Tidak Bicara
Honebami Toushiro
~Malam itu~
Aruji tengah mengerjakan laporan bulanan yang akan diserahkan ke pihak pemerintah, meski sudah larut namun saniwa muda ini masih enggan menjauhkan dirinya dari meja kerjanya. Ditemani teh herbal buatan Hasebe, Aruji berusaha menyelesaikan pekerjaannya agar dia bisa bersantai di akhir pekan. Mungkin kali ini dia akan bisa menikmati piknik dibawah pohon sakura bersama para touken danshi.
Ketenangan di ruangan itu tiba-tiba terusik ketika suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru mendekati pintu kamar Aruji.
"ARUJI-DONO!"
Aruji nyaris terlonjak dari kursinya ketika pintu kamarnya dibuka tiba-tiba " H-Hah?! Siapa...?! Ichigo-kun?!"
"Maaf atas kelancangan saya, tapi Honebami---"
Kedua mata Aruji membelalak, telinganya seakan berdengung mendengar apa yang baru saja Ichigo katakan.
Tidak mungkin.
Honebami tidak mungkin berniat mengubah sejarah.
Bagaimana pun bentuk perubahannya, mengubah sejarah adalah hal terlarang dan bisa berakibat fatal jika pihak atas tahu tentang itu. Mereka bisa saja memberi hukuman berat pada Honebami dan menyatakannya sebagai pengkhianat. Aruji tidak mau memikirkan kemungkinan terburuk selain itu, tepatnya saniwa ini tidak bisa memikirkannya.
Aruji berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Ichigo "Bawa kembali Honebami, jangan sampai ada apapun yang berubah. Aku akan menugaskan Ichigo Hitofuri, Namazuo Toushirou, Yagen Toushirou, Atsushi Toushirou, dan Midare Toushirou."
Malam itu Aruji tidak bisa bekerja dengan tenang. Untungnya laporan bulanannya bisa selesai tepat disaat Ichigo dan adik-adiknya kembali bersama Honebami.
Meski Aruji tahu ini bukan sepenuhnya salah Honebami karena ingin menyelamatkan kedua saudaranya dari kobaran api Istana Osaka, Aruji tetap tidak bisa menyembunyikan kekecewaan dari raut wajahnya.
~Waktu sekarang~
Sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu, namun Aruji masih menolak untuk bicara dengan Honebami. Melirik ke arah toudan itu saja Aruji tidak mau. Honebami masih ditugaskan untuk ekspedisi atau sortie, namun tidak sesering sebelumnya.
Seakan Aruji hanya ingin menunjukkan kalau dia masih menganggap Honebami namun tidak benar-benar ingin berurusan dengannya.
Tentu saja ini membuat Honebami merasa tidak nyaman dan juga gelisah. Malam itu, setelah mengobati saudara-saudaranya, Aruji menghabiskan hampir 2 jam nonstop menceramahinya. setelah itu Aruji tidak mengucapkan sepatah katapun pada Honebami, sama sekali tidak.
"Aruji masih marah padaku...." ujar Honebami.
Hari ini dia mendapatkan tugas diladang bersama Namazuo-- tidak, lebih tepatnya Namazuo yang mengajak Honebami bersamanya karena hari ini sepertinya Aruji tidak memberikan Honebami tugas apapun, begitu pula hari-hari sebelumnya.
"Sepertinya begitu" Tak ingin mencoba berbohong akhirnya Namazuo mengiyakan saudaranya, "Tapi aku yakin Aruji akan memaafkanmu, dia hanya perlu waktu"
"Sampai kapan?" bohong jika Honebami bilang kalau dirinya tidak khawatir mengenai nasib hubungannya dengan Aruji, selama ini saniwa itu sudah begitu baik padanya bahkan mempertemukannya kembali dengan saudara yang dia anggap tidak akan pernah bisa ditemuinya lagi.
Namazuo tidak tega melihat Honebami murung, dia pikir sudah saatnya Honebami atau Aruji mencoba untuk bicara satu sama lain. Tapi butuh waktu yang tepat agar keduanya tidak berakhir lebih buruk dari ini. Mata Namazuo melirik tanaman herbal yang sedang dipanen oleh Hasebe.
Tiap seminggu sekali Hasebe pasti akan mengisi kembali pengharum ruangan Aruji dengan tanaman herbal yang baru saja dipanen, walaupun pengharum ruangan itu belum tentu habis. Katanya agar aromanya tidak sempat hilang dari ruangan.
Sebuah ide pun muncul.
Namazuo menarik Honebami dan berbisik "Begini saja---"
~*Sa*~
Aruji meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku akibat terlalu lama duduk mengerjakan pekerjaannya, rasanya dia ingin segera selesai agar bisa berbaring di futon sambil membaca chapter terbaru dari manga kesukaannya. Tapi dengan pekerjaannya segunung itu, mana mungkin dia bisa selesai sebelum makan malam.
