🛳️ | Bagian 03
🛳️ Bagian 02 🛳️
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Ya, walaupun Dayana tidak bergerak banyak, hanya duduk saja, namun kerumunan orang yang berada di sekitarnya cukup membuat ia kelelahan. Tipe introvert pada umumnya.
Mungkin kalian juga kaget mengetahui Dayana introvert dengan gayanya yang sangat nyentrik ini. Hey, introvert itu bukan tentang fashion, tapi berbicara tentang energi yang didapatkan seseorang dari lingkungan. Dayana adalah introvert karena mendapatkan energi dari kesendirian atau quality me time.
Baiklah kembali pada saat ini. Penerbangan nonstop alias tidak transit di Bandara lain memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan pesawat kecil. Demi ikan Nemo yang Dayana tidak tahu siapa namanya, ini pertama kalinya ia menggunakan pesawat kecil, sepanjang perjalanan jantungnya tidak berhenti berdegup kencang ketika pesawat melewati awan.
Tepat jam 4 sore Dayana dan kawan-kawan sampai dari bandara internasional Juanda ke bandara internasional Komodo, Labuan Bajo.
Di sinilah Dayana dan Bella berada, di sebuah kamar hotel di hotel Le Pirate Island sebelum besok mereka benar-benar akan pergi ke Le Pirate Boatel atau boat hotel.
Pemasangan di sini benar-benar mahaindah. Dayana sampai tidak berkedip-kedip takjub karena lokasi kamarnya ini berada di lantai 3 yang langsung menampilkan kecantikan panorama kapal-temapat mereka menginap nanti selama dua hari-di atas laut yang tenang, juga pohon-pohon kelapa yang dibawanya terdapat gazebo. Jangan salah! Tepat di kamarnya ini ia bisa melihat sunset dengan jelas nanti sore, sekitar jam 6. Wah, keputusan Dayana memang tidak salah ke sini.
Setelah menikmati indahnya pemandangan, Dayana dan Bella masuk ke dalam kamar mereka.
🛳️🛳️🛳️
"Mbak Dayana ... Kamu mau aku beliin sesuatu di luar?" tawar Bella yang berjalan keluar dari kamar mandi hotel. Pakaian wanita itu telah ia ganti menjadi lebih kasual, celana panjang dan kaos putih yang dipadukan dengan cardingan cokelat.
Dayana yang berbaring di tempat tidur, belum berganti pakaian, tengah membalas beberapa pesan dari group anak-anak bengkel yang menanyakan keadaannya pun mengangkat kepala, memandangi lawan bicara.
"Saya temani, yah?" Tidak menjawab pertanyaan Bella, Dayana malah menawarkan diri untuk menemani Bella.
Seutas senyum lebar yang menampilkan lesung di bawa mata Bella pun tampak. "Makasih, yah, Mbak Day."
Pergerakan Dayana untuk bangun dari tempat tidur pun tertahan, tubuh wanita itu bergeming setelah mendengar ucapan Bella. Tidak ada yang salah, sama sekali tidak ada. Hanya kata 'Day' yang terucap dari bibir Bella membuat Dayana teringat kenangan lama, di waktu ia merasa di dunia masih berkawan dengannya, tawa bahagia tanpa beban bersama kedua sahabat,hingga dunia dalam sekejap berubah menjadi lawan, membuat ia tidak merasa ketenangan yang sesungguhnya, hidup dalam rasa bersalah juga rasa sakit yang kadang membuat Dayana ingin mengakhiri hidupnya.
"Mbak? Jadi kah?" cetus Bella, menepuk pundak Dayana yang melamun.
"Eh, maaf." Dayana kemudian benar-benar bangkit dari kasur, lalu membenarkan ikatan rambutnya. "Kamu mau beli apa?" tanya Dayana.
"Aku ... tiba-tiba Menstruasi, lupa beli pembalut." Bella menundukkan kepala, kedua pipinya memerah.
Melihat itu, Dayana tidak bisa menahan semburat merah yang sama pula. "Astaga. Kamu umur berapa, sih, Bella? Lain kali jangan ikut open trip sendirian, ajak siapa kek. Polos bangetttttttt." Dayana gemas sendiri.
"20 tahun, Mbak," jawab Bella malu-malu. Astgaaaa, pantas saja, masih mudah ternyata, walaupun tidak mudah banget, dulu saja Dayana jalan-jalan sendirian ke Bali pakai Open trip juga dan biasa saja. Ah, mungkin anak zaman sekarang memang begitu, Dayana kurang tahu.
Menarik tangan Bella dengan lembut, Dayana lalu berseru. "Ayok, sebelum kebanjiran. Bentar lagu mau ke bukit Silvya kan?” candanya yang diakhiri dengan tawa renyah.
Jadwal mereka hari ini setelah dari hotel memang pergi ke bukit Silvya untuk melihat sunset. Sudah ada tur guide yang akan menemani mereka selama jalan-jalan. Dayana tidak sabar menunggu kegiatan lainnya besok.
Dayana dan Bella kemudian keluar dari kamar hotel-Di samping kamar mereka adalah kamar para pria, yang entah sedang apa mereka. Tepat saat pintu kamar mereka dibuka Dayana, ternyata kamar di depan mereka juga melakukan hal yang sama yaitu membuka pintu.
Dayana mengangkat wajah hingga matanya saling bersinggungan dengan pemilik kamar di seberang sana.
