Kyne
Hal yang paling aku syukuri di dalam hidupku adalah memilikimu. Bisa mendengar suaramu, merasakan kehangatan dirimu yang memelukku ketika aku tidur, berbicara dan bercanda bersamamu. Semuanya. Semuanya tentang dirimu.
Tapi aku akan kesal jika kamu mulai tidak muncul di hadapanku. Seperti sekarang. Sejak pagi kamu hilang. Aku jadi bad mood sejak aku membuka mataku pagi ini dan tidak merasakan hangatnya pelukanmu saat aku bangun tidur. Apa kamu pergi tidur di tempat lain? Atau kamu bosan dan sedang main ke tempat yang aku tidak tahu?
Aku mengunyah sarapanku dengan kesal. Memikirkan kamu bersenang – senang sendirian tanpa mengajakku membuatku sebal. Apa hanya aku yang menginginkan kita bersama – sama setiap saat, Kyne?
"Makan pelan – pelan sarapanmu Dyne, kamu tidak ingin mati tersedak di hari pertamamu sekolah kan?" Silvia, ibu angkatku, meledek cara makanku yang memang seperti orang yang tidak pernah makan.
Aku mengunyah habis makananku, mengambil orange juice ku dan meminumnya, setelah itu aku baru menanggapi Silvia, "Silvia, apakah hari pertama sekolah itu selalu buruk seperti yang dibicarakan orang – orang?"
Hari ini adalah hari pertama aku masuk Senior High. Jujur saja, aku sangat takut kalau sekolah baruku ini mengerikan seperti sekolahku sebelumnya. Aku sering menjadi korban bully di Junior High karena aku selalu terlihat seperti anak hilang di manapun aku berada.
Mereka juga membully ku karena aku sering terlihat seperti sedang lost in thought dan terlalu sering melihat cermin. Karena itu banyak yang mengejekku dan mengataiku kalau aku seorang Narcissist atau kalau aku ini gila. Tidak jarang aku sampai dipukuli ketika mereka mempergokiku sedang berbicara di depan cermin. Tapi aku tekankan bahwa aku memiliki alasan untuk melakukan semua itu! Aku bukan seorang Narcissist! Aku juga tidak gila!
"Kalau boleh jujur Dyne, aku juga pernah mengalami masa – masa sulit ketika baru pertama kali masuk Senior High. Mereka banyak yang tidak suka padaku hanya karena aku suka memakai anting pemberian ibuku yang sangat kuno. Itu hanya sekedar anting for god's sake! Anak – anak populer itu memang kadang tidak berotak, you know!" Silvia memutar bola matanya, "Well, but you will do just fine, trust me! Kamu memiliki tampang yang bisa membuatmu terkenal Dyne! Tenang saja," Silvia memberikan senyumannya untuk menenangkanku.
Aku suka Silvia. Meskipun Silvia bukan ibu kandungku, tetapi dia sangat menyayangiku seperti anaknya sendiri. Silvia mengadopsiku ketika aku berusia dua belas tahun. Setahun setelah aku dititipkan di panti asuhan.
Aku juga suka sifatnya yang santai, berpikiran terbuka, membicarakan apapun tanpa basa basi, dan selalu terus terang ketika berbicara. Kata – kata yang dia lontarkan terkadang menyakitkan. Tapi apa yang dia bicarakan memang benar adanya. Tidak ada yang bisa membantah atau membalikkan kata – katanya jika dia sedang beradu argumen.
"Ngomong – ngomong, Harry tidak ikut sarapan bersama kita?" aku mulai sadar kalau Harry tidak ada di meja makan.
"Oh, dia sudah berangkat pagi – pagi sekali. Latihan basket katanya, sebentar lagi ada turnamen antar sekolah. Kamu harus ikut menonton pertandingannya kali ini Dyne! Dia sangat berharap kamu datang! Jangan mengecewakan dia terus!" Silvia mengeluarkan tatapan mengerikan andalannya. Aku tidak bisa mengelak lagi kali ini jadi aku hanya mengangguk untuk menuruti perkataannya.
Harry itu kakak tiriku, anaknya Silvia. Dia dua tahun di atas umurku. Aku tidak bisa dekat – dekat dengan Harry.Bukannya aku tidak suka Harry, justru aku menyukainya. Aku sangat ingin memiliki saudara dan bisa dekat dengannya.
