Sweet Devil (Mikuo x Fem!Reader)

Genre: Romance
Rate: T
Song: Sweet Devil - Hatsune Miku

  Akhirnya, oh, akhirnya! Buku ini saya update juga! *tebar bunga* Saya bawa abang Mikuo lagi! Saya nistain dia lagi!
Btw, readertachi. Sweet Devil itu lagunya Miku 'kan? Soalnya saya punyanya yang versi REOL ft. Kradness '-'
Maa, sudahlah. Semoga readertachi suka! Dan abaikan tahapan make up nya (*´∀`*)
Saa, jaa mata, readertachi!

  (Your name) sudah lama memendam perasaannya selama ini. Ia sudah muak dikatai 'nerd' dan dijuluki 'kutu buku'. Tak lupa bully-an oleh teman-teman sekelasnya, khususnya seorang pemuda berambut teal, Hatsune Mikuo. Hari ini tekadnya sudah bulat. Di prom night nanti ia akan melakukan pembalasan dendamnya kepada salah satu pemuda idaman di sekolah itu.

  "Baiklah, saatnya bersiap-siap!"

  Gadis bersurai (Hair colour) tersebut mulai berdandan. Seusai mandi ia mengambil sebuah gaun merah selutut tanpa lengan dan kerah lalu mengenakannya.

  "Let's make up and dress up!" Serunya kemudian mulai merias wajah.

  Diawali dengan bedak untuk wajah, disusul riasan mata —bulu mata palsu dan mascara, tak lupa eyeliner dan eyeshadow— dan diakhiri dengan sentuhan lipstick pink manis. Kini urusan wajah telah selesai.

  Ikatan rambut yang sejak tadi menyangga helaian (Hair colour) itu telah dilepas. Mengambil sisir, (Your name) mulai merapikan rambutnya.

  "Nah. Siap."

  Senyuman puas menghiasi wajah manis (Your name). Setelah melihat tampilan dirinya di cermin, ia tampak begitu puas. Rambut yang tergerai indah, riasan wajah yang menarik, dan cat kuku yang sewarna dengan gaun yang ia kenakan membuatnya sempat ragu. Apakah benar yang ia lihat kini merupakan dirinya sendiri?

  "Itterasshai." Pamitnya kepada angin. Gadis manis itu memang hanya tinggal seorang diri di apartemen yang ia sewa.

  Setelah memakai high heels tiga senti yang telah ia siapkan, (Your name) pun segera keluar dari apartemennya untuk menuju sekolah sekaligus melaksanakan prom night.

.

  Pintu aula sekolah —tempat dilaksanakannya Prom Night— terbuka, menampakkan sosok (Your name) dengan penampilan berbanding terbalik dengan gaya biasanya. Kacamata yang biasa ia kenakan kini diganti dengan softlens sewarna manik aslinya. Rambut yang biasa terikat rapi kini terurai indah.

  "Siapa dia?"

  "Aku baru melihatnya sekarang."

  "Wow! Apa kau kenal dia? Cantik sekali."

  Berbagai bisikan mulai memasuki gendang telinga (Your name). Dalam hati gadis itu tertawa geli. Ah, andaikan saja mereka tahu siapa sebenarnya orang yang mereka katai "cantik" itu.

  "Ah. Itu dia."

  (Your name) berbisik pada dirinya sendiri tatkala kedua matanya menangkap siluet 'mangsa'nya malam itu.

  Hatsune Mikuo.

  Pemuda yang sering membully (Your name) kini tampak tengah berdiri di dekat tempat minuman. (Your name) yang melihatnya segera melangkahkan kaki ke sana.

  "Ups! Maaf!"

  "Apa yang—"

  Kalimat Mikuo terhenti ketika ia melihat siapakah orang yang baru saja menabraknya —membuat minuman yang ia bawa sukses mengotori baju Prom Night miliknya saat itu. Awalnya Mikuo ingin memaki si pelaku. Namun ketika matanya menatap wajah cantik (Your name), makiannya pun menguap entah kemana.

  "M-Maafkan aku! Aku akan mencari tisu!" Seru (Your name) pura-pura panik. Tentu saja. Karena dalam hati ia sekarang tengah tersenyum bahagia.

  Grep.

  Mikuo refleks menggenggam salah satu tangan (Your name), mencegahnya untuk pergi. Sontak (Your name) menengok.

  "Hei. Ini bukanlah masalah besar."

  "Benarkah?"

  Tiba-tiba Mikuo menarik (Your name) mendekat kearahnya. Kini jarak keduanya bahkan tak sampai satu meter. (Your name) bahkan bisa melihat warna mata Mikuo dengan jelas.

  "Ya. Tapi sebagai gantinya kau harus mau menemaniku sampai acara ini selesai." Ujar Mikuo dengan senyuman terpatri di wajah tampannya.

  (Your name) tahu betul. Dibalik senyum itu, ada sifat yang tak menerima tolakan maupun bantahan. Alhasil (Your name) hanya bisa menerima apa yang Mikuo katakan.

  "Ngomong-ngomong, siapa namamu? Aku baru melihatmu sekarang." Tanya Mikuo. Jari-jarinya kini sudah bermain dengan helaian (Hair colour) milik gadis di hadapannya.

  Dalam hati (Your name) tertawa terbahak-bahak.

  Baru melihatnya?

  Sungguh lucu.

  Padahal hampir setiap hari Mikuo mengganggu nya.

  "Aku (Fake name)." Jawab (Your name) sambil mendongkakkan kepala, menatap tepat ke manik teal Mikuo. Perbedaan tinggi keduanya yang cukup banyak —kurang lebih sepuluh centimeter— membuat (Your name) mau tak mau harus mendongak untuk menatap Mikuo. Karena menurutnya, tidak sopan jika berbicara tanpa menatap lawan bicaranya.

  "Aa. Nama yang manis untuk gadis yang manis pula."

  (Your name) tersenyum —pura-pura— malu.

  "Terimakasih."

  'Kau sudah masuk ke perangkapku, Hatsune-kun'

.

  Mikuo dan (Your name) kini tengah duduk di tempat yang tersedia di aula sekolah. Keduanya duduk bersebelahan. Sejak tadi mereka hanya mengobrol ditemani segelas mocktail di masing-masing tangan.

  "Um, (Fake name), apakah kau sudah memiliki kekasih?" Mikuo membuka pembicaraan lagi dengan pandangan mata terarah ke gadis cantik di sampingnya.

  (Your name) yang tadinya tengah melihat-lihat aula secara spontan langsung mengalihkan pandang ke Mikuo. Ekspresi bingung tercetak di wajah manis itu.

  "Aku?" (Your name) menunjuk dirinya sendiri. "Belum."

  Mimik wajah si pemuda teal mencerah. Hanya sepersekian detik sebelum akhirnya kembali ke ekspresi biasa.

  "Mana mungkin gadis secantik dirimu belum memiliki kekasih." Mikuo tersenyum menggoda, dan dibalas senyuman tanpa dosa dari (Your name).

  'Kau pikir siapa yang mau dengan kutu buku, eh?'

  "Aku memang tak punya."

  Dalam hati Mikuo menyeringai senang.

  "Kalau begitu..." Tubuh condong menghadap gadis di depannya dan tangannya yang bebas mencari jalur untuk menggenggam tangan didepannya yang tak berurusan dengan mocktail. "Maukah kau menjadi keka—"

  Deg.

  Kini Mikuo mengumpat dalam hati.

  Mengapa pula padangan matanya harus menangkap bayangan gadis 'itu'?

  "Mikuo-kun?" Pandangan (Your name) kemudian mengikuti arah tatapan Mikuo.

  Ah. Sekarang (Your name) tahu.

  Megurine Luka.

  Sosok yang sejak beberapa sekon lalu menjadi pusat perhatian seorang Hatsune Mikuo. Sang kakak kelas sekaligus gadis yang menjabat sebagai kekasih —atau setidaknya begitulah yang (Your name) tahu— seorang Mikuo.

  Seringai tipis tercetak di bibir berlapis lipstick pink.

  "Nee, Mikuo-kun... Apa yang mau kau katakan?" Kini justru (Your name) yang meraih tangan Mikuo.

  "O-oh, itu..." Mikuo tampak gugup, semburat merah tipis menghiasi wajah tampannya. "A-Apa kau mau menjadi kekasihku?" Sambungnya sembari menatap ragu manik (Eyes Colour) milik (Your name). Entah kemana perginya rasa percaya diri yang tadi (Your name) lihat jelas.

  Oh, tolong. (Your name) ingin sekali tertawa terbahak-bahak detik itu juga.

  "E-eh?" Berkata polos untuk menyembunyikan tawa.

  "Aku mencintaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?" Kini rasa percaya diri seorang Hatsune Mikuo telah kembali. Ditatapnya dua manik (Eyes Colour) milik gadis di hadapannya itu.

  "Um..." Pandangan dialihkan ke lain arah hanya untuk menatap kembali iris teal kembali beberapa detik setelahnya. "Aku... Mau." Senyum manis terpatri di wajah seorang (Your name).

  "Benarkah?!"

  "Un." (Your name) mengangguk. "Tapi..." Lalu kedua tangan membuat jalur menuju wajah Mikuo, tepatnya ke kedua pipi pemuda bersurai turqoise itu. "Kau hanya boleh menatapku seorang. Jangan berpaling dariku. Mengerti, Mikuo-kun?"

  Mikuo mengangguk patah-patah. Tak ia sangka pernyataan cintanya akan diterima begitu saja. Dalam hati ia sudah berniat memutuskan si kakak kelas surai pink.

  Oh, bye bye, Megurine Luka.

  Untuk beberapa saat mereka hanya saling menatap. Iris teal terkunci dengan manik indah warna (Eyes Colour). Lalu, entah siapa yang memulai lebih dulu, jarak diantara keduanya perlahan menghilang.

  Selamat, Hatsune Mikuo-kun. Kau telah sepenuhnya masuk ke dalam perangkap seorang (Full name).

.

Omake:

  "Gomenne, Mikuo-kun. Aku ingin kita putus. Aku tidak mencintaimu sama sekali." Senyum santai terkembang di wajah (Your name).

  "Apa?! Lalu kenapa kau menerima perasaanku kemarin?!"

  "Aku memang menerima pernyataan cintamu. Tapi, aku tidak bilang kalau aku mencintaimu, 'kan?"

  Geraman kesal terdengar.

  "Sialan kau! Seharusnya aku tidak memutuskan Luka-senpai! Dasar kurang ajar!"

  "Gomen gomen. Ini semua memang hanya kebohongan. Lagipula kita seri. Kau sakit hati karena aku. Dan sebaliknya."

  "Huh? Apa maksudmu?"

  Surai (Hair colour) kemudian diikat kebelakang. Diambilnya sebuah kacamata untuk menutupi manik indah warna (Eyes Colour).

  "Kau tidak lupa dengan (Full name), 'kan, Mikuo-kun?"

  Dan Mikuo hanya bisa mematung di tempat, menatap kepergian kekasihnya satu hari yang lalu itu dalam diam. Sungguh, pemuda tampan itu tak tahu harus mengatai si gadis jelita atau merutuki kebodohannya sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top