Jika Saniwa.... [Seorang Touken Joushi]
Request dari Utsulicca
Semoga suka!!
(Mengambil latar waktu saat sebagian Touken Danshi pergi ke pantai)
Aruji tersenyum mendengar suara para toudannya yang terdengar bersemangat pergi ke pantai, walaupun Aruji merasa celana renang buatan tangannya masih kurang bagus.
Mendengar ucapan terima kasih mereka membuat Aruji tidak bisa berhenti tersenyum di kamarnya, Hasebe menyuruh mereka untuk tetap tenang karena Aruji sedang mencari sesuatu.
Ya, itu memang benar. Aruji sedang mencari formula yang tepat untu memanggil Ichigo Hitofuri, saniwa ini tidak mampu melihat para tantou sedih karena menunggu kakak mereka.
"Hashikiri-kun, aku rasa sebaiknya kamu ikut dengan Mutsunokami dan yang lainnya" ujar Aruji.
Hasebe menggelengkan kepala "Aku tidak bisa meninggalkan anda, bagaimana kalau terjadi sesuatu?!"
Apa yang di katakan Hasebe ada benarnya, sejak bangun pagi Aruji mendapatkan perasaan tidak enak. Seperti sesuatu akan terjadi, tapi saniwa muda ini tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi di masa depan.
"Siapa saja yang masih tinggal?" tanya Aruji.
"Nikkari, Ishikirimaru, Tsurumaru, Nakigitsune, Mikazuki, dan saya sendiri"
"Yang lainnya?"
"Sebagian dikirim sortie dan sisanya menyelesaikan ekspedisi"
Formasi yang kurang menguntungkan, begitulah pikiran Aruji. Saniwa ini bisa sedikit bernapas lega karena Mikazuki ada di citadel tapi perasaannya masih tidak enak, bukan berarti dia tidak percaya pada pedangnya yang lain.
Hanya saja, Aruji merasa formasi itu masih belum sempurna.
Tapi sempurna untuk apa?
'Aku harus tenang, tidak akan ada yang terjadi... aku hanya paranoid...' pikir Aruji.
Hasebe pamit untuk menyelesaikan beberapa tugas dan meninggalkan Aruji sendirian di ruangan, beberapa menit berselang setelah itu rasa khawatir di hati saniwa semakin besar.
Aruji berdiri dari tempatnya, lalu menghampiri sebuah lemari yang berada pada bagian pojok sebelah kiri ruangannya. Aruji membuka lemari itu menggunakan kunci khusus miliknya, sebuah senyuman tipis terukir di wajah cantik saniwa ketika melihat isi lemarinya.
Beberapa set zirah dengan ukuran yang sangat cocok untuk perempuan dan sebilah pedang oodachi yang masih berada dalam sarungnya.
"Kapan aku bisa menggunakan ini lagi?" Aruji mengelus pedang oodachi tersebut dengan lembut.
STAB
Aruji melihat ke arah pintu balkon kamarnya, sesuatu terlihat menancap disana. Aruji berjalan ke arah pintu, lalu membukanya dan mendapati sebuah anak panah berwarna hitam yang sangat ia kenali.
"Pasukan perubah sejarah? Bagaimana mereka bisa sampai kesini?" Aruji melepas anak panah dari pintu, kemudian melihat keadaan citadel melalui balkon.
Matanya membulat ketika melihat pasukan perubah sejarah hampir mengepung citadel, jadi inilah alasan kenapa dia merasa sangat khawatir. Sebagian besar touken danshi tidak berada di citadel, itulah celah untuk pasukan perubah sejarah.
BRAK!!
Aruji berbalik dan mendapati Tsurumaru terengah-engah di depan pintu kamarnya, mengikuti insting saniwa ini bergegas menghampiri Tsurumaru.
"A-Aruji... pasukan perubah sejarah...."
Saniwa mengerti apa yang Tsurumaru ingin katakan "Aku tahu"
Setelah berhasil mengatur napas, Tsurumaru memegang bahu tuannya dan menatap lurus ke matanya "Anda harus tetap berada di ruangan"
"Apa?! Tapi aku juga ingin membantu!" bantah Aruji.
Tapi Tsurumaru tidak mengizinkannya "Kami semua tidak ingin terjadi sesuatu pada anda, jadi kumohon tetaplah disini"
Aruji ingin membantah, tapi melihat wajah khawatir Tsurumaru membuatnya harus mengalah.
Setidaknya sampai saat yang tepat.
"Aku mengerti, pergilah" Aruji memasang senyum mengerti.
Tsurumaru membalas senyuman tuannya, sebelum pergi meninggalkan ruangan dan membantu rekan-rekannya di luar.
Aruji kembali menghampiri lemari tadi, lalu membukanya. Aruji mengambil satu set baju zirah miliknya dan langsung ia kenakan, mata Aruji kembali tertuju pada pedang oodachi miliknya.
'Pedang tanpa nama'
Aruji masih mengingat julukan yang diberikan oleh banyak orang untuk pedang ootachi itu.
Untuk dirinya.
"Sepertinya rahasia ini tidak bisa aku sembunyikan lebih lama" Aruji mengambil pedang itu dan bergegas keluar dari ruangannya.
