Dancer In The Dark (Hades!Luki x Athena!Reader)
Genre: Fantasy, Romance
Rate: T
Song: Dancer In The Dark - Megurine Luka
Yo, readertachi~! Fic ini sepenuhnya dari sudut pandang Luki. Idenya saya dapat dari Saint Seiya. (Aaa... Saya rindu Alone dan Shun!) Hehehe. Abaikan penggambaran suara pedang saya yang gaje. Pfft... Saya gak bisa nahan ketawa tiap baca. Satu lagi, readertachi. Seperti biasa, ini absurd.
Saa, jaa mata, readertachi~!
Trang.
Kras.
Dimana aku?
Trang. Trang.
Mengapa aku membawa pedang? Apa yang kulakukan sekarang?
"Jawab aku, Hades!"
Hades? Siapa Hades? Apakah perempuan ini berbicara padaku? Di samping itu, mengapa pula ia terus menyerangku?
"Hades! Aku berbicara padamu!"
Tunggu. Mengapa wajah gadis ini mirip seperti (Your name)? Siapa dia?
Trang.
Argh, sial. Dia terus saja menyerangku dengan tombaknya. Apa yang dia inginkan? Apa maksud dari semua ini? Dimana ini? Mengapa disini sangat gelap dan tampak begitu monoton? Hanya bukit-bukit gersang serta langit hitam. Tempat macam apa sebenanrnya ini?
"Mengapa kau menyerangku, Hades?!", seru gadis itu dengan mata berkaca-kaca sambil menatap ke arahku.
Jangan tanya aku. Aku sendiri tak tahu alasan mengapa aku berada disini, mengapa kau memanggilku "Hades", mengapa aku memakai cloth serta membawa pedang seperti ini, dan mengapa kita bertarung.
Serang dia.
Ugh. Siapa yang baru saja berbicara?
"Aaah!"
Jeritan terdengar dari perempuan di hadapanku. Sayatan cukup panjang tampak terbentang di bahu kanannya. Apakah aku yang baru saja menyebabkan luka itu?
Ekspresinya berubah ketika ia mendongakan kepala setelah tersungkur di tanah. Amarah tampak jelas di wajahnya. Lalu tanpa basa-basi ia segera meluncur ke arahku dan menghunuskan tombak panjang yang ia bawa.
"Aaargh!"
Kini akulah yang berteriak menahan sakit. Gadis di hadapanku ini baru saja memotong tangan kiriku. Ini mengerikan. Sekarang dapat kulihat darah yang mengalir keluar dari sana. Semakin banyak darah yang terus mengalir. Dan saat itulah aku baru sadar, tubuhku telah bergerak dengan sendirinya.
"Mati kau, Athena", ucapku tanpa ekspresi.
Kemudian aku mulai melesat dengan pedang di tangan kananku dan berhasil menorehkan luka di bahu kirinya cukup dalam.
"Hades..."
Aku dapat mendengar lirihan gadis bernama Athena itu. Sorot matanya menampakan berbagai ekspresi. Aku bisa melihat amarahnya, namun bersamaan dengan itu tatapan penuh luka juga kulihat.
"Kau harus mati, Athena"
Ketika mulut ini selesai berbicara, tubuhku bergerak lagi dengan sendirinya menerjang si gadis yang masih terduduk lemas di tanah. Jika refleknya tak bagus, mungkin tebasan pedang tadi bisa membuat kepalanya terpenggal. Namun untung saja ia masih memiliki cukup tenaga untuk menangkis seranganku, atau lebih tepatnya, menangkis serangan dari tubuhku.
"Mengapa kau melakukan semua ini?!"
Athena bangkit dan mulai melesat ke arahku. Air mata mengalir di wajahnya. Sampai detik inipun aku masih belum paham. Mengapa aku disini? Sebenarnya siapa yang berada di dalam tubuhku? Mengapa disini aku merasa seolah menjadi penonton?
"Jelas karena aku ingin kau lenyap"
Tubuhku kembali melancarkan serangan. Adu senjata terus terjadi selama beberapa saat seolah-olah tak ada sedikitpun lelah yang kami rasakan. Selang beberapa waktu akhirnya kami hanya berdiri diam dengan nafas terengah-engah. Sekujur tubuh kami penuh dengan luka. Tubuhku kehilangan tangan kirinya dan tangan kananku penuh dengan goresan. Kedua sayap yang ada di cloth ini juga telah hilang. Keadaan Athena pun tak jauh lebih baik dari tubuhku. Bahunya mendapat dua sayatan yang cukup dalam, tangannya pun penuh dengan luka gores. Salah satu sayap di clothnya juga lepas.
Untuk beberapa saat kami hanya berdiri, saling menatap dengan nafas terengah-engah dan ekspresi menahan sakit. Rasa perih dari luka-luka yang kudapat sangatlah menyiksa. Sebelumnya aku tak pernah merasakan luka seperti ini. Kepalaku terasa pusing, namun tampaknya orang yang mengambil alih tubuhku ini sudah terbiasa dengan rasa sakit.
"Enyah kau"
Kata-kata yang keluar dari mulutku seketika membuat kesadaranku kembali seutuhnya. Tanpa aba-aba apapun, tubuhku segera melesat ke arah Athena yang masih berusaha untuk berdiri tegap. Bisa kulihat raut penuh rasa kaget tampak jelas di wajahnya.
