The World is Slowly Change

Tidak lama setelah Choromatsu lahir Akatsuka hanyalah tanah gersang tak berujung. Selain sang dewa kematian tidak ada seorang pun yang mengunjunginya. Sampai pada akhirnya Dewa bumi menyadari keberadaannya dan memberinya pengetahuan untuk mengendalikan air. Berkat pengetahuan tersebut Choromatsu dapat membuat mata air dan membuat dewa bumi bangga.

Berikutnya Dewa bumi memberinya hadiah sekotak biji-bijian. Choromatsu kecil menjadi kegirangan sampai tidak dapat mengkontrol dirinya sendiri. Di hari ia mendapatkan kotak tersebut ia terlalu bersemangat dan tanpa sengaja menjatuhkan seluruh isinya ke tanah, detik itu juga tanah gersang tersebut menjadi hutan lebat yang di penuhi pohon-pohon tinggi.

Dewa bumi ditakjubkan oleh energi besar yang dimiliki Choromatsu, tidak semua peri dapat membangun hutan selebat itu dalam waktu singkat.

Dewa bumi memutuskan untuk memberikan dua hadiah lagi, yaitu: kecerdasan dan kebajikan.

Kecerdasan membuat Choromatsu dapat berbicara dan memahami apa yang sedang terjadi di sekelilingnya, sedangkan Kebajikan memberinya pemahaman dalam mengambil keputusan.

Sebagai peri ia telah mendapatkan pengetahuan yang setara dengan para dewa dewi, dengan kata lain Dewa bumi sangat memanjakannya. 

Choromatsu mendapatkan kuil pemujaan, sebagaimana para manusia mulai menganggapnya sebagai ‘dewa’ dari gunung Akatsuka.

Umumnya manusia tidak memahami sepenuhnya arti dari setiap pangkat para makhluk mulia, oleh sebab itu sebutan dewa dan dewi sangatlah lazim diucapkan oleh mereka. Hal ini menyebabkan kontrafersi yang berhubungan dengan ideologi umat manusia itu sendiri.  

Beberapa dari mereka menganggap jika dewa dan dewi terlalu banyak, jika demikian siapa sebenarnya Tuhan mereka? Tentu masalah ini tidak hanya terjadi di Akatsuka, masalah ini menjalar cepat seperti membakar setiap sudut bumi.

Tidak butuh waktu lama sampai pada akhirnya perang Ideologi meletus. Tanpa mengetahui apapun, Choromatsu di tinggalkan. Manusia membagi kepercayaan mereka, keyakinan mereka di sebut sebagai Agama. Pada sesamanya mereka saling menuduh dan merasa tidak ada yang lebih benar dari dirinya sendiri.

Selama ada perang pasti ada pihak yang kalah. Orang-orang yang mempercayai Ideologi lama dibuang dan dicap sebagai ‘penyihir’
Itulah yang namanya propoganda.

Dunia mulai percaya jika apa yang diyakini para penyihir salah dan mulai memburu mereka seperti binatang. Meskipun kenyataannya tidak semua orang yang dieksekusi di depan publik adalah penyihir sesungguhnya, beberapa dari mereka hanya tertuduh dan dijadikan hiburan semata.

Mengenyampingkan sejarah dunia, Choromatsu masih menjadi salah satu anak kesayangan Dewa bumi. Choromatsu mendapatkan perlindungan, sebuah wilayah suci yang hanya bisa di masuki melalui jalan setapak yang mistis. Sebagai gantinya Choromatsu tidak dapat berkeliaran di dalam hutan Akatsuka lagi. Dari sanalah Choromatsu mendapatkan panggilan peri penjaga danau suci daripada peri penjaga gunung Akatsuka meskipun ia adalah personifikasi dari gunung itu sendiri.

Di sisi lain, dewa bumi membuatkan peraturan untuknya.  Apabila ada hari di saat Choromatsu keluar dari wilayah tersebut, gunung Akatsuka akan mati bersama dengan dirinya. Artinya hidupnya bisa diakhiri dengan dua cara, yaitu: Saat manusia membunuh hutannya atau dia sendiri yang bunuh diri dengan keluar dari wilayahnya.

                                   ...

Osomatsu menelan ludahnya. Tentu saja ia tahu cerita tersebut dari Ichimatsu. Siapa sangka dia akan mendengarkan cerita yang sama dari mulut seorang manusia.