Telinga Aruji menangkap suara pintunya dibuka, pasti itu Hasebe. Karena sudah hapal kegiatan rutin toudan itu mengisi pengharum ruangan, Aruji akhirnya membiarkan toudan itu masuk tanpa mengetuk kalau memang hanya ingin mengisi pengharum ruangan.
Pengharum ruangan itu diletakkan di atas sebuah lemari arsip kecil dekat meja kerja Aruji agar saniwa bisa menikmati aroma herbal sambil mengerjakan laporan atau pekerjaan lainnya.
"Padahal kamu tidak harus selalu menggantinya, Hase..." kalimat Aruji terhenti ketika melihat siapa yang sedang mengisi pengharum ruangannya.
Honebami Toushirou.
"Hasebe-san sedang sibuk mengurus hal lain, jadi dia meminta saya yang menggantikannya" Honebami memberitahu, namun Aruji tidak memberi jawaban apapun. Saniwa itu malah kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Aruji..." Honebami mencoba memanggil saniwa, sayangnya masih tidak mendapat respon. "Apa anda membenci saya?"
Tangan Aruji berhenti mengetik di atas keyboard laptop.
Benci? Apakah Aruji terlihat seperti membenci Honebami? Dia hanya belum siap untuk bicara dengan toudan itu. Apakah ini sudah kelewatan?
"Anda tidak mengatakan apapun, setiap pagi anda akan menyapa kami semua tapi seminggu terakhir anda sama sekali tidak menyebutkan nama saya"
"Aku menulis namamu di daftar yang pergi ekspedisi dan sortie"
"Tetap saja!" Tanpa sadar Honebami meninggikan suaranya, sesuatu yang sangat jarang dia lakukan.
Mungkin Aruji memang sudah kelewatan mengabaikan toudan satu ini.
"Jika anda membenci saya, katakan! Anda tidak perlu bersikap seolah-olah saya tidak pernah ada di honmaru!"
Aruji berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Honebami. Aruji tidak menyangka ke-tidak siapan-nya dapat berefek pada Honebami, ia pikir dengan menghindari Honebami dapat memberinya waktu berpikir jernih.
Kejadian malam itu membuat Aruji benar-benar tidak habis pikir, bagaimana kalau pihak atas menganggap Honebami adalah pengkhianat?
"Honebami" kedua tangan Aruji terulur kemudian menangkup wajah Honebami, dengan lembut ibu jarinya mengusap pipi wakizashi itu. "Aku tidak pernah membencimu. Di hari aku mendapatkan kalian, aku bersumpah akan menjaga semua touken danshi ku. Aku hanya..."
Aruji menghela napas dan hendak melepas wajah Honebami, namun Honebami menahan tangan Aruji. "Hanya?"
"Hanya belum siap bicara denganmu, aku memarahimu selama 2 jam tanpa jeda malam itu. Aku pikir aku akan mengatakan hal yang lebih buruk bila aku bertemu denganmu, aku..." Aruji menundukkan wajahnya, "Aku minta maaf"
Hening di ruangan itu benar-benar pekat hingga seseorang bisa saja mendengar suara langkah semut. Tidak ada dari kedua pihak yang berani bicara, kedua pihak tidak tahu harus bagaimana untuk melanjutkan pembicaraan ini. Salah sedikit saja, mungkin ada pihak yang akan lebih terluka.
"Anda tidak perlu minta maaf" Honebami akhirnya bicara, dia menurunkan tangan Aruji dari pipinya tetapi tidak melepas tangan saniwa itu. "Aku yang seenaknya bertindak, aku yang harus minta maaf, Aruji"
"Kamu sudah minta maaf entah berapa kali minggu lalu"
"Dan saya tidak keberatan untuk melakukannya lagi hingga anda memaafkan saya"
"Siapa yang mengajarimu bicara seperti ini? Midare?"
Wajah Honebami seketika memerah, bagaimana Aruji tahu kalau tadi dia sempat dicegat Midare dan diajari cara bicara yang benar pada seorang gadis.
"Jangan melakukan sesuatu yang bisa membuatku serangan jantung, paham?" ujar Aruji dengan senyuman kecil di wajahnya.
Honebami mengangguk "Baik"
~Bonus~
"Omong-omong, kamu bukan mengisi pengharum ruangan tapi tinta printerku"
"Eh?"
Eyyo! Yumi come back dengan cerita ini! Maaf ya tiba-tiba menghilang tanpa kabar huehue, Yumi terharu sekali melihat ada yang masih vote cerita ini padahal Yumi jarang update. KALIAN SEMUA BAIK SEKALI HUWEEEE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top