segera difilmkan.


Hong Seok masih terus menatap layar ponselnya yang menampakkan tulisan Yooriko. Tanpa sadar jarinya sudah menekan keypad di ponselnya.

Comment:

Hong Seok: Aku ingin sekali bertemu denganmu Yooriko Noona, tetapi hari ini kau sudah pulang. Dan kau tahu? Aku hampir saja dituduh sebagai penguntitmu.

Send.

Komentar itu berhasil Hong Seok kirimkan kepada Yooriko. Biasanya dalam beberapa menit Yooriko sudah membalas para komentar pembacanya. Namun sekarang? Sudah hampir lima belas menit, Hong Seok belum juga mendapatkan jawaban.

Hong Seok bangkit dari duduknya. Dengan tangan kiri yang masih menggenggam novel Yooriko. Hong Seok harus segera menuju apartemen yang sudah disiapkan oleh Ji-Hoon, seperti apa kata atasannya itu.

Langkahnya terhenti, karena sebuah notifikasi di ponselnya.

Hong Seok segera menatap layar ponselnya. Ternyata balasan atas komentar yang beberapa menit lalu dia kirimkan.

Yooriko: Aku masih di Seoul plaza. Terima kasih, sudah menyukai karyaku♡

Hong Seok terkesima, ternyata Yooriko masih berada di sini. Pria itu kembali memutar badannya dan kembali melangkah ke arah gedung itu.

Dia harus bertemu dengan Yooriko hari ini juga, putusnya.





💌

Nah, Hong Seok dituduh penguntit, kan. Kasian, ya. Kira-kira berhasil gak Hong Seok bertemu Yooriko?

Bekasi, September 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top