The Queen of Death
Ratu iblis dikatakan sebagai sosok makhluk yang paling sempurna di neraka. Posisinya setara dengan raja iblis dan kehormatannya di sanjung tinggi oleh tiga dunia. Apabila raja iblis bertugas untuk mengadili para orang jahat, ratu iblis bertugas untuk menyebarkan dosa diantara umat manusia.
Wilayah barat dari kerajaan neraka merupakan tempat yang mengerikan. Di sanalah berbagai bentuk dosa berasal. Ichimatsu selalu berkata, di sanalah neraka jahanam sebanarnya berada.
Selama 100 tahun terakhir ini, iblis wanita bernama Totoko lah yang menyandang tahta ratu iblis. Dia adalah putri tunggal dari keluarga utama kerajaan wilayah barat. Setelah ia memasuki usia remaja dia menggantikan posisi ibunya dan di tunangkan dengan putra pahkota kerajaan timur, Osomatsu.
Totoko tidak punya hak untuk menolak. Pernikahan mereka di masa depan akan menjadi bersatunya dua kerajaan yang selama berabad-abad tak pernah akur.
Osomatsu dan Totoko sudah lama saling mengenal. Bisa dikatakan teman masa kecil. Semenjak Osomatsu lahir, Tougo sering mendatangi kerajaan barat, mendiskusikan tentang persatuan dua kerajaan. Mungkin karena itulah, orang tua mereka membuat janji pertunangan tersebut.
Totoko tidak menyesal telah menerima lamaran dari kerajaan timur. Gadis itu kenal betul bagaimana tabiat Osomatsu dan dia tidak membenci pemuda nakal yang tak bertingkah sesuai usianya tersebut.
Seharusnya semuanya berjalan lancar.
Namun setelah acara pertunangan mereka, Osomatsu semakin menjauh. Semakin dewasa pria iblis itu semakin suka bermain dengan wanita lain. Entah berapa banyak kaum hawa yang terpikat oleh kata-kata manisnya, tidak hanya iblis wanita, Osomatsu bahkan pergi mencari wanita manusia dan yang lebih parahnya. Dia berani menggoda beberapa malaikat.
Kelakuan tersebut membuat Totoko geram. Mereka memang iblis namun peraturan yang berlaku di dunia neraka masih berjalan, terutama untuk keluarga kerajaan.
Hubungan Osomatsu dan Tougo semakin menegang. Ketidak akuran sang raja iblis dan putranya sudah menjadi rahasia umum di neraka. Mengambil kemungkinan kalau sikap tidak senonohnya Osomatsu ada hubungannya dengan ayahnya, Totoko ingin menyelidikinya sendiri.
OXO
Suatu hari sang ratu iblis pergi ke dunia manusia. Mengikuti jejak tunangannya, dia sampai ke sebuah desa terpencil di kaki gunung besar yang di kenal sebagai gunung Akatsuka.
Totoko datang ke dunia manusia dengan wujud aslinya, dia hanya tidak ingin di lihat oleh manusia saat sedang berjalan-jalan di area tersebut.
Dia terbang melintasi banyak tempat, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari jejak tunangannya yang menghilang. Tak tahu arah. Tanpa sengaja Totoko sampai di depan sebuah bangunan gereja kecil.
Sorak sorai keramaian anak-anak yang bermain di halaman menghiasi sore hari itu. Merasa lelah dan bosan mencari keberadaan Osomatsu yang tak jelas ada dimana. Totoko memutuskan untuk beristirahat di sana, duduk di salah satu bangku panjang yang ada di halaman tersebut, dan menghabiskan sisa waktunya memperhatikan sekumpulan anak yatim bermain bola sepak.
"Si brengsek itu...." gumam Totoko seraya menghela nafas panjang. "Bagaimana bisa dia mencampakan perempuan cantik seperti diriku?" omelnya sendirian.
"Apa kau baik-baik saja nee-san?"
Tiba-tiba ia mendengar suara anak kecil menegurnya. Totoko melonjak kaget. Sedikit panik gadis itu menoleh ke sumber suara yang terdengar lemah tapi lembut. Sudah lama ada yang menanyai kabarnya, semenjak ia menjadi ratu iblis.
Di sebelahnya duduk seorang anak laki-laki berusia 7-8 tahunan. Anak laki-laki itu tersenyum lembut, menutup kedua mata saphirenya. Rambutnya hitam legam, tak berubah warna di bawah sinar matahari senja.
Pada saat itulah, Totoko pertama kali bertemu dengan seorang penyihir kecil berwajah menawan dan menggemaskan.
