Prisoner (Prisoner!Len x Fem!Reader)

Genre: Angst
Rate: T
Song: Prisoner (Shuujin) - Kagamine Len

Yo, readertachi~! Saya bawa shota kesayangan kita! Kagamine Len~ *Len: siapa yang kau sebut 'shota'?!*
Maa, cukup basa-basinya. Semoga readertachi tetap suka sekalipun ini absurd!
Saa, jaa mata, readertachi~!

  Di suatu hari berlatar pada sebuah penjara, ada tahanan yang hanya tinggal seorang diri. Ketika ia sedang menjalani bagian dari hukumannya, mencangkul tanah di luar bangunan dalam pagar, tanpa sengaja pandangan matanya bertemu pada sesosok gadis bertopi yang tengah berdiri di luar pagar.

  Tahanan bernama Kagamine Len itu sontak terpana akan kecantikan sang gadis. Surai (Hair colour)nya bergerak lembut seiring adanya hembusan angin pelan. Gaunnya juga berkibar indah, membuat gadis itu tampak semakin anggun. Len akhirnya sadar, ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis itu. Namun melihat dirinya sendiri, iapun menyadari bahwa perbedaan di antara keduanya sangatlah jauh. Dan hal itu terasa amat menyakitkan bagi Len.

  "Huh? Apa ini?"

  Len menghentikan pekerjaannya, memungut sebuah pesawat kertas yang mendarat di hadapannya tiba-tiba. Menengokan kepala ke segala arah, ia mendapat senyuman dari gadis yang ia suka.

  'Apakah surat ini darinya?', duga Len dalam hati.

  Ia segera membuka kertas itu, lalu membaca tulisan yang tertera di sana. Tampaklah rangkaian kata-kata yang tertulis rapi dengan tinta hitam.

  Hai. Apakah kau kesepian? Mau berteman denganku?

  Seusai membaca surat tersebut, Len segera mencari pena dan kertas lalu membalas pesan tersebut.

  Kupikir begitu. Tentu saja aku mau.

  Dilipatnya surat itu menjadi bentuk pesawat lalu berlari mendekati pagar dan menerbangkannya. Si gadis sukses menangkap pesawat kertas itu kemudian ia segera pergi, tanpa sepatah kata namun dengan senyuman. Len yang menyadari senyuman itu ikut tersenyum. Tak bisa dipungkiri ia sangat bahagia sekarang. Baru saja ia memiliki teman baru, belum lagi temannya adalah gadis yang ia suka.

.

  Sudah berhari-hari Len berkirim surat dengan gadis bersurai (Hair colour) yang sering mengunjunginya. Bahkan saat ini ia sedang berdiri di dekat pagar pembatas, menunggu kedatangan gadis itu. Karena tak kunjung datang, Len memutuskan untuk membaca kembali suratnya. Lipatan berbentuk pesawat itu ia buka, kemudian ia mulai membaca pesan yang akan ia kirim.

  Tak perlu khawatir. Aku akan dibebaskan suatu hari nanti.

  Len tersenyum miris membaca kalimatnya. Dibebaskan? Yang benar saja. Hukuman bagi pemuda pirang itu adalah penjara seumur hidup. Di samping itu, Len sudah tak punya keluarga lagi. Mana mungkin ada orang yang bisa menolongnya? Semua kalimat yang ia tulis di surat tersebut hanyalah kebohongan.

  "Tapi jika aku memilikimu, kupikir tak peduli apapun kebohongannya, aku merasa hal itu bisa menjadi nyata", ucap Len diselingi senyuman.

  Tak lama setelah itu, sesosok gadis bertopi dengan surai (Hair colour) berjalan mendekat ke arah Len. Sontak segera saja pemuda itu melipat kembali suratnya lalu menerbangkannya keluar pagar. Si gadis bisa menangkap pesawat kertas itu tepat waktu. Setelah mendapat surat dari Len, ia membalikan badan bersiap untuk pergi.

  "T-tunggu!"

  Gadis itu menolehkan kepala, menatap Len bingung dengan kedua manik (Eyes colour) miliknya yang indah. Untuk beberapa saat Len hanya terdiam, terpana akan manik indah itu. Ini kali pertama ia bisa melihat wajah gadis yang ia suka seluruhnya. Biasanya gadis itu hanya akan menampakan senyuman.

  "T-tidak jadi", ujar Len buru-buru.

  Gadis di hadapannya hanya tersenyum sebelum kemudian melanjutkan langkahnya untuk pergi, membuat Len ikut tersenyum karenanya.

  'Kupikir hanya melihat wajahnya saja sudah lebih dari cukup untuk membuatku bahagia', tutur Len dalam hati kemudian melanjutkan pekerjaannya.

.

  Waktu terasa begitu cepat berlalu, tanpa diduga beberapa bulan telah dilewati oleh Len. Itu berarti sudah cukup lama Len dan si gadis bersurai (Hair color) saling berkirim surat. Dan surat-surat dari gadis itu Len simpan di sudut kamar tahanannya. Setiap membaca surat-surat itu, ia tak henti-hentinya tersenyum. Surat itu adalah kebahagiaannya.

  "Huh?", Len menghentikan kegiatan mencangkulnya demi mengambil pesawat kertas yang mendarat tak jauh dari tempat ia beraktivitas. "Kau datang lebih awal", gumam Len sambil menengokan kepala ke pagar. Disana tampaklah gadis yang menjadi teman bersuratnya sejak beberapa bulan lalu.

  Si gadis surai (Hair colour) memberi gestur kepada Len untuk segera membaca surat darinya. Len pun melakukannya seperti yang diperintahkan.

  Kemarilah. Ada yang ingin kukatakan.

  Setelah membaca isi surat itu, Len langung saja mendekati pagar pembatas. Kini keduanya saling berhadapan. Gadis di hadapan Len hanya menunduk, tampak ragu untuk memulai pembicaraannya.

  "Ada apa?", Len memutuskan untuk membuka pembicaraan.

  Bukannya kalimat balasan yang didapat, pemuda pirang itu justru mendengar isakan kecil dari gadis di hadapannya.

  "K-Kau tidak—"

  "Selamat tinggal"

  Seketika Len terdiam. Kedua bola matanya membulat sempurna.

  "Apa maksudmu?"

  "Aku akan pergi dari sini. Jadi, selamat tinggal"

  Setelah itu si (Hair colour) langsung pergi meninggalkan si pirang yang masih belum kembali dari keterkejutannya. Padahal inilah kali pertama ia bisa mendengar suara sang gadis, namun kenapa saat itu adalah kali terakhir bagi mereka untuk bertemu? Menundukan kepala lemah, Len pun hanya bisa menggumamkan ucapan "selamat tinggal"nya.

.

  Isakan tangis terdengar dari salah satu sel penjara di rumah tahanan itu. Tempat dimana seorang pemuda bersurai pirang sedang meringkuk memeluk lutut dan membenamkan kepalanya dalam kesengsaraan.

  "Jika aku memilikimu, kupikir bagaimanapun jadinya aku pasti tetap bisa tersenyum", lirih Len di sela isakannya. "Tapi aku tidak memilikimu. Kau bahkan tak ada di sampingku"

  Len semakin mempererat pelukan kepada lututnya. Len tak tahu lagi harus bagaimana. Memanggil namanya pun tak bisa karena ia bahkan tak mengetahui nama gadis itu. Mengejarnya ia juga tak sanggup. Bahkan keluar dari rumah tahanan ini pun Len tak dapat melakukannya.

  Perlahan pemuda pirang itu mendongakan kepalanya dan mendekati tumpukan pesawat kertas yang berada di sudut ruangan. Ia tersenyum tatkala membaca kembali isi surat-surat berbentuk pesawat itu. Namun ketika ia sedang sibuk membenamkan diri di lautan pesawat kertas tersebut, tiba-tiba pintu sel terbuka, menampakan tiga sosok penjaga yang mulai berjalan ke arah Len.

  "Apa ini?", tanya salah satu penjaga sembari merebut surat yang baru Len baca. "Hahaha. Apa-apaan ini? 'Hai. Apa kau kesepian? Mau berteman denganku?'", ujar si penjaga dengan nada dibuat-buat. "Tch. Tidak ada yang mau berteman denganmu, tahanan bodoh! Untuk apa kau menyimpan semua ini?!", tukas si penjaga kemudian menyobek surat milik Len.

  Melihat hal itu Len sontak membulatkan kedua bola matanya. Surat itu adalah kenang-kenangan dari gadis yang ia sukai. Dan sekarang salah satu surat itu telah dirobek. Surat pertama yang ia terima dari gadis surai (Hair colour).

  "Berani sekali kau menyobeknya!", seru Len lalu tanpa diduga langsung melayangkan tinju ke wajah penjaga yang menyobek suratnya.

  Si petugas terhuyung ke belakang. Belum puas hanya dengan satu tinju, Len segera melayangkan pukulan-pukulan lain hingga wajah petugas itu babak belur. Dua penjaga lain yang berada di belakang Len sontak menahan kedua tangan pemuda pirang itu di belakang. Len berontak namun sayangnya ia kalah kuat.

  "Kau akan dipindahkan ke sel lain yang lebih berat!"

  Dengan itu Len didorong menuju sebuah sel tanpa jendela yang tertutup rapat. Len terjerembab di dalam sel gelap itu. Di sana tak ada apapun. Hanya ruangan kosong nan gelap. Setelah sukses membuat Len berada di dalam sel, para petugas segera meninggalkannya lalu menutup pintu rapat.

  "Kau tak akan pantas bersanding dengan teman penamu, nak! Dia adalah putri kepala polisi disini!", seru salah seorang penjaga dari jendela kecil di pintu.

  "Apa?! Jadi, kalian mengenalnya?!", balas Len menghentikan aksi menggebrak pintunya.

  Namun para penjaga tak menghiraukannya. Mereka terus berjalan pergi meninggalkan Len, tak sedikitpun berniat membalas ucapannya. Len jatuh berlutut di belakang pintu. Sekarang tak ada lagi harapan baginya untuk bisa bertemu dengan gadis yang ia sukai. Terlalu banyak perbedaan di antara mereka. Si gadis surai (Hair colour) bagaikan sekuntum bunga cantik yang hidup di hamparan rumput liar dalam kegelapan dunia Len. Namun sekalipun Len mengetahui hal itu, Len masih saja berusaha untuk menggapainya.

  "Kumohon! Biarkan aku berbicara dengannya! Kalian mengenalnya 'kan?!"

  Di ruangan kecil serta gelap itu hanya suara seruan Len yang menggema. Para penjaga sama sekali tak menggubris teriakan-teriakan Len. Bahkan mungkin di luar sel itu tak ada lagi petugas yang menjaganya.

  "Kumohon...", lirih Len. Dadanya terasa sakit karena bayangan akan kehidupannya yang mungkin hanya akan berakhir di sel gelap tersebut. Tak hanya itu, nafasnya mulai tak tertaur dan suaranya semakin serak akibat terlalu banyak berseru.

  "Setidaknya... Izinkan aku mengetahui namanya saja..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top