Bab Tambahan : Sempurna

September 2016

Risna's POV

Aku bangun pagi – pagi sekali hari ini, dan aku langsung bergegas pergi ke kamar mandi. Kubersihkan diriku sebaik – baiknya, sebelum akhirnya aku disambut oleh ibuku yang ada di kamarku dan sudah menyiapkan semua persenjataannya di meja riasku.

"Aduuuh... akhirnya anak Ibu nikah juga~" ujar Ibu, sambil memelukku erat

"I – iya bu..." sahutku, sambil berusaha mengambil napas

"Gimana, kamu deg – degan nggak?"

"Iyalah! Masa enggak sih ma!"

"Kaliin aja enggak. Yuk, duduk sini, Ibu keringin dulu rambutnya."

Aku langsung duduk di hadapan meja rias, dan ibuku mengambil hair dryer lalu mengeringkan rambutku.

"Akhirnya Ris, kamu nikah juga sama Agus ya?" ujar Ibu, di tengah raungan mesin hair dryer

"Iya... nggak nyangka juga kalau ini akhirnya jadi beneran." Sahutku

"Begitulah pernikahan. Kamu pasti akan merasakan kalau hari ini akan berjalan dengan sangat singkat, dan mungkin nanti kamu akan merasakan bahwa ini adalah mimpi. Tapi keesokan harinya, saat kamu bangun tidur dan melihat Agus berbaring di sebelahmu, kamu akan percaya kalau semuanya nyata. Aku juga begitu pas nikah sama ayahmu."

"Yah, sepertinya hari ini akan terasa sangat... heboh dan bersejarah bagiku. Dan kuharap ini yang pertama dan yang terakhir untukku. Semoga nanti Agus tidak lupa atau salah mengucapkan ijab kabulnya."

"Tidak akan salah, dia itu. Aku yakin. Dia kan dosen Matematika, jadi kurasa dia takkan salah. Kalau dia bisa mengingat ratusan rumus matematika di dalam kepalanya, kenapa dia tidak bisa mengingat ijab kabul yang hanya akan dia gunakan sekali dalam seumur hidupnya, tidak seperti rumus yang harus dia ulangi menjelaskannya setiap hari."

Aku terkekeh. Ibuku memang pandai mencairkan suasana. "Hahaha... benar juga. Sepertinya aku tidak perlu meragukan hapalan Agus. Kalau dia bisa kuat memikirkan rumus, kurasa dia akan kuat juga dalam memikirkan yang satu ini."

"Nah, jadi kamu tidak usah ragu! Yakin sajalah!"

"Bagaimana jadinya ya, acaranya nanti."

"Aku rasa akan seru. Baiknya, kamu pakai dulu bajumu, lalu aku akan meriasmu, oke?"

"Baiklah..."

Aku mengambil baju yang ada di tangan ibuku, lalu aku bergegas untuk mengganti pakaianku. Aku harus cepat, karena aku tidak boleh terlambat!

~~~~~

Sekitar jam setengah sembilan pagi, aku sudah berada di sebuah masjid yang terletak di dekat rumahku. Disinilah Agus akan mengucapkan ijab kabulnya, dan tempat inilah yang akan jadi bukti kalau mulai saat ini aku telah bersama dengan Agus sampai akhir hayat kami nanti.

Ijab kabulnya berjalan dengan lancar, dan Agus mengingat kalimatnya dengan sempurna. Dia melatih kalimat itu selama seminggu sebelum pernikahan ini datang. Dia dibantu dengan ayahnya menghapalkan kalimatnya, dan dia berusaha dengan sangat keras untuk itu. Semuanya sempurna.

Agus langsung mendatangiku saat ijab kabulnya selesai, dan kami berpandangan canggung selama beberapa detik.

"Ciee... yang udah jadi suami – istri..." goda tante Lina

"Duh, malu – malunya... jadi ingat pas masih muda..." ujar Ibu

"Gimana Gus? Risna mau kamu bawa keluar buat menanda tangani buku nikahnya?" tanya Ayah

"Boleh deh. Ayo!" ujar Agus, sambil menggandeng tanganku lembut.

Aku mengikuti Agus, dan kami menuju ke sebuah meja tempat ijab kabul tadi diucap, dan kami menanda tangani buku nikahnya. Setelahnya, kami berfoto sambil menunjukkan buku nikah, lalu aku mencium tangan Agus, dan kemudian Agus mencium keningku.

Setelah acara ijab kabul selesai, kami naik ke dalam mobil dan bersiap untuk acara resepsi yang akan kami selenggarakan siang ini.

"Akhirnya... kita resmi juga ya, Ris?" ujar Agus, sambil menggenggam tanganku lembut.

"Iya Gus... tapi ini kan baru permulaan dari kisah hidup kita." sahutku

"Iya. Kamu benar."

Iya, karena semua ini berawal dengan baik, kuharap akhirnya juga baik nanti,"

~~~~~

Agus' POV

Acara resepsiku dengan Risna hari ini berjalan dengan sangat baik. Dan aku sangat senang karena banyak sekali undangan yang juga ikut merayakan pernikahan kami berdua. Mulai dari keluarga kami, rekan kerja, teman – teman, baik dari teman SD, SMP bahkan beberapa teman SMA – ku. Termasuk Rahman yang secara khusus menyempatkan diri untuk mampir ke pernikahanku setelah minggu ini dia kebetulan berada di kotaku untuk bertanding karate.