"Sst..." Totoko mendesis sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir mungil anak itu. "Kau tidak mau ketahuan berbicara dengan makhluk ajaib sepertiku kan?" ujarnya lalu ikut tersenyum. "Aku tahu bagaimana susahnya nasib penyihir di jaman ini."
Wajah anak itu memucat. Kelihatannya anak itu baru menyadari kalau di hadapannya bukanlah seorang manusia. "Nee-san hantu?" tanyanya lirih takut-takut.
Totoko menaikan dua alisnya. "Hantu huh?" gumamnya sambil bersedekap dada. "Yah. Setidaknya aku bukan makhluk yang sama dengan monster di sebelah mu itu," tunjuknya kepada monster bulu bermata seribu di sebelah anak tersebut.
"O-oh..." Anak itu mengangguk kecil. Sangat menggemaskan di mata Totoko. Andai dia punya banyak waktu luang, ia ingin membawa anak itu ke kerajaan dan menjadikannya iblis. Meskipun hal seperti itu lebih gampang di pikirkan daripada proses yang sebenarnya. Tidak mudah memaksa satu makhluk bereinkarnasi menjadi satu makhluk khusus lainnya.
"Lalu ada apa dengan kotak itu?" Sekali lagi Totoko menunjuk dengan jarinya. Itu kotak Pandora yang di tunjuknya. Sekali lihatpun, Totoko tahu betul kotak seperti apa yang ada di tangan anak kecil itu. "Apa kau pernah membukanya?" tanyanya lagi.
Anak itu geleng kepala. "Kata mendiang ibuku. Apapun yang terjadi aku tidak boleh membukanya," jawab anak itu polos. "Nee-san. Ada perlu apa hantu sepertimu mendatangi gereja?"
Totoko cemberut. "Jangan memanggilku hantu," ujarnya merasa tak tahan di anggap sebagai hantu gentayangan rendahan. "Aku iblis," lanjutnya lalu tersenyum bangga.
"Lalu untuk apa iblis mendatangi gereja?" anak itu bertanya lagi, semakin tidak paham.
Totoko menggaruk belakang kepalanya yang tiba-tiba gatal. Tentu saja iblis sepertinya tidak punya keperluan mendatangi gereja miskin seperti ini. "A-aku tersesat," jawabnya sedikit malu untuk mengakuinya.
"Nee-san tersesat? Apa kau tahu arah jalan pulang?"
Mata anak itu berkaca-kaca, tulus mencemaskan iblis yang katanya tersesat. "Te-tentu aku tahu jalan pulang!" Wajah Totoko bersemu merah muda, sangatlah memalukan bagi ratu iblis sepertinya di cemaskan anak manusia yang lemah.
Semenjak hari itu. Sesekali di waktu senggang, Totoko mendatangi gereja itu. Sekedar ingin menjenguk penyihir kecil yang yatim piatu.
Beberapa kali ia mendengar rumor tentang kecurigaan orang-orang di sekitar mengenai identitas anak tersebut. Memikirkan nasib anak itu. Kadang sang ratu iblis sengaja menghentikan pekerjaannya dan semakin sering mendatangi gereja itu.
"Todomatsu," panggil Totoko di tengah malam. "Aku tidak bisa terus menerus mengawasimu. Jadi kumohon, setiap hari rapalkan doa ini sambil menggengam batu ini," ujarnya sambil memperhatikan anak yang sedang tidur pulas di atas kasur tua yang memiliki beberapa jahitan tambalan.
Anak yang masih belum memahami apapun tentang sihir mengikuti intruksi sang ratu iblis begitu saja. Setiap hari, setelah semua penghuni gereja tertidur pulas. Dia akan berdoa sambil menggengam erat batu hitam yang sekilas terlihat seperti batu kerikil biasa.
Doa itu merupakan mantra yang menginjinkan Totoko untuk mengawasi keseharian anak itu selama 24 jam melalui kaca sihir di ruangan pribadinya. Apabila Totoko tidak bisa mengawasinya, sang ratu akan meminta salah satu dayangnya untuk menggantikannya.
Namun suatu hari, kerikil itu menghilang. Rupanya setelah di cari beberapa hari, ternyata beberapa anak nakal yang mencurinya. Mau bagaimana pun si penyihir kecil memohon untuk di kembalikan kerikil tersebut, anak-anak itu semakin menggodanya, mengatainya untuk cepat di bakar hidup-hidup seperti penyihir lainnya.