Sementara Jyushimatsu dan Choromatsu menghadapi misteri yang dialami Karamatsu, Osomatsu sedang menuju ke bagian utara Akatsuka Mountain yang dikatakan adalah lokasi tempat tinggal Todomatsu.

Sang pangeran iblis dalam penyamaran memutuskan untuk bergabung dengan para ksatria utusan kerajaan. Osomatsu menyamar menjadi seorang Arkeolog yang sedang meneliti cerita rakyat dan legenda, tentu mereka masih belum sepenuhnya mempercayainya tapi setidaknya mereka mengijinkannya untuk ikut.   

“Kenapa tiba-tiba menceritakannya padaku?” tanya Osomatsu pada seorang lelaki berbaju besi. Tidak ada jawaban. Pria pirang bertubuh besar itu mengulam senyum misterius, mengundang emosi Osomatsu.

Pria itu bernama Bernard, pemimpin ekspedisi bodoh ini. Kerajaan mengirim lima orang ksatria yang cukup menjanjikan, menurut Osomatsu. Dari bagaimana cara si pemimpin mendekatinya, pasti mereka menaruh curiga padanya. Tiba-tiba menceritakan legenda lama mengenai Choromatsu pun pasti hanya dilakukannya untuk melihat reaksi Osomatsu.

“Kukira kita sedang mengejar si penyihir,” tambah Osomatsu selagi menahan emosinya. Beberapa hari ini ia stres berkat kelakuan para utusan istana terhadapnya.

Selama perjalanan kelima utusan tersebut seperti mengawasinya. Dan lebih buruk lagi, diantara lima utusan tersebut diantaranya ada dua perempuan yang menempel padanya.

Osomatsu tidak bertingkah sebagaimana ia pada saat masih seorang preman playboy yang menggoda perempuan di sana sini,  berusaha mengurangi kontak dengan mereka berlima agar tidak menumbuhkan kecurigaan mereka.

Hanya saja sandiwaranya sebagai seorang pria polos dan baik hati membuat kedua wanita bernama Emily dan Yohana semakin tertarik padanya. Semua ini membuat Osomatsu ingin muntah. Semua perhatian tersebut membuatnya merasa sesak.

Selain kelima utusan, para penduduk yang termakan omongan ketua mereka juga mengikuti ekspedisi ini. Bernard, lelaki itu memang tahu betul seni berbicara. Hanya dengan sepatah, dua patah kata saja ia dapat mengumpulkan puluhan orang dalam waktu sekejap.  Osomatsu yakin tipe seperti Bernard cocok bekerja di neraka sebagai iblis pembisik, yang menggoda manusia untuk jatuh kedalam dosa.

“Tentu kita berkewajiban untuk menangkapnya.” jawab Bernard santai. Lelaki itu masih memasang senyum arogannya, dia pasti menyadari perubahan emosi Osomatsu. “Arkeolog sepertimu pasti mengetahui legenda lama seperti ini kan?” tanyanya.

“Tidak lama ini aku mendengarnya,” jawab Osomatsu sesuai dengan kenyataannya. Kalau saja Ichimatsu tidak menceritakannya dia tidak akan pernah tahu.  “Apa legenda itu ada hubungannya dengan si penyihir?” tanyanya asal, tidak berharap jika Bernard menjawabnya dengan serius.

Seperti dugaannya lelaki itu memutar tubuhnya, meninggalkan tempat dimana Osomatsu duduk memandangi api unggun. “Kelihatannya begitu.” Jawaban tersebut menarik helaan nafas lelah dari mulut Osomatsu, Bernard meninggalkannya dengan jawaban yang menggantung.

“Ya sudahlah....” Osomatsu menggaruk pipinya. Dia tidak mau membawa pembicaraannya dengan Bernard menjadi beban pikirannya. Melihat situasinya saat ini ia tidak perlu khawatir jika ekspedisi ini akan berhasil.    

Semakin mereka masuk kedalam hutan,  Osomatsu dapat merasakan bulu romanya berdiri. Ada sesuatu yang membuatnya semakin waspada, dan dia tahu dia akan mati karena lengah meski barang sedetik. Pasti berhubungan dengan nasib  Marco dan kawan-kawannya dalam ekspedisi sebelumnya.