~*Sa*~
Pasukan perubah sejarah berhasil dikurangi jumlahnya berkat kerja sama dari para toudan yang masih beradi di citadel, walaupun berhasil dikurangi makhluk-makhluk itu masih tetap mengepung dan menyudutkan mereka.
Siapa sangka level pasuka perubah sejarah hampir melebihi tingkat kemampuan Kashuu Kiyomitsu.
Dan ini bukan pertanda baik untuk Aruji, saniwa ini bisa merasakan hawa yang jauh lebih kuat akan datang menyerang.
"Kalau begini, citadel akan dibuat hancur oleh pasuka sialan itu" Aruji menggenggam erat pedangnya.
Melihat para touken danshi berusaha keras melindungi citadel membuat Aruji bangga, tapi melihat mereka kelelahan dan terluka adalah persoalan lain untuk Aruji.
Touken danshinya sudah hampir di ambang batas, bahkan Mikazuki Munechika mampu dibuat kewalahan.
"Aku tidak bisa membiarkan ini lebih lama" Aruji menarik pedangnya keluar dari sarungnya, seiringan dengan itu asap kabut berwarna putih keluar dari sarung pedang tersebut dan dengan cepat memenuhi kawasan citadel.
Kabut ini tentunya membuat jarak pandang para toudan berkurang, begitu juga dengan pasukan perubah sejarah.
Namun kabut itu sama sekali tidak berpengaruh pada Aruji.
Aruji memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang pasukan perubah sejarah, dengan satu tebasan indah saniwa ini berhasil membuat makhluk-makhluk itu tumbang.
"Aku tidak percaya kabut ini akan muncul lagi..." ujar Mikazuki.
"Apa maksudmu?" tanya Ishikirimaru.
"Kabut ini adalah ciri khas dari salah satu pedang terlangkah Jepang, pedang yang tidak diketahui siapa yang menempa dan bahkan nama pedang itu sendiri" Mikazuki mendengar erangan dari pasukan perubah sejarah, senyuman lega mengembang di wajahnya. "Kabut ini adalah simbol dari pedang misterius itu, melambangkan dirinya yang tidak bisa ditebak siapapun"
Kabut pun perlahan mulai menghilang, menampakkan Aruji tengah menggenggam erat pedang oodachi yang masih menancap pada tubuh salah satu kebiishi.
Benar sekali, Aruji baru saja menumbangkan kebiishi, seorang diri.
Ini membuat para toudan terkejut, kecuali Mikazuki yang hanya tersenyum.
"Mana Tsurumaru?" Aruji bertanya tiba-tiba seraya memasukkan pedangnya ke dalam sarung pedang.
"T-Tadi aku lihat dia pergi ke arah kolam ikan" jawab Nikkari.
Aruji mengangguk dan bergegas pergi untuk menemui bangau itu, alangkah terkejutnya saniwa itu ketika mendapati Tsurumaru dikepung oleh 4 kebiishi.
Aura biru kehijauan mereka terpancar jelas, menunjukkan level mereka yang berada di atas Tsurumaru. Dan melihat dari kondisi toudan berambut putih itu, dengan satu serangan tunggal dia pasti akan patah.
Aruji menarik pedang oodachi, kabut yang sama kembali muncul menutupi area kolam dan sekitarnya. Tanpa basa-basi, Aruji memotong tubuh semua kebiishi. Saniwa ini tidak memberikan celah sedikitpun untuk mereka menyerang, celah untuk bernapas juga tidak akan dia berikan.
Setelah menghabisi seluruh kebiishi, Aruji segera memasukkan pedangnya lalu menghampiri Tsurumaru. Nyaris saja Tsurumaru tumbang, beruntung Aruji sempat menangkap tubuh si bangau.
"Tsurumaru! Bertahanlah, aku akan segera memperbaikimu!" seru Aruji.
"Aruji... anda mengagumkan...." Tsurumaru tersenyum lelah.
"Hush, simpan pujianmu untuk nanti. Sekarang aku akan memperbaiki kalian semua" Aruji membopong Tsurumaru ke ruang perbaikan, kebetulan ruangan itu tidak jauh dari kolam ikan.
~SKIP~
Setelah memperbaiki semua toudan yang terluka, Aruji mengumpulkan mereka di ruangannya untuk membicarakan sesuatu.
"Kalian pasti sudah melihatku memakai baju zirah dan menggunakan pedang oodachi, kan?" Aruji memulai pembicaraan.
Mereka mengangguk bersamaan.
Aruji menghela napas "Kalau begitu sudah tidak ada gunanya aku menyembunyikan rahasia ini, sebenarnya aku sama seperti kalian. Aku adalah touken joushi yang dipanggil oleh saniwa sebelumnya, aku menjadi penggantinya karena aku memiliki energi spiritual yang setara dengan kebanyakan saniwa dan tahu cara menjadi saniwa yang baik"
"Apakah ada orang lain yang tahu soal ini?" kali ini Nakigitsune yang bertanya.
Aruji menggeleng "Hanya saniwa sebelumnya dan kalian yang tahu soal ini, karena itulah.." Aruji meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya dan mengedipkan salah satu matanya "Ini rahasia kita, ya~"
Hati para toudan seolah ditusuk panah cupid, hal yang sama juga berlaku pada Mikazuki dan Ishikirimaru.
Siapa sangka Aruji mereka adalah toujo yang sangat manis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top