Sang ratu sekali lagi mendatangi gereja tersebut dan menyaksikan si penyihir kecil kesayangannya menjadi bahan tontonan orang-orang di sekitarnya. Amarah Totoko mengarah pada orang-orang dewasa yang saat itu diam menonton sekumpulan anak-anak membully satu orang anak yang tak berdaya.
Sebelum amukan sang ratu iblis meledak di tempat itu. Seorang pria tua berpakaian pendeta datang mengendong si penyihir kecil. Pria itu memarahi anak-anak nakal itu lalu mengembalikan kerikil yang di curi pada si penyihir.
"Todomatsu," nama penyihir kecil itu. Anak laki-laki itu menangis meraung-raung sambil memeluk erat pendeta tua itu. Totoko terharu melihatnya dan tidak jadi untuk meluapkan amarahnya disana.
OXO
Sayangnya rahasia Todomatsu tidak bisa di simpan selamanya. Dekapan yang penuh welas asih membiarkan si penyihir kecil mengasingkan diri di atas gunung Akatsuka.
Saat itu Todomatsu masuk di usianya yang ke-10. Anak itu naik ke atas gunung dan dengan usahanya sendiri membangun sebuah gubuk kecil. Anak itu mengurus dirinya sendiri, berusaha bertahan hidup dengan kekuatannya sendiri.
"Aku lebih bahagia hidup di hutan ini daripada saat aku berada di gereja yang membelengu ku dengan rantai penghakiman tanpa dasar," demikian ujar Todomatsu sambil mencium batu kecil hadiah sang ratu iblis untuknya.
"Apa mulai sekarang kau akan hidup sebagai penyihir?" tanya Totoko yang tengah berkunjung ke gubuk reot ciptaan si penyihir yang baru belajar membangun.
Todomatsu mengangguk. "Kalau boleh aku ingin membuat sebuah altar untukmu," jawabnya diikuti senyuman lembut yang sama persis di awal pertemuan mereka berdua. "Sebagai gantinya aku akan memberikan kotak ini padamu," lanjutnya lalu menyodorkan kotak pandora bersama dengan kuncinya.
"Kau yakin? Memujaku punya harga yang tinggi...." Totoko menerima kotak itu dengan sedikit ragu. "Penyihir dengan kepribadian sepertimu akan lebih baik punya dewa atau dewi yang ada di jalan putih."
"Aku memilih siapa yang kupuja berdasarkan sebuah ikatan. Aku tidak hanya sekedar mencari kekuatan," jawab Todomatsu seraya mengangguk mantap.
"......Lakukan sesukamu." Totoko menyerah. Tidak banyak manusia yang berani memujanya di karenakan mahalnya pengorbanan yang harus di lakukan. Tapi Todomatsu sudah menyerahkan kotak Pandora padanya, setidaknya untuk saat ini Totoko menganggap kotak tersebut sebagai uang muka.
Setelah itu sang ratu iblis pulang dan di sambut oleh tunangannya yang berdiri di depan pintu kamarnya. Saat itu hubungan mereka semakin hari semakin bertambah buruk. Setiap kali melihat wajah Osomatsu yang menyebalkan, ingin rasanya ia menonjok wajah itu.
"......Apa maumu?" tanya Totoko sambil melotot tajam laki-laki di depannya.
"Kudengar akhir-akhir ini kau sedang bermain dengan seorang manusia," jawab Osomatsu sambil tersenyum licik. "Apa kau bermain di belakangku?"
BUK! Tanpa banyak bicara Totoko menonjok perut Osomatsu sekuat tenaga, membuat si pangeran terkapar di lantai sambil memegangi perutnya yang kesakitan.
"Jaga bicaramu," ketus Totoko sambil menunjukan kunci emas yang baru saja di dapatkannya. "Dia salah satu pengikutku," terangnya lalu tersenyum pada kunci tersebut. "Tidak seperti dirimu yang kotor, Totty jauh lebih baik!" serunya lalu kembali memamerkan kunci itu.
"Ukh...." Osomatsu meringis kesakitan. "Seperti biasa pukulanmu sangat mematikan," keluhnya yang mengabaikan sang tunangan yang ekpresinya berubah-ubah hanya karena sebuah kunci. "Kotak pandora kau bilang? Kenapa penyihir lusuh sepertinya punya barang antik seperti itu?"
"Mana kutahu," jawab Totoko dingin. "Setidaknya kotak ini bisa masuk kedalam salah satu koleksi ku!" serunya lalu mengosokkan pipinya ke kotak kecil yang terbuat dari kayu tersebut.
