The Moment of Great Turnabout part 1
Sudah lama Osomatsu tidak kembali ke kamarnya. Baru saja ia membuka pintu dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. Senyumannya sirna seketika sesaat setelah mengetahui siapa yang menunggunya didalam.
Sang ratu iblis duduk di atas meja belajar tuanya. Wanita iblis itu bersedekap dada dan menyilang kan kakinya, sinar matanya merah keungungan, menatap sang pangeran yang baru saja pulang ke istana dengan ganas.
"Kemana saja kau?" tanya Totoko mulai mengintrogasi. "Kudengar dari Ichimatsu kau pergi mendatangi Todomatsu?"
"Ah hahaha...Ichimatsu memberitahumu?" Osomatsu cengengesan sambil mengusap belakang kepalanya dengam canggung. Dia tidak bisa menyalahkan sang dewa kematian. Totoko selalu mendapatkan apa yang dia mau, di tiga dunia tidak akan ada yang berani melawannya.
"Osomatsuuuu...." Suara Totoko semakin merendah diikuti dengan wanita itu memiringkan kepalanya secara tajam. Kedua bola matanya yang masih bersinar redup sukses menghantui si pemilik nama. "Aku tidak peduli walau kau mempermainkan 100 wanita di tiga dunia. Tapi aku tidak akan menyerahkan Todomatsu, pengikutku yang berharga padamu begitu saja...."ujarnya yang seketika mengingatkan sesuatu kepada Osomatsu.
"Todomatsu pengikutmu?" Sang pangeran tersenyum penuh makna. "Oh iya iya. Pasti dia anak yang memberikan kotak Pandora kan? Atau kau yang memberikannya padanya?" tanyanya tak begitu yakin. Semenjak ia di lempar ke dunia manusia, memori lamanya menjadi ingatan yang samar-samar.
"Dari awal kotak itu miliknya. Aku hanya mengembalikannya," jawab Totoko ketus. "kenapa dengan kotak itu? Jangan bilang kau ingin mencurinya?" lanjutnya mengintrogasi.
"Nah..." Osomatsu melambaikan tangannya. "Hanya dengan satu jentikan saja aku bisa membuat tumpukan emas. Apa gunanya?"
Tentu saja Totoko tahu betul kalau yang dikatakan Osomatsu bukanlah sekedar guyonan. Karena dia sendiri bisa melakukannya. Meskipun barang yang biasanya di ciptakan oleh sihir mereka selalu membawa kutukan di dunia manusia.
"Kalau begitu. Berhentilah menganggu Todomatsu...." Totoko masih mengatakan hal yang sama. "Aku tidak ingin ada iblis lain yang mengetahui keberadaannya. Kau tahu sendiri betapa langkanya penyihir di jaman sekarang."
Sedari tadi sang ratu secara sukarela mengutarakan maksud tujuannya datang ke kamar tunangannya dengan jelas dan padat. Todomatsu ini Todomatsu itu. Hal tersebut membuat Osomatsu merasa geli sendiri. Rupanya sang ratu sangat menyayangi pengikutnya yang satu itu.
"Apa kau suka Todomatsu?" tanya Osomatsu seraya menyeringai lebar memamerkan taringnya. "Fufu...Sejak kapan? Seleramu aneh sekali..." ledeknya.
"Be-berisik!!!" Wajah Totoko memerah padam. Perempuan itu sama sekali tidak menyadari keterus terangannya. Selama ini dia berusaha menyembunyikan fakta tersebut. Tak di sangka yang pertama kali menyadari perasaannya adalah tunangannya sendiri.
"Hahaha!!" Tawa Osomatsu kian meledak. Tidak pernah dalam hidupnya ia menyaksikan sang ratu bertingkah seperti perempuan pada umumnya.
Setelah tawanya reda. Osomatsu menyeka air mata kebahagiannya. "Kenapa ratu sepertimu bisa jatuh cinta pada manusia lusuh sepertinya?" tanyanya sambil melirik ke arah atas. Dimana Totoko sudah mengangkat satu tangannya dengan posisi tangan mengepal.
Tangan Totoko terhalau oleh cengkraman tangan Osomatsu. Gagal melancarkan serangan, mau tak mau sang ratu menarik kembali tangannya. "Hmph!" Ia menolak untuk menjawab dan berputar membelakangi Osomatsu. "Kau juga....Jatuh cinta pada makhluk lemah seperti...peri?" ujarnya setengah berbisik. Dia memang pernah mendengar rumornya, dan dia tidak begitu peduli.
"Peri penjaga danau suci," terang Osomatsu lebih lengkap. "Dia makhluk yang di ciptakan dewa bumi untuk menjadi personifikasi gunung Akatsuka."
"Peri penjaga?" Totoko mendengus kasar. Jujur saja dia sama sekali tidak berminat pada penjelasan Osomatsu. "Kalau begitu kejar sana makhluk itu. Kenapa kau malah mendekati Todomatsu?"
"Kau tidak tahu?" Osomatsu berjalan mendekati Totoko lalu berdiri di depan sang ratu iblis yang menatapnya judes. "Todomatsu juga memuja Choromatsu," katanya sedikit berhati-hati. Mungkin saja Totoko masih belum tahu kalau dia diduakan oleh pengikutnya sendiri.
Namun Totoko masih terlihat tenang. "Choromatsu? Peri penjaga danau suci?" Sang ratu mengetuk pelipisnya dengan satu jari beberapa kali, mencoba mengingat. "Ah!" Setelah beberapa saat akhirnya ia mengingat sesuatu. "Dia peri yang di sayang oleh dewa bumi kan? Pantas saja...." gumamnya sambil mangut-manggut, meninggalkan Osomatsu yang semakin kebingungan akan reaksinya yang beraneka ragam.
"Bahkan di kehidupanmu yang ini pun kau masih mencintainya huh?" ujar Totoko lalu menghela nafas panjang. "Lakukan sesukamu....." Entah kenapa tiba-tiba ia berubah pikiran. Totoko tidak lagi meminta Osomatsu untuk menjauhi Todomatsu.
Sungguh misterius. Dengan cueknya Totoko mendekati pintu keluar hendak meninggalkan tunangannya yang sudah di buatnya penasaran. Sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, Osomatsu menghalanginya.
Tangan sang pangeran mendorong pintu dengan kuat, menahannya agar tidak jadi di buka. "Totoko-chan kau tadi baru mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak kupahami," katanya sambil menjaga posisinya.
"Oh begitu. Kau kan bodoh," jawab Totoko asal seraya