Deg! Dayana menarik napas dalam-dalam seketika. Wanita itu memundurkan setengah langkah. Melihat pria di depannya sama terkejut dengan Dayana.
Detik itu juga Dayana merasakan dunianya berhenti berputar, jantung berpacu kencang, darah berdesir cepat hingga napas wanita itu tertahan untuk beberapa saat.
Pria itu ... Bukan! Bukan mantan bajingan, atau pria lain yang membuat Dayana sakit hati, malah sebaliknya. Pria itu ... Hamza Adipati.
Perlahan-lahan mata Dayana tanpa disuruh mulai meneliti pria di depannya. Mata yang tegas dan tidak berubah kecuali garis-garis wajah yang semakin terlihat jelas, hidung mancung, rahang yang tirus dan juga bibir yang sedikit tebal, bahkan pernah sekali ia merasakan ... Shit! Bayangan lampau kembali terlintas di kepalanya.
11 tahun mereka hilang kontak, 10 tahun Dayana memilih meninggalkan pria di depannya ini, dan sampai detik ini pula Dayana merasa ia gagal move on dari Hamza. Jika ia berhasil melupakan pria itu, seharusnya debaran jantung ini tidak berdetak kencang, tidak juga dengan rasa bahagia bercampur rasa bersalah yang seketika memenuhi relung hatinya.
Sialan! Jadi selama ini Dayana apa yang kamu lakukan jika dalam sedetik kemudian kamu jatuh begitu saja dalam pelukan pria yang kamu tinggalkan! Batin Dayana, mengejek diri sendiri.
"Ha ... Hai Dayana. Nice to meet you after a long day." Pria itu tersenyum canggung, lalu menoleh ke samping. "Salam kenal." Hamza berkata pada Bella yang bingung sejak tadi.
"I ... Iya mas," jawab Bella gugup. Wanita itu sejak tadi hanya mengamati dalam diam, antara takut menganggu atau terpesona dengan ketampanan pria di depannya.
"Hallo, Mas. Lama nggak ketemu," sapa Dayana dengan suara pelan. Meskipun berat untuk berkata-kata, Dayana berusaha untuk menjawab. Ia lalu berseru pada Bella ketika mengingat kembali tujuan awal mereka, sekaligus melarikan diri dari Hamza.
Menggandeng tangan Bella dengan cepat dan gugup, Dayana berseru. "Kami pergi dulu, ya, mas. Permisi"
"Sampai jumpa lagi, Ana," ujar Hamza, menyebutkan nama yang kerap ia ucapakan dulu untuk memanggil Dayana semasa mereka bersama-dalam artian dekat.
Mengabaikan letupan kembang api yang menyala-nyala di dadanya atas ucapan Hamza, Dayana pun menarik tangan Bella. Bella sendiri juga menatap Dayana heran dan kebingungan.
Tentang Hamza. Pria itu adalah kakak kandung dari sahabatnya Maya-walaupun Dayana tidak yakin Maya menganggap dirinya sahabat-yang pernah dekat dalam artian pendekatan sebelum pacaran, namun karena suatu kesalahpahaman, masalah besar yang merenggut nyawa Dara, salah satu sahabat Dayana semasa mereka SMA dulu membuat ia memilih untuk pergi, melarikan diri.
Iya, Dayana memang pengecut, lari dari masalah hingga detik ini. Masalah itu masih sama, belum terselesaikan. Bukan karena Dayana tidak mencoba untuk menguraikan satu per satu tangkai kejadian yang membuat ia tampak buruk di mata Maya dan mungkin saja Hamza, hanya saja Dayana sudah terlanjut lelah untuk menjelaskan pada Maya dan hasilnya selalu sama, berujung pada makian, tuduhan, dan semua yang membuat Dayana mati kutu, tak berdaya.
"Mbak? Mbak nggak papa kan?" tanya Bella, ia menatap khawatir Dayana yang berubah murung, dan jadi melamun sejak bertemu dengan Hamza.
"Nggak papa Bella, tadi saya lagi ingat kapan terakhir medical check up." Dayana tentu saja asal menjawab.
Kini mereka berada di sebuah toko yang mirip dengan Alfamart, namun sedikit lebih luas di daerah Labuan Bajo.
Labuan Bajo merupakan sebuah surga tersembunyi yang ada di Indonesia bagian timur. Desa ini terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Nusa Tenggara Barat dan dipisahkan oleh Selat Sape.
Labuan Bajo adalah salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas yang sedang dikembangkan di Indonesia. Destinasi ini juga merupakan gerbang menuju Taman Nasional Komodo yang menyimpan keindahan alam menakjubkan dan hewan purba yang mendunia. Mulai dari hewan endemik komodo di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, deretan pulau eksotis, keragaman hayati bawah laut, hingga pantai aduhai, semua bisa ditemukan dengan memulai perjalanan di Labuan Bajo.
Menikmati pemandangan langit senja juga bisa menjadi cara lain menikmati Labuan Bajo. Spot strategis untuk menikmati keindahan senja ini berada tak jauh dari Bandar Udara Internasional Komodo. Di semua dapat memilih destinasi Bukit Cinta, Puncak Amelia, dan Puncak Silvia, untuk mengabadikan langit senja yang menentramkan jiwa. Ada juga Gua Rangko yang memiliki pesona bak oasis dengan kolam air asinnya yang begitu menyejukkan.
To be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top