Meski begitu aku selalu dilarang oleh Kyne untuk berdekatan dengannya. Kyne membenci Harry. Kyne bilang padaku kalau Harry menyukaiku lebih dari rasa suka antara adik dan kakak. Yang benar saja! Harry sangat baik! Ups. Jangan bilang Kyne kalau aku membicarakan Harry ya.
Kyne sangat seram jika dia sedang marah soalnya. Makanya aku tidak berani membantahnya. Aku juga sangat mencintai Kyne, makanya aku akan menuruti apapun yang diinginkannya. Jika Kyne bilang jangan ya jangan. Tidak ya tidak. Begitulah Kyne.
Meskipun begitu, aku tidak pernah merasakan tertekan atau apapun oleh Kyne. Malah aku sangat berterima kasih. Karena setiap larangannya pasti berakibat baik. Dia pelindungku. Dia sudah sering menyelamatkanku dari bully dan bahaya.
"Baiklah aku berangkat ya Silvia, bisnya sudah datang," aku mengambil tasku dan membiarkan Silvia mengecup kepalaku seperti biasa. Aku sebenarnya tidak suka. Aku kan sudah enam belas tahun dan dia masih saja memperlakukanku seperti anak kecil. Tetapi ini Silvia. Selain dia sangat baik, dia juga menyeramkan kalau dibantah.
Aku menarik nafasku saat pintu bis terbuka. Aku sangat nervous. Ditambah Kyne belum kembali. Apa yang bisa aku lakukan sendirian? Bagaimana jika mereka langsung membenciku bahkan saat mereka pertama kali melihatku?
Dengan gemetar, aku melangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam bis. Aku membalas senyuman supir bis terlebih dahulu sebelum mencari tempat duduk yang kosong.
Aku semakin gemetaran saat melihat semua penumpang bis menatap tajam kearahku. Aku tidak tahu ini hanya perasaanku saja atau semuanya melihatku dengan pandangan sinis. Ah! Ada tempat yang kosong di belakang. Aku melangkahkan kaki ku menuju tempat itu.
Berhenti Dyne. Ada yang ingin membuatmu jatuh.
Tubuhku langsung mematung mendengar suaranya. Kyne? Apa kamu sudah kembali?
Aku melihat ke bawah dan benar saja. Ada kaki yang terbentang di tengah jalan. Kaki itu langsung melesak masuk kembali ke bawah kursi saat yang punyanya melihat aku tidak termakan oleh jebakannya.
Aku tidak memperdulikan orang yang ingin mengerjaiku itu dan langsung duduk di kursi yang kosong. Buru – buru aku duduk di dekat jendela agar aku bisa melihat pantulan diriku di kaca jendela.
"Kyne? Kyne? Kamu dengar aku?"
....
Tidak ada jawaban.
Apakah tadi hanya perasaanku saja kalau aku mendengar suara Kyne? Tetapi tadi aku mendengar suaranya dengan jelas sekali. Uh! Kyne! Kamu kemana sih?
Perjalanan ke sekolahku tidak terlalu jauh. Tetapi terasa lama. Mungkin karena aku masih kesal. Aku selalu bad mood jika aku ditinggal Kyne seperti ini. Lihat saja! Aku akan mendiamkannya jika dia datang nanti!
Aku mengikuti orientasi yang membosankan lalu pergi ke tempat administrasi untuk mengambil jadwalku dan kunci lokerku setelahnya. Aku berjalan ke lokerku dan menaruh buku – buku yang tidak kuperlukan untuk jam pertama.
Sejauh ini aku masih aman. Aku belum menjadi korban dari siapapun. Tetapi aku juga belum bicara dengan siapapun. Aku memang selalu sulit untuk memulai percakapan. Makanya aku tidak punya teman yang benar – benar teman. Semoga saja aku bisa mendapatkan setidaknya satu dan semoga saja Kyne tidak cemburu jika aku memiliki teman.
Kelas pertama adalah Sejarah. Aku suka sejarah tetapi juga tidak suka. Bagaimana menjelaskannya ya. Menurutku sejarah itu sangat berharga karena itu adalah kejadian yang membentuk dirimu menjadi seperti sekarang. Tetapi kadang seberapa penting dan berharganya kejadian itu, jika sudah lewat ya sudah lewat. Tidak bisa di putar ulang. Hanya bisa dikenang dan dijadikan memori lalu disimpan di dalam kepala dan hati. Kadang malah akan hilang karena tergantikan oleh memori yang baru, seberapapun berharganya memori itu. Makanya aku tidak suka itu tetapi karena itu sesuatu yang berharga jadi aku suka. Ya begitulah pokoknya.