Ini adalah hari terindah dalam hidupku.

Aku kembali memikirkan tentang aku dan Risna. Dari pertama kami bertemu, berteman saat SD, bersahabat saat SMP, perpisahan kami, sampai akhirnya kami bisa kembali dan bertemu lagi, hingga akhirnya kami bisa berada di depan pelaminan ini berdua.

Dan satu kehadiran yang paling kutunggu adalah kehadiran Andri. Karena dia banyak berperan dalam hubunganku dengan Risna. Saat pertama aku bertemu lagi dengan Risna, itu karena dia yang menyampaikan pesannya. Dan saat aku menemui Risna dan melamarnya, itu juga karena saran Andri. Dia sedikit banyak sangat berperan sehingga kami bisa jadi seperti ini sekarang.

Aku masih ingat, minggu lalu saat dia menelponku karena dia kaget melihat undangan pernikahan kami ada di depan rumahnya. Tentu saja dia kaget, karena kami memang diam – diam mengundangnya.

Dan aku sangat menantikan kehadirannya saat ini. Kuharap dia tidak sibuk, sehingga dia bisa hadir disini.

"Gus, itu Andri kan?" bisik Risna di telingaku, sambil menunjuk seorang pria yang mengenakan pakaian casual.

Aku memperhatikannya sejenak. Tubuhnya cukup besar, berkacamata dan wajahnya juga sangat familiar bagiku. Yah, kurasa itu dia.

"Kurasa iya. Aku senang bisa melihatnya disini." Ujarku

"Aku juga. Karena dia kan Mr. Cupid kita..."

Aku suka julukan Risna untuknya, Mr. Cupid. Karena dia memang banyak berperan dalam kehidupan cinta kami.

Setelah bersalaman dan bercengkrama dengan beberapa tamu, akhirnya kami bertemu dengan Andri. Dia terlihat bersama dengan seorang wanita yang sebaya dengannya, dan mengenakan mini dress warna hijau.

"Eh... Andri! Kamu datang rupanya!" ujarku, lalu menjabat tangannya.

"Iya dong pak, masa saya nggak datang di hari bahagia bapak sih?" sahut Andri

"Loh, kamu kan Nadira!" ujar Risna, sambil memeluk cewe yang bersama Andri.

"Ehehe... iya bu. Andri nih yang ngajakin ke sini!" sahut cewe yang bernama Nadira itu.

"Wah... Andri bawa cewe nih? Siapamu, Ndri? Pacar ya?" godaku

Wajah Andri dan Nadira langsung memerah. "I – iya pak. Baru aja kami jadian." Jawab Andri

"Ciee... selamat ya! Akhirnya Nadira ketemu juga jodohnya..." ujar Risna

"Ehe... makasih bu... jadi selama ini bener ya, kalau kalian itu pacaran?" tanya Nadira

"Iya. Tapi yang tau masalah ini cuma Andri."

"Iya, Andri sudah ceritain semuanya ke aku kok."

"Semoga langgeng yah pak, bu!" ujar Andri

"Makasih doanya, Ndri. Saya doain semoga kamu juga bisa cepetan nyusul kita ya?" godaku

"Duh, bapak bisa aja..."

"Banyak yang gosipin bapak sama ibu loh... dan aku yakin mereka pasti kaget kalo liat foto nikahan kalian!" ujar Nadira

"Ya udah, kita kasih tau aja mereka. Hubungan kita ini nggak perlu ditutup – tutupin kan?" sahut Risna

"Bener. Yuklah, kita foto dulu!" ujarku

Kami mengambil beberapa foto selfie, dan setelah selesai, kami memutuskan untuk menyebarkannya di sosial media.

"Habis ini kalian mau ngapain?" tanyaku

"Rencananya sih... aku mau ngajakin Nadira nonton..." jawab Andri

"Ya ampun! Kalian mau kencan rupanya! Udah, nggak baik kalian berlama – lama di kondangan ini! Mending kalian segera pergi saja untuk memulai kencan kalian!" ujar Risna

"Iya! Aku setuju! Kalian baru jadian, jadi baiknya kalian segera pergi dan berkencanlah! Aku tau kalian pasti sangat ingin untuk mengenal satu sama lain." Tambahku

"Ya udah, kalo gitu, kita pamit dulu ya? Sampai ketemu lagi, pak, bu!" ujar Andri

"Sampai ketemu lagi!" ujarku dan Risna

Mereka berdua akhirnya berpamitan. Dan kami melewati acara resepsi dengan berbagai canda dan tawa.

Dan dari sinilah, kisah baru antara aku dan Risna dimulai...

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top