🛳️ | Bagian 26

🛳️ Bagian 26 🛳️


Dayana berdiri di depan pagar rumah keluarga Hamza setelah terdiam sejenak, meyakinkan diri dan mengutamakan mental. Apapun yang terjadi, biarlah terlaksana! Menggerakkan tangannya menekan bell rumah yang berada di luar, Dayana berseru kepada satpam yang berjaga bahwa ia ingin bertemu dengan Maya. Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa ia mengenal Maya dan mereka adalah kawan lama.

Akhirnya Satpam membuka pagar dan membiarkan Dayana masuk. Tidak lupa mengucapkan terima kasih, Dayana masuk ke dalam rumah keluarga Hamza.

Kening Dayana sedikit mengernyit heran ketika melihat ada satu mobil terparkir di samping rumah, tidak di dalam parkiran rumah yang berada di belakang. Mungkin saja mobil om Andi, ayahnya Hamza yang baru pulang kantor atau lagi pulang untuk makan siang?

Fokus ke rumah ini. Dulu, Rumah Dayana berada di sebelah kiri dan rumah darah berhadapan langsung dengan rumah ini. Namun setelah kelas 3 SD Dayana pindah rumah, lalu disusul oleh Dara. Ah, masih terbayang betapa sedihnya Dayana dulu ketika pindah rumah, memang, yah, ketika masih dalam wujud anak kecil segala sesuatu terasa berlebihan dan luas, bahkan pindah rumah yang masih berada di satu wilayah saja seperti pindah Negera!

Menggoyangkan kepalanya. Fokus Dayana, ini bukan waktu untuk bernostalgia. Menginjakkan kaki di teras rumah, Dayana lalu menekan bell lagi.

Setelah menunggu beberapa saat pintu rumah yang masih dengan jelas ia ingat letak kamar mandi dan ruangan di dalamnya itu terbuka. Yang Dayana tahu, satu persatu pembantu rumah tangga mulai digantikan dengan orang lain, seperti wanita paruh baya di depan Dayana yang tersenyum kecil, sedikit membungkukkan badan.

“Permisi, bi. Ada Maya?” tanya Dayana seraya tersenyum kecil.

Di balik punggung wanita itu, ada beberapa orang yang duduk bersama keluarga Hamza. Ah, apa jangan-jangan itu mobil mereka? Hmm ... Dayana mengangguk samar sebagai respon tebakannya.

“Ada, mbak ... Mbak ma—” ucapan si bibi entah kenapa mulai menghilang begitu saja ketika dengan jelas Dayana bisa mendengar obrolan di dalan sana.

“Iya, saya berharap pernikahan Hamza dan Tasya berjalan lancar, yah, Mbak Refi. Rencananya bulan depan sudah tunangan kan, yah?”

Deg! Napas Dayana tercekat, perlahan ia memundurkan langkah dengan kaki yang sejujurnya tidak mampu menopang berat badan wanita itu karena terlalu shock dengan perkataan entah siapa itu di dalam sana.

Si mbak asisten rumah tangga yang sadar dengan tingkah Dayana pun berseru. “Mbak nggak papa? Biar saya pang—”

Dayana menggeleng kuat-kuat kepalanya, kedua bola mata cokelat wanita itu berair. Tidak sanggup berkata-kata, Dayana memutarkan tumit dan berlari keluar rumah keluarga Hamza itu dengan hati pilu.

Ya Tuhan, satu lagi masalah baru di saat masalah-masalah lainnya belum terselesaikan, bahkan tidak terlihat ada jelas keluar sekarang. Jika seperti ini, bagaimana kedepannya?

Mengusap wajahnya yang basa, Dayana segera memesan Ojek online melalui aplikasi—tadi ia datang ke sini diantar oleh anak-anak bengkel pakai mobil karena Dayana yang malas menyetir—dan berjalan menjauh dari tempat itu.

Setibanya di post satpam perumahan di Surabaya Barat yang letaknya tidak jauh dari rumah keluarga Hamza, ojek pesanannya sampai. Tidak menunggu waktu lama, Dayana langsung naik setelah merebut helem dengan air mata yang terus mengalir.

Sialan! Lebih baik Dayana tinggal saja di rumah kalau begini akhirnya! Seandainya ia tidak tahu, semua perasaan ini tidak akan muncul!

🛳️🛳️🛳️

Dayana menatap langit yang tengah menurunkan butiran air dari balik jendela. Iya, bulan Desember adalah saatnya langit mengeluarkan tetesan air. Tidak sendirian, hujan senang membawa angin, petir dan guntur bersamanya.

Seperti saat ini. Hujan, angin, Guntur. Dayana masih betah di dalam kamar setelah kemarin ia memutuskan untuk mengurungkan diri untuk keluar. Ia juga absen ke bengkel. Kali ini ia memberikan tanggung jawab kepada ketiga bujang untuk mengatur semua yang ada di sana.

Demi apapun! Ketika Dayana mentehahui mantannya berselingkuh dan having sex sekali pun, ia tidak se-galau ini sampai enggan ke kantor. Mungkin karena masalahnya berbeda?