Tidak! Apa yang akan dilakukan tubuhku?! Jangan bilang ia akan membunuh gadis ini!
"Matilah kau, Athena"
Pedang yang berada di tangan kananku telah membuat jalurnya menuju leher gadis itu. Wajah Athena yang penuh ekspresi ketakutan membuatku teringat akan (Your name). Seketika itu juga berbagai pikiran memenuhi otakku. Bagaimana jika gadis di hadapanku ini adalah (Your name)?
Tidak! Aku tidak mengizinkanmu untuk membunuhnya!
Gerakan tubuhku berhenti seketika. Tepat saat pedang yang kubawa tinggal beberapa senti lagi mengenai leher gadis yang disebut Athena itu. Apakah aku berhasil mengambil alih tubuh ini?
Athena masih berdiri mematung, tak mempercayai kejadian yang baru saja dilihatnya. Beberapa detik kemudian tubuhku jatuh terduduk. Kepalaku menunduk dalam. Sepertinya tubuh ini benar-benar berhasil kuambil alih.
"Hades..."
Aku tak sanggup mendongakan kepala untuk menatapnya. Otakku masih sibuk memikirkan bagaimana seandainya jika gadis di hadapanku ini adalah (Your name), kekasihku sendiri? Bagaimana jika tadi aku gagal mengambil alih tubuh ini? Aku tak mungkin sanggup menatapnya mengingat apa yang baru saja akan kulakukan beberapa saat tadi.
Kini kurasakan dua buah tangan membelai kedua pipiku lembut, lalu perlahan mengangkatnya, membuatku mendongak menatap manik (Eyes colour) gadis didepanku.
"Kau tak apa?", tanyanya lembut akan tetapi penuh rasa khawatir.
Ingin rasanya aku menjawab, namun suaraku tak bisa lagi dikeluarkan. Tenggorokanku terasa sakit. Belum lagi dengan rasa perih dan gatal akibat luka di sekujur tubuhku. Perlahan pandanganku mulai kabur. Sosok gadis di hadapanku ini mulai memburam. Hingga akhirnya samar-samar kudengar suara lembut sebelum kemudian kegelapan mengambil alih kesadaranku.
"Kuharap kau baik-baik saja"
.
Aku sontak terduduk tegap. Pandanganku menerawang ke segala arah. Huh? Aku di kelas? Apakah semua kejadian tadi hanya mimpi? Tapi mengapa hal itu terasa sangat nyata? Kualihkan pandangan ke jendela, dan kini kudapati matahari yang mulai terbenam. Sepertinya aku tertidur saat pelajaran terakhir hampir selesai.
"Bodohnya aku menganggap semua itu nyata", lirihku disusul helaan nafas.
Tapi tetap saja aku masih penasaran. Mengapa aku dipanggil "Hades"? Mengapa gadis yang mirip (Your name) kupanggil "Athena"? Mimpi tadi benar-benar aneh.
"Oh, Luki-kun. Kau sudah bangun?"
Suara yang amat familiar memasuki indra pendengaranku. Kutolehkan kepala ke arah pintu kelas, dan mendapati kekasihku sedang berdiri di sana dengan sebuah buku cukup tebal yang berada di tangan.
"Uh. Ya", jawabku seraya mengacak rambut asal. "Apakah aku tertidur cukup lama?"
"Jika sejak jam pelajaran terakhir hingga sekarang baru bangun bisa dibilang cukup lama, maka ya, kau tertidur cukup lama", balasnya sambil tersenyum dan mendudukan diri di sampingku.
"Astaga", lirihku setelah sebelumnya menghela nafas berat. "Buku apa itu?", tanyaku ketika mendapati buku tebal yang ia masukkan kedalam tas.
"Oh, ini hanya buku bacaan. Tentang beberapa dewa dan dewi di Yunani", jawab (Your name) sambil tersenyum. "Kupikir menarik, jadi kupinjam saja dari perpustakaan"
"Dewa dan dewi? Yunani? Bisa kau ceritakan kepadaku beberapa?"
"Eh? Baiklah"
Dan (Your name) mulai bercerita tentang beberapa dewa yang ada di dalam buku. Salah satu diantaranya, ia memberitahuku tentang Hades, dewa dunia bawah, dan Athena, sang dewi kebijaksanaan. Rupanya kedua dewa dan dewi itu terus saja bertarung. Hades yang ingin mengambil alih dunia, dan Athena yang berusaha untuk mencegahnya. Apakah ini alasan mengapa di dalam mimpiku aku, Hades, bertarung dengan Athena? Ugh, entah mengapa semua hal ini membuatku pusing.
"Luki-kun?", panggil (Your name). Mungkin ia menyadari perubahan pada mimik wajahku.
"Ya?", jawabku, berusaha menatapnya. Namun karena kepalaku yang terasa amat pusing, akupun hanya bisa menyangga kepalaku menatap meja.
"Kau tak apa?", tanya (Your name) sambil mendongakan kepalaku menatapnya.
(Your name) berkata lembut, namun rasa khawatir samar-samar tampak di wajahnya. Entah mengapa aku merasa deja vu. Tapi kapan? Tak mau ambil pusing, akupun hanya memejamkan mata setelah sebelumnya mengangguk untuk menjawab pertanyaan (Your name). Setelah itu samar-samar kudengar suara lembut milik kekasihku.
"Kuharap kau baik-baik saja"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top