Untung saja Mr. Kinney menerangkan pelajarannya dengan cara yang menarik dan membuat kelas tidak terasa membosankan. Aku sangat suka belajar jika gurunya juga asik dalam mengajar. Semoga semua guru yang kelasnya kuambil menyenangkan seperti Mr. Kinney. Oh! Aku terlalu banyak berharap! Mana ada hal yang menyenangkan bisa terjadi terus - terusan?
"Hey, kamu yang tadi bisa menghindari jebakannya Pierry kan? Yah walaupun itu mudah, tetapi aku kira kamu akan kena," aku mengernyit karena dia mulai menertawaiku padahal kita baru saja berbicara, "ah sorry! Namaku Richard Dawson, panggil saja aku Ray. Bagaimana kalau kita berteman. Aku rasa akan menyenangkan jika kita bisa berteman." Dia mengulurkan tangannya.
Aku berpikir terlebih dahulu sebelum menyambut jabatan tangannya. Apakah aku bisa mempercayainya? Apakah dia benar – benar ingin jadi temanku? Dia bahkan menertawaiku dan menyangka bahwa aku akan terkena jebakan tadi pagi. Tampilannya juga seperti anak popular pada umumnya ditambah dengan wajahnya yang tampan. Aku bukannya tertarik padanya ya! Ah! ya ampun aku terlalu banyak berpikir. Dia sekarang mulai mengernyitkan alisnya sambil menggigit bibir bawahnya. Mungkin dia menyangka kalau aku menolak?
Kyne? Kamu dengar aku? Apa aku tidak apa – apa menerima permintaan pertemanannya?
....
Tidak ada jawaban berarti boleh?
Ya sudah.
"Aku Dyne, Dyne Wyatt," aku menyambut jabatan tangan Ray akhirnya dan senyumnya mengembang lebar. Well, kurasa tidak buruk jika aku berteman dengannya. Dia kelihatan seperti anak yang menyenangkan. Aku juga ingin sekali memiliki teman kan?
"Apa kelasmu selanjutnya, sini kulihat." Dia mengambil jadwal kelasku yang ada di tanganku, "Ah! English! Kelas kita sama lagi! dan lihat ini, kita memiliki banyak kelas yang sama! Wah! Ini pasti takdir!" dia tertawa senang.
Aku tidak mengerti kenapa dia bisa sesenang itu padahal itu hal yang sangat sepele. Tetapi aku ikut tersenyum saja karena dia lucu saat tertawa seperti itu. Dia lalu merangkulku dan berjalan menuju kelas selanjutnya.
Ray mulai bercerita panjang lebar tentang dirinya dan kehidupan Junior Highnya sambil terus merangkulku. Aku mulai tidak nyaman dan merasakan rasa panas yang menjulur ke seluruh tubuhku. Aduh.. ada apa ini? Kenapa panas sekali?
"Kamu kenapa Dyne? Apa ada yang salah? Kamu sakit? Mukamu memerah dan mengeluarkan banyak keringat!" Ray mulai khawatir karena melihat diriku yang terlihat tidak sehat. Mungkin di matanya aku seperti orang yang terserang demam tinggi.
"Aku permisi ke toilet. Tolong izinkan aku terlambat masuk ke kelas ya! Nanti aku juga akan minta tiket terlambat. Kamu duluan saja Ray, bye!" Aku langsung berlari ke toilet. Aku mengunci pintu toilet dan langsung mencuci mukaku di wastafel.
Ah! panas sekali!
Setelah aku sudah tidak merasa kepanasan, aku mengambil tissue di dinding dan mengelap wajahku. Sekarang malah aku merasa dingin. Dingin yang menusuk dadaku dan membuatku sesak.
Aku melihat pantulan diriku yang terlihat menyeramkan di cermin.
Bukan.
Bukan diriku.
Itu Kyne. Dia sudah kembali.
"Apa yang aku bilang tentang tidak berteman dengan sembarang orang Dyne?"
Mati aku. Kyne marah.
--------------------------------------------------------
Jangan kaget ya, cuma edit - edit dikit kok. Aku mau lanjutin cerita ini soalnya~
Cheers~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top