Ini adalah ekspedisi ketiga, dimana akhirnya para utusan mengikut sertakan diri mereka. Menurut kesaksian Marco, kelompok mereka di serang seekor monster raksasa bermata seribu. Setelah mendapatkan informasi tersebut Raja memutuskan untuk mengirim kelima ksatria terbaiknya untuk menangkap Todomatsu.

Hanya dengan informasi tersebut, Osomatsu semakin sadar jika penyihir muda yang namanya kian terkenal itu bukanlah penyihir sembarangan. Monster bermata seribu itu juga merupakan sosok lain peri yang tugasnya menjaga sebuah harta karun yang dikenal manusia sebagai kotak Pandora. Rencana sang raja tidak akan pernah berhasil. 

“Makhluk itu tidak bisa dikalahkan begitu saja. Bahkan para iblis kewalahan menanganinya.” Osomatsu berbicara sendiri selagi ia memandangi api unggun. Dengan ini hari ke-10 semenjak keberangkatan mereka telah berlalu, dan mereka masih belum bertemu dengan monster tersebut.

Sayang sekali. Keberuntungan para manusia ini masih berlanjut.

“Silahkan minum, Matsuno-san.” Di tengah melamun, Osomatsu disuguhi segelas kopi oleh ksatria wanita bernama Yohana. Wanita berwajah bulat itu seenaknya duduk di sebelahnya. Osomatsu menerimanya sambil bergumam terima kasih. Salah satu alasan wanita tersebut mendekatinya pasti karena kecurigaan Bernard atau mungkin wanita itu hanya ingin mencari perhatian saja. Sudah teori dasar bahwa sosok misterius selalu berhasil menarik perhatian lawan jenis. 

Osomatsu meminum kopinya, matanya tidak lepas dari kobaran api yang membakar tumpukan ranting. Suara retakan kayu dibakar mengisi keheningan gelapnya tengah hutan. Yohana berniat meninggalkannya sendirian, sebelum itu Osomatsu menangkap tangan perempuan berbaju besi tersebut. Osomatsu mengumbar senyuman paling menawannya, memintanya untuk jangan pergi terlalu cepat.

Tidak butuh waktu lama sampai perempuan tersebut jatuh dalam perangkapnya dan kembali duduk di sebelahnya. Meskipun hanya dalam fantasi wanita tersebut namun Osomatsu berhasil menciptakan atmosfer romantis di antara keduanya, dimana saat semuanya sedang tidur dan mereka berduaan sambil menatap bintang.

Dunia seperti hanya milik mereka berdua, dan disanalah Osomatsu mengendalikan keadaan. Sang pangeran iblis membuat perempuan itu memberitahu apapun yang diketahuinya, meskipun pada akhirnya segala informasi tersebut membuatnya ingin membunuh semua orang yang ada di sana.

Osomatsu mendecih kesal seraya dirinya merapikan kerah bajunya. Matanya yang bersinar merah darah di tengah kegelapan malam melihat tubuh wanita yang setengah telanjang berbaring tidak jauh dari perapian. Biasanya dia tidak peduli dengan nasib siapapun yang telah di tidurinya, namun kali ini situasinya berbeda. Mau tidak mau ia menyelimuti tubuh Yohana dengan jaket hitamnya lalu pergi berkeliaran di tengah hutan sendirian sampai pagi.

                               OXO

Perang Ideologi, bahkan kepercayaan umat manusia dapat memberikan pengaruh besar pada tiga dunia. Pada saat itu segala makhluk di luar nalar manusia melakukan pertemuan diskusi. Mereka adalah partikel semesta, wujud dari Universal. Mereka adalah dewa dan dewi, malaikat dan iblis. Tidak ada dari mereka seorangpun yang menjuluki diri mereka sebagai Tuhan, bahkan tidak pernah sekalipun gelar tersebut membawa masalah diantara mereka.

Mereka tidak mempermasalahkannya, sebaliknya, umat manusia berperang karenanya.

Mereka berkumpul di salah satu dimensi kosong yang berada di himpotan antara jutaan aliran ruang dan waktu. Ichimatsu sang dewa kematian menjadi pengawas jalannya pertemuan, pada kasus seperti ini suaranya tidak pernah terhitung. Semenjak eksistensinya sedikit berbeda dari para makhluk mulia yang berada di pertemuan tersebut.

Dimensi itu berwarna hitam pekat, hanya ada kegelapan tak berujung. Para makhluk mulia berdiri di atas pilar daripada kursi tahta, di sana status mereka tidak di bedakan.

