💌 - Empat belas

Setelah menjemput Ji-Hoon di stasiun, Hong Seok kembali ke apartemen. Kini keduanya sedang duduk di ruang tengah, keadaan hening. Baik Ji-Hoon atau pun Hong Seok sama-sama diam. Tidak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun.

Hong Seok menghela napas. Pria itu bangkit dari duduknya. "Kau mau minum apa?"

Ji-Hoon menoleh. "Memangnya kau punya apa untuk diberikan kepadaku?"

Hong Seok menoleh ke arah meja pantry yang ada di dapur minimalis. "Air putih."

Ji-Hoon menaikkan sebelah alisnya. Dia menghela napas berat. Tinggal bersama dengan Hong Seok sama artinya dengan melatih kesabaran. Pria berkacamata itu menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengeluarkan semua isi ransel miliknya.

"Kalau begitu, kau harus membelikan sesuatu untukku."

Hong Seok melirik ke arah dapur dan Ji-Hoon bergantian. Pria itu lagi-lagi mendengus sebal. Hong Seok menghampiri Ji-Hoon, lalu menadangkan tangannya tepat di depan Ji-Hoon.

"Mana uangnya?"

Ji-Hoon menoleh dengan mata yang melebar, persis seperti kacamata berbentuk oval yang bertengger tenang melindungi matanya. Pria itu mendorong benda itu hingga sampai pada ujung pangkal hidungnya.

"Kau tahu, kan, siapa aku?"

"Tahu. Kau adalah pemimpin redaksi utama. Tempat dimana aku bekerja."

Ji-Hoon membulatkan matanya. Pria itu bangkit dari duduk, lalu mensejajarkan tubuhnya dengan Hong Seok. Pria berkacamata itu mengulurkan sebuah majalah ke atas kepala Hong Seok, dan memukul kepala pria itu.

"Aku ini tamu."

"Iya, aku tahu."

"Kalau sudah tahu, kenapa kau malah meminta uang kepadaku?"

"Untuk membelikan pesananmu."

"Aku tidak akan memberimu uang!"

Kali kesekian Hong Seok mendengus sebal, dengan pupil yang melebar. Sejak menjemput Ji-Hoon beberapa jam yang lalu mood pria itu benar-benar buruk. Ditambah rencananya untuk bertemu Yooriko, yang lagi-lagi gagal karena Ji-Hoon.

Hong Seok pergi ke luar, menuju kafe yang berada di lantai dasar hendak memesan makanan dan minuman untuk atasannya itu.

Setelah beberapa menit membeli makanan, Hong Seok kembali masuk ke apartemen. Pria itu menilik jam tangannya. Sudah hampir siang. Mungkin dia bisa saja pergi ke Yongsan. Lagi pula ini kesempatan untuk Hong Seok.

"Aku akan pergi ke Yongsan," ucapnya diiringi dengan desahan berat.

Pria itu meletakkan makanan yang sempat dia beli barusan untuk Ji-Hoon. "Ini untukmu, Hyung," kata Hong Seok, dengan pergerakan yang cepat.

Ji-Hoon saja sempat bingung karena kelakuan Hong Seok. Datang-datang langsung seperti seseorang yang akan ditagih utang. Terburu-buru.

Hong Seok meraih kamera dan ransel, lalu memakainya.

"Eh, kau mau kemana?"

Hong Seok menoleh. "Aku harus pergi, ada urusan."

"Mencari berita tentang agensi KiM?"

Pria yang kini sedang berdiri di hadapan Ji-Hoon menggeleng. "Untuk bertemu Yooriko."

"Sebenarnya kau ini niat atau tidak, sih, mencari berita agensi KIM?" tanya Ji-Hoon dengan nada yang mulai meninggi.

"Kau sudah tahu jawaban kenapa aku pindah ke sini, bukan?" Hong Seok menatap Ji-Hoon yang tengah berdiri di depannya. "Untuk bertemu Yooriko."

Ji-Hoon dibuat mematung oleh jawaban Hong Seok yang terkesan begitu santai, tanpa berpikir ulang atas apa yang baru saja dia ucapkan.

Pria itu hampir membuka pintu apartemennya kalau saja Ji-Hoon tidak menghalanginya.

Pria berkacamata itu tiba-tiba saja sudah berdiri persis di depan Hong Seok.

"Kalau begitu aku ikut bersamamu."

***

Yi seo baru saja tiba di apartemennya bersama dengan Yeri. Yeri memang sengaja menemani Yi Seo pulang, sekalian untuk bertemu dengan paman dan bibinya.