Bosan menatap langit di malam hari, Dayana kembali berbaring di atas kasur seraya menatap plafon rumah berwarna putih yang tidak terlihat jelas karena sengaja ia matikan lampu kamar.

Ding ... Dong ... Ding! Bel rumah berbunyi. Dayana membuang napas seraya memutarkan bola matanya. “Siapa malam-malam gini datang?”

Meski Dayana kesal dan malas untuk bergerak, ia tidak mungkin mengabaikan tamu—tamu yang sangat sopan bertandang ke rumah orang malam-malam seperti ini.

Sebelum turun ke lantai satu, Dayana memakai Hoodie dan celana panjang agar lebih sopan. Setibanya di sana, tanpa pikir panjang dan menduga-duga siapa yang datang, Dayana dengan ringan membuka pintu rumah.

Denting jam bergerak, tepat saat itu Dayana berpaku menatap siapa yang ada di depannya. Meneguk salivanya, Dayana mengeluarkan napas. Tangan wanita itu terangkat untuk menarik pria itu masuk ke dalam rumah secepat mungkin sebelum para tetangga melihat mereka dan menyebarkan informasi yang tidak enak didengar.

“Mas, kenapa basah-basahan gini?” tanya Dayana setelah mereka sampai di ruang tamu.

Hamza tidak menjawab langsung pertanyaan Dayana. Dari tatapannya itu Dayana tidak bisa menarik kesimpulan. Hamza kali ini sulit untuk ditebak.

“Kamu kenapa nggak ke kantor? Kenapa nggak kasih tau mas kalau kamu ada masalah?” tanya Hamza, getaran rendah yang dihasilkan suaranya layaknya air es yang membuat tubuh Dayana merinding.

“Hmm ... Tadi aku sakit. Hari ini haid pertama.” Dayana membuat alibi. Demi apa, Hamza tidak tahu permasalahan yang sedang ia hadapi?

Apa memang tidak ada orang yang memberitahukan kedatangannya kemarin pada Hamza? Lagi pula, Dayana juga menunggu pria itu berkata jujur sejak kemarin, namun tidak ada satu kata pun yang keluar dari pesan atau telpon Hamza. Dayana jadi bertambah gusar bercampur kesal.

“Mas, basah banget, nggak pakai mobil?” tebak Dayana, karena tadi tidak ada mobil di depan rumah. “Sini, mas ikut aku. Mas harus ganti pakaian.”  Lanjut Dayana seraya menarik tangan Hamza untuk naik ke lantai dua.

Kamar mandi di rumah Dayana memang hanya ada dua, satu di bawah—namun kerang airnya sedang bermasalah dan Dayana begitu malas untuk memperbaikinya, ditambah lagi bunda gulana, sama sekali tidak berminat!—lalu satu lagi di kamarnya. Alhasil Dayana membawa pria itu ke dalam kamarnya.

“Mas mau pakai pakaian aku? Kebesaran, sih, tapi kayaknya tetap sempit di badan mas. Nggak papa?” Dayana berjalan ke lemari berwarna putih susu, dengan corak-corak abstrak.

Hamza tidak menyahuti ucapan Dayana. Entah apa yang pria itu lakukan, Dayana tidak tahu karena fokus pada isi pakaian di lemarinya. Satu menit menelusuri, wanita itu menarik sarannya tadi. Bukan ide yang baik kalau Hamza memakai pakaiannya.

“Atau kita pesan pakaian aja kali, yah?” sahut Dayana memiringkan wajah ke arah Hamza.

Hamza mengangguk. “Itu lebih baik.”

Dayana lalu merogoh saku celananya di mana ponselnya berada. Mengeluarkan m benda itu, ia pun mulai membuka sebuah aplikasi yang menjual pakaian online di sekitar daerahnya, yah, kira-kira jangan lama pengirimannya. Kasian Hamza kedinginan.

“Dayana?" Panggil Hamza seraya berjalan mendekati Dayana.

Mengangkat wajahnya, Dayana mengerjab. “Hmm ... Mas?”

Cup. Hamza menyatukan bibir mereka. Merengkuh tubuh Dayana yang kering ke dalam pelukannya yang kali ini tidak hangat seperti biasanya, dingin karena basah.

Secara naluri, Dayana mengalungkan tangannya pada leher Hamza dan membalas ciumannya. Tangan Hamza juga dengan gesit melingkar di pinggang wanita itu.

Cumbuan mereka semakin ganas, Dayana merasakan tubuhnya terangkat dan Hamza yang melakukannya, membawa mereka berjalan hingga sampai di tepi ranjang dan membuang tubuh mereka di atas sana.

Sentuhan yang Hamza berikan layaknya mantra yang memabukkan, membuat akal sehat Dayana menghilang dan tergantikan dengan sesuatu yang lebih!

Hamza berada di atas Dayana, mereka saling bertukar pandang, begitu lama sebelum Hamza kembali menyatukan bibir mereka. Decakan dan deru napas dari keduanya terdengar jelas di kuping masing-masing.

Sial! Dayana sampai hilang kendali seperti sekarang!

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top