Sebanarnya sang ratu iblis sangat terobsesi pada barang-barang antik. Hadiah yang di dapatkannya dari Todomatsu membuatnya sungguh kegirangan.
"Oh dan Osomatsu...." Saat memanggil nama tunangan. Wajah sang ratu iblis kembali menggelap. "Aku sama sekali tidak tahu apa yang kau rencanakan. Tapi aku akan membunuhmu kalau kau berani membuat kehebohan di wilayahku," ujarnya mengancam sambil kembali melotot ke arah tunangannya yang masih tersungkur di bawah lantai.
"Rencana apa yang kau maksud?" tanya Osomatsu lalu bakit berdiri. Wajahnya masih pucat menahan sakit di perutnya.
"Hmph!" Totoko yakin Osomatsu hanya pura-pura bodoh. "Pulanglah. Aku sedang tidak ingin melihat wajah jelek mu itu," ocehnya sambil masuk ke dalam kamarnya lalu membanting pintunya.
OXO
Sesuai janjinya Todomatsu membuat altar yang di tujukan untuk sang ratu iblis. Pada hari pertama ia selesai membuat altar tersebut Ichimatsu berkunjung ke tempatnya. Mereka berbincang sesaat, saling bertukar cerita mengenai gereja kecil di kaki gunung.
Ichimatsu bilang, tak lama setelah Todomatsu di asingkan dia menemukan seorang anak laki-laki yang kemungkinan besar juga penyihir, yang pada akhirnya di ketahui anak itu hanyalah Osomatsu yang di lempar Tougo ke dunia manusia.
Pada usianya yang ke-15 Todomatsu yang tersesat di dalam hutan tanpa sengaja melewati jalan setapak menuju danau suci. Lalu dia bertemu dengan sang peri penjaga dan melakukan kontrak baru dengannya.
Meskipun sedikit keberatan Totoko menginjinkan si penyihir untuk memuja makhluk selain dirinya. Dan di karenakan umur Todomatsu yang sudah cukup dewasa dan kekuatan spiritualnya semakin kuat, Totoko mengambalikan kotak Pandora padanya.
"Kau mungkin lebih memerlukannya daripada aku," ujar Totoko saat menyodorkan kembali satu kotak antik yang familiar.
"Tapi...Kudengar kau suka barang antik." Todomatsu tidak langsung menerimanya. Pemuda itu enggan untuk menerima kembali apa yang sudah di berikannya.
"Fey-chan terlalu banyak makan di tempatku. Aku sudah tidak bisa merawatnya lagi," ujar Totoko beralasan.
"Be-benarkah!" Todomatsu terkesikap sambil melihat bola bulu yang di maksud. Setelah sekian lama tidak bertemu, dia baru menyadari tubuh Fey yang membesar. "A-aaku akan menerimanya kembali kalau begitu!" serunya lalu segera mengambil kotak Pandora dari tangan Totoko.
"Hahaha...." totoko tertawa datar. Si penyihir muda lebih polos daripada yang di kiranya. "Jaga kotak itu baik-baik. Gunakan sebagaimana mestinya," katanya lalu membuka portal sihir untuk kembali ke kerajaannya.
Sosok Totoko menghilang di telan lubang hitam. Setelah ini Totoko tidak akan sering mengunjunginya, begitu pikir Todomatsu sambil menatap lekat kotak pandora peninggalan ibunya. Sorot matanya sendu tapi bibirnya berusaha tersenyum.
"Image ratu iblis sama sekali tidak sesuai dari yang di katakan orang-orang," gumamnya lalu menyimpan kotak itu kedalam tas selempangnya.
"Yowai Totoko nama yang sakral bagi pengikutNya. Dalam nama benang merah takdir, aku berharap. Bisa bertemu lagi denganMu," doa Todomatsu di depan altar lalu pulang ke gubuknya sebelum hari semakin gelap.
To be Continue
A/N:
Apakah berbau seperti Totty x Totoko? Ide cerita ini udah lama banget sebenarnya tapi baru ke garap sekarang. Waktu itu saya sedang seneng2 nya sama mereka berdua, entah kenapa. Setelah buka2 fanart mereka kembali saya bersemangat sekali untuk membuat bab ini.
Maap kalau terkesan OOC karena bagi saya Totoko masih punya sifat feminim yang tersembunyi (?) Dan jangan lah bahas Todomatsu, saya tahu dia OOC di sini.
Mungkin crita ini harus di tambah tag pair mereka?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top