(Masa ini disaat surga belum merendahkan para penyihir)

Awalnya tidak ada yang mengawali sampai pada saat itu, Tougo membuka mulutnya yang langsung membawa hasil dari pertemuan tersebut. Sang raja iblis berkata: “Makhluk bodoh. Kenyataannya mustahil manusia menjadi Tuhan tapi mereka masih mempermasalahkannya, sebenarnya mereka hanya memanfaatkan kita, tidak ada gunanya kita melakukan pertemuan ini.”     

Usulan raja iblis langsung disetujui oleh yang lainnya. Pertemuan yang di selenggarakan untuk pertama kalinya dalam waktu jutaan tahun berakhir tanpa membahas satu topik pun. Semuanya hanyalah buang-buang waktu, terutama untuk sang dewa kematian.

(Meskipun tetap pada akhirnya perang Ideologi mempengaruhi mereka. Makhluk surga merasa superior, sementara dewa dewi dilupakan, hanya sisi neraka saja yang tidak terpengaruh.)

Hari itu Ichimatsu dibuat sangat kesal. Pertemuan tidak berguna itu membuatnya terlambat bekerja. Ia harus segera menjemput jiwa seseorang di seberang aliran waktu yang jauh dari era ini.   

Ia mendatangi masa dimana 5 lelaki kembar dan pasangan suami istri tua berduka. Ichimatsu mengenal mereka semua, begitu juga dengan seseorang yang berbaring damai di atas ranjang rumah sakit. Lelaki yang di jemputnya adalah saudara kembar dari 5 kembar yang ada di ruangan tersebut.


Ichimatsu memeriksa catatannya. Jiwa yang dia jemput adalah Matsuno Choromatsu atau jiwa sang peri penjaga danau suci.

Setelah kematian Choromatsu sebagai manusia, jiwanya terlahir kembali sebagai peri di era yang berbeda.

Kasus seperti ini bukanlah yang pertama kalinya, bahkan dari segi pandang Sang dewa kematian kasus seperti ini sangatlah lazim.

Menjadi dewa kematian membuat Ichimatsu masih mengingat kehidupan lampaunya atau dapat dikatakan kehidupan lainnya. Di dunia ini satu jiwa dapat memerankan lebih dari satu kehidupan, asalkan jiwa tersebut berada di aliran waktu yang berbeda.

Tidak seperti wadahnya, jiwa tidak terikat oleh aliran ruang dan waktu— proses ini dinamakan reinkarnasi.

Proses reinkarnasi tidak pernah berhenti. Itulah alasan dari kenapa Ichimatsu tidak dapat mengingat kelahirannya sebagai dewa kematian, meskipun dia sendiri lah yang bertanggung jawab atas proses ini. Ia bahkan tidak mengetahui kematiannya yang mana yang membuatnya berakhir mendapatkan gelar dewa kematian.  

Beberapa kali jiwanya hidup sebagai manusia dan hidup di berbagai era. Secara kebetulan kehidupannya sebagai salah satu anak kembar 6 keluarga Matsuno sedikit menarik perhatiannya. Dewa kematian punya kemampuan untuk meramal. Ketika menjemput jiwa Choromatsu ia dapat meramalkan hasil dari era perang Ideologi.

Matsuno Choromatsu yang paling cepat meninggalkan keluarganya. Ingatan dimasa itu masih sangat membekas pada jiwa Ichimatsu. Ia bahkan masih mengingat kekacauan yang terjadi setelah Choromatsu meninggal.

Ichimatsu selalu percaya pada takdir, dan ramalannya mengatakan jika mereka berenam akan kembali terseret kekacauan di era yang berbeda, saat jiwa mereka berenam berkumpul kembali di suatu era.

Osomatsu terlahir sebagai pangeran iblis, Karamatsu sebagai biarawan, Choromatsu sebagai peri, Ichimatsu sebagai dewa kamatian, Jyushimatsu sebagai malaikat, dan Todomatsu sebagai penyihir.

Dengan kata lain, akhir perang Ideologi berhubungan dengan mereka berenam. Dan Ichimatsu merasa sangat sial karena harus selalu menjadi peran yang mengetahui segalanya duluan.

"Ukh...Padahal kita seharusnya kita cuma NEET yang merupakan sampah masyarakat!"

To be Continue....

     

   
       

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top