Menunggu Pohon Sakura
Kashuu Kiyomitsu
Aah.. itu dia, seperti biasa dia duduk di depan ruang makan dengan gelas berisi teh hijau di sebelahnya.
Pandangannya terfokus pada pohon besar yang berada di dekat citadel, seakan menunggu sesuatu akan terjadi pada pohon tak berdaun itu.
Sesekali Aruji menyeruput tehnya sambil menutup mata, dari ekspresi wajahnya aku bisa tahu kalau dia sangat menikmati tehnya.
"Mau sampai kapan kamu berdiri disana, Kiyomitsu"
Rupanya dia menyadari keberadaanku, untuk seorang manusia Aruji cukup hebat merasakan hawa keberadaan.
"Apa aku mengganggu anda, Aruji?" Aku duduk di sebelahnya.
Aruji tersenyum tipis sambil menggeleng pelan, matanya kembali terfokus pada pohon besar itu.
"Dulu, aku ingin sekali melihat sakura bermekaran secara langsung" kata Aruji tiba-tiba
Aku memasang wajah bingung, bukankah seharusnya Aruji bisa melihat sakura saat musim semi?
"Dulu aku sangat sibuk dengan tugas dan kegiatan di sekolah, sampai-sampai tidak punya waktu untuk hanami..." Aruji menghela napas "Saat sampai disini pun, aku tidak sempat melihat sakura mekar karena masih musim dingin"
Jadi itu sebabnya Aruji terus duduk sambil menatapi pohon itu, dia ingin melihat sakura bermekaran secara langsung.
"Musim dingin akan segera berakhir, setelah itu anda pasti bisa melihat sakura mekar" Aku berusaha menghiburnya.
Aruji menoleh padaku, senyuman lembut terukir diwajahnya saat dia mengangkat tangannya lalu mengelus wajahku dengan lembut.
"Kamu memang tahu caranya menghiburku, Kiyomitsu."
Perhatian kami kembali tertuju pada pohon besar.
Aku selalu menyukai caranya mengelus wajahku, membuatku tenang dan.... aman.
Senyumannya selalu membuatku yakin kalau dia akan menjagaku
--bukan-- tapi menjaga kami semua.
Aku tidak pernah tahu bagaimana kehidupannya dulu sebelum ke citadel, apakah hidupnya menyenangkan atau sebaliknya.
Tiap kali ditanya mengenai kehidupannya dulu, Aruji pasti bilang
"Cukup untuk membuat kenangan di otakku"
Aruji memang sulit dimengerti.
"Hey, Kiyomitsu"
"Hmm...?"
"Aku ingin segera melihat sakura"
"Musim dingin akan segera berakhir, jadi anda harus sabar menunggu"
"Ah! Tapi mungkin aku tidak perlu menunggu lama"
Mendengar kalimat itu, aku menoleh pada Aruji. Dia tertawa kecil kemudian menoleh padaku, sambil memberi close-eyes smile.
"Karena sakura sudah ada di depanku sekarang" begitu katanya.
Tentu saja aku tidak mengerti. "Maksudnya?"
"Sakura yang aku maksud adalah kamu, Kashuu Kiyomitsu! Kamu cantik seperti bunga sakura, mungkin lebih"
Aku tidak pernah menyangka kalimat seperti itu bisa keluar dari mulut Aruji, apa jangan-jangan dia sakit? Tapi kata-katanya terdengar tulus.
"Lho? Kiyomitsu? Wajahmu jadi merah! Kamu demam ya? Kalau sakit harusnya jangan keluar dari kamarmu! Suhu udara sedang dingin sekarang!"
Ini salahmu! Dasar Aruji tidak peka!
"Kalau kamu disini terus nanti demamu tidak akan sembuh!"
"Tapi aku ingin bersama Aruji!"
Aruji terdiam, kedua matanya sedikit melebar menandakan kalau dia terkejut.
Mungkin aku mengucapkan sesuatu yang salah.
"Aruji--"
"Terima kasih, Kiyomitsu-kun. Tapi aku tidak bisa membiarkan pedang yang aku sayangi kedinginan"
Aah!! Dasar, kalau mau mengatakan sesuatu harusnya dipikirkan dulu! Baka Aruji!
"Wajahmu makin merah! Kiyomitsu-kun! Sebaiknya kamu segera istirahat!"
Aku bersikeras tidak ingin meninggalkannya.
"Aku tetap ingin disini bersama Aruji, menunggu pohon sakura mekar"
Aruji kembali terdiam, tidak berselang lama aku mendengar tawa lembutnya.
"Yaah... kalau kamu sudah bersikap begini, mana mungkin bisa kupaksa. Jangan salahkan aku kalau kamu demam, ya! Kiyomitsu-kun"
Aruji memang saniwa yang susah ditebak namun jika mengenalnya lebih lama maka sisi manisnya akan terlihat, aku harap Aruji tidak akan merubah sifatnya itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top