🛳️ | Bagian 16

🛳️ Bagian 16 🛳️


Hari ketiga di Labuan Bajo. Hari di mana mereka akan basah-basahan. Dayana sudah rapi dengan setelan baju khusus untuk berenang, alias sebenar lagi mereka akan snorkeling.

Dayana keluar dari kamarnya dengan menggunakan baju renang berwarna biru, pada bagian bawanya terbuka lebar hingga menutupi sebagian celana pendek yang sepasang dengan maju.


“Mbak Dayana?” panggil seseorang dari depan kapal yang jaraknya tidak jauh dari kamar. Dayana lalu menoleh ke sumber suara dengan senyum manis jari.

Mengangkat tangan sambil melambaikannya ke arah gadis yang memanggilnya. “Bella. Gimana keadaannya? Baik?”

Dayana melangkah mendekatinya dengan berjalan cepat. Memang sejak kemarin hingga jarum jam menunjukkan pukul 12 siang Dayana belum bertatapan dengan Bella.

“Alhamdulillah, Mbak. Udah baik-baik aja.” Bella tersenyum lebar. Dayana memperhatikan wajah Bella yang tidak selayu dan sepucat kemarin.

“Mau berenang juga? Atau duduk aja di atas boat? Atau lihat-lihat aja? At—”

Bella tertawa kecil mendengar serentetan pertanyaan Dayana yang mirip seperti wartawan. “Lihat dari sini aja, Mbak. Nggak mau ambil resiko.”

“Yah, padahal mbak udah seneng banget ada temannya." Dayana memanyunkan bibirnya beberapa sentimeter ke depan.

“Nanti kapan-kapan kita bareng lagi yah, kak ikut open tripnya,” seru Bella sembari merentangkan kedua tangannya memeluk Dayana yang tingginya tidak terlalu berbeda dari Bella.

“Ayok semuanya, berkumpul dulu.” Suara Tour Leader berseru dari depan kapal.

Dayana dan Bella bergegas turun ke bawah. Tadi mereka sudah selesai makan siang. Kebetulan juga Dayana dan semua peserta—kecuali Bella dan Keenan—baru saja berkunjung ke Pink beach.

Pink Beach atau Pantai Tangsi ini merupakan salah satu dari dua pantai di Indonesia yang memiliki pasir berwarna pink atau merah muda. Memiliki hamparan pasir putih lembut yang berwarna pink. Warna pantai yang pink diakibatkan oleh pecahan terumbu karang yang berwarna merah bercampur dengan pasir yang berwarna putih. Selain memiliki pasirnya yang khas dengan warna pinknya, salah satu pantai cantik di Lombok ini juga memiliki deburan ombak yang tenang serta air lautnya yang berwarna biru.

Keindahan Pink Beach dilengkapi dengan kehadiran sebuah bukit, dimana Dayana dan para bujangan dapat berjalan ke atas bukit kemudian menyaksikan hamparan  Pink Beach yang sangat cantik dari atas.

Bukit tersebut berada di tengah-tengah pantai, dengan tanah yang lumayan lapang Dayana dan yang lainnya dapat melakukan kegiatan piknik di atas bukit. Namun tadi mereka hanya berfoto-foto saja, sambil menikmati indah ciptaan Tuhan yang Maha luar biasa.

Tentu sepanjang perjalanan tadi, Dayana bersama Hamza yang selalu setiap memegang tangannya ketika mereka menaiki bukit bahkan di mana saja. Awalnya Dayana merasa aneh dan malu, namun lambat laun ia jadi terbiasa. Bahkan rasanya aneh jika tiba-tiba Hamza melepaskan tautan jari mereka.

Ck! Mengingat kembali membuat Dayana merutuki diri sendiri dan bersemu merah.

Membuang pandangannya ke depan, Hamza sudah berdiri bersama beberapa pria lainnya yang tengah merokok. Hamza sendiri tidak merokok, dari saku Dayana tahu pria seperti Hamza akan sangat menjaga kesehatan diri.

“Mbak? Kok manis banget sih Mas Hamza terus lihat ke mbak?” celetuk Bella, mengisi percakapan baru di antara mereka. Dayana yang sadar pun hampir tersendat salivanya sehari.

Sialan, kenapa jadi ia yang tertangkap basa menatap anak orang? Melirik ke samping Hamza, berdiri Keenan yang juga menatap ke arah mereka, lebih tepatnya fokus melihat Bella.

“Kok, Keenan sweet banget sih lihat kamu terus.” Dayana mengedip menggoda Bella. “Kalian macam pengantin baru, aja. Gemesin!” Lanjut wanita berambut panjang berwarna pink itu seraya menyenggol lengan Bella.

“Iya, mbak. Kami memang pasangan suami istri baru." Pengakuan Bella terang-terangan membawakan rekasi Dayana yang cengo.

Apa? Dayana tidak salah dengar kan? Ya, Tuhan. Bagaimana bisa pasangan suami-istri bertingkah tidak saling mengenal? Berbading terbalik dengan Dayana dan Hamza yang tidak menikah namun dikira sudah kawin.

🛳️🛳️🛳️

Akhirnya sampailah mereka di pulau Kanawa. Sebenarnya Pulau Kanawa dikelola secara pribadi oleh seseorang berkewarganegaraan Italia, lalu dijaga oleh warga setempat. Namun Pulau ini tetap bisa dikunjungi oleh wisatawan sehingga terbuka secara umum. Dengan biaya masuk Rp. 50.000, para wisatawan bisa menikmati wisata di lokasi ini.

Dayana tidak sabar untuk menyelam ke dalam sana, melihat ada apa saja yang tersembunyi. Satu persatu di antara mereka mendapatkan peralatan snorkeling, dari sepatu hingga kacamata selam.

“Mau barengan?” tawar Hamza, mengulurkan tangannya kepada Dayana. Kali ini wanita itu tidak menolak ajakan Hamza. Kali ini biarlah semua terjadi seperti yang seharusnya memang terjadi.

Mereka menyelam di sekitar pulau Kanawa dengan Dayana dan Hamza yang selalu bersama. Kadang mereka berdua tertawa bersama, lalu Dayana yang tidak sengaja menelan air laut, atau Hamza yang matanya pedih dan memerah.

Kali ini, Dayana dan Hamza benar-benar menikmati hari ini dengan baik dan penuh dengan kenangan yang tidak akan terlupakan.

Air laut di Pulau Kanawa memiliki warna yang jernih dan juga tenang, sehingga Dayana, Hamza dan kawan-kawan lainnya dapat menyelam dan melakukan fotografi tanpa harus takut arus atau terganggu dengan gelombang. Siapapun akan menyenangi aktivitas ini karena pemandangan bawah lautnya sangat menakjubkan. Ada bermacam-macam bintang laut berbagai warna dan bayi-bayi hiu.

Tidak terasa hampir satu jam lebih Dayana dan Hamza berendam di dalam air. Kini tersisa mereka berdua dan dua orang lainnya. Dengan kode Dayana mengajak pria di sampingnya untuk menyingkir ke darat karena tubuhnya benar-benar kelelahan.

“Mas, Mbak. Kami berdua ke tepi pantai duluan, yah.” Tiba-tiba salah satu di antara mereka berseru, berpamitan.

“Iya, silakan.” Bukan Dayana yang menjawab, melainkan Hamza yang tersenyum hangat sambil bersuara.

Mereka pun berenang ke darat setelah itu. Dayana kembali memberikan kode agar ia dan Hamza balik ke tepian, mengikuti kedua pria itu.

Namun sialannya. Hamza yang punya seribu satu ide yang mampu memporak-porandakan hati Dayana tiba-tiba menarik tangan wanita itu dekat lalu masuk dalam dekapan Hamza. Refleks Dayana mengalungkan tangannya pada leher Hamza dengan jarak yang begitu dekat.

Dayana bisa merasakan gesekan kulitnya dan Hamza yang saling bersentuhan. Ck! Seperti ada ribuan kembang api yang menyala-nyala di perutnya, Dayana bingung sendiri dengan letupan aneh itu. Benar-benar ia jatuh cinta pada Hamza! Jika begini terus, Dayana akan menyerah dan menerima Hamza untuk memulai kisah mereka yang sempat terjeda.

“Mas? Nggak enak tau dilihat anak-anak!” seru Dayana, mencoba menarik diri dari Hamza. Sadar bahwa beberapa anak-anak bujang tengah menatap mereka dari kejauhan sana. Akan tetapi Hamza menulikan telinga. Karena detik berikutnya, Dayana membulatkan mata ketika bibir mereka bersatu.

Rasa air garam terasa kelas di lidah Dayana saat Hamza dengan sengaja memaksa masuk. Sesudah bercumbu beberapa saat, Dayana mendorong tubuh Hamza. Mereka pun terpisah.

Membasahi bibirnya, Dayana mengambil ancang-ancang sebelum berenang meninggalkan Hamza yang menyerukan namanya berulang kali.

Hamza sinting, bagaimana bisa ia bertingkah biasa saja setelah mencium bibir anak perawan orang? Dayana mendecih, dan terus terbayang betapa tampan pria itu ketika basa-basahan.

Wajahnya memang terlihat sayu, namun sialan sekali karena tatapan yang satu seperti itulah mampu membuat Dayana hilang akal!

Ck! Bisa-bisa Dayana yang khilaf duluan.

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top