"Kau mau mampir dulu, 'kan?"

"Tentu saja. Aku sudah lama tidak bertemu dengan paman dan bibi," sahut Yeri.

Yi Seo mengangguk. Selanjutnya dia terdiam, beberapa hal sudah berkecamuk dalam pikirannya.

"Hmm," desis Yi Seo.

"Ada apa?"

"Hong Seok oppa ...," Yi Seo menggantung ucapannya. "Maksudku, kapan kau akan memberitahunya kalau kau adalah Yooriko? Orang yang selama ini dia kejar sampai ke Seoul. Dan satu fakta lagi yang harus kau ingat, Hong Seok oppa masih mengharapkan sosok Yeri, yang sudah menemani masa-masa remajanya selama ini."

"Malam ini aku akan bertemu dengannya di tepi sungai Cheonggye."

"Jadi kau sudah bertemu dengannya?"

Langkah Yi Seo terhenti. Remaja itu menoleh ke samping kirinya. Tepat di mana Yeri berdiri.

Yeri mengangguk cepat. "Tadi pagi di depan apartemen."

"Apa kalian balikan?" tanya Yi Seo seraya kembali melanjutkan langkahnya.

"Jaga bicaramu Yi Seo." Yeri memperingati. "Aku sudah punya Heechul. Lagi pula tidak mungkin aku balikan dengan Hong Seok."

Yi Seo mendesis sinis. "Cih, jadi kau lebih pilih tetap bersama Heechul ketimbang balikan dengan Hong Seok oppa?"

"Yi Seo, ada kalanya kita perlu menoleh ke belakang. Bukan untuk kembali ke tempat itu, melainkan menjadikan perjalanan dari masa lalu itu sebagai pengalaman yang berharga."

"Perlu kau ketahui, satu hal yang mustahil untuk kita lakukan adalah kembali ke masa lalu, meski hanya satu detik saja waktu yang sudah terlewat."

Yi Seo terdiam. Dia perlu beberapa detik untuk menyerap ucapan Yeri barusan.

Yeri menekan tombol lift menuju lantai empat belas, tempat kediaman orang tua Yi Seo.

***

"Kenapa kita ke sini?" tanya Heechul keheranan. Matanya masih terus menatap sebuah salon yang berdiri di depan matanya. "Kau sudah pernah kesini sebelumnya, kan?"

Gadis di depannya mengangguk, senyumnya terulas begitu saja. "Sejak aku menulis soal salon ini di blog, pembacaku semakin meningkat." Gadis itu mengeluarkan ponselnya, lalu memotret salon itu. Tidak lupa juga dia memposting foto itu di akun Instagramnya.

"Kali ini aku akan mengubah gaya rambutku."

"Kau ke sini hanya untuk merubah tatanan rambutmu. Kenapa harus jauh-jauh ke Yongsan?"

"Kau bahkan tidak tahu betapa bagusnya salon ini. 'Candy Salon' ini sudah sangat terkenal kualitasnya. Bahkan anak dari pemilik salon ini menjadi penata rias Tae Yeon, penyanyi terkenal itu," blogger cantik itu begitu antusias saat menjelaskan tentang salon di depannya.

"Kau terlihat begitu antusias hari ini, ada apa?"

Yooriko mengerutkan keningnya. "Memangnya salah kalau aku terlihat antusias? Aku hanya senang saja bisa kembali mengunjungi salon ini." Gadis itu mengalihkan pandangannya.

Heechul mendesah berat. Perjalanannya dari Seorin-dong menuju Yongsan ternyata hanya untuk pergi ke 'Candy salon'. Dasar perempuan kalau soal perawatan memang rela pergi jauh dan mengeluarkan banyak uang, pikir Heechul.

"Kalau begitu cepatlah masuk. Aku tunggu di luar."

Blogger itu menggeleng. "Kau juga harus ikut masuk denganku."

"Jangan bilang kalau kau juga akan menyuruhku untuk mencukur rambutku."

Gadis yang dikenal dengan nama Yooriko itu tersenyum dengan menampilkan deretan giginya.

"Tidak. Aku tidak mau." Heechul menggeleng kuat, berusaha untuk menolak.

"Ayolah Heechul, kau akan terlihat sangat tampan setelah keluar dari salon ini." Gadis itu menarik lengan Heechul sampai pria berperawakan tinggi itu masuk ke dalam salon.

"Baiklah. Kalau begitu, akan ku buat kau terpesona dengan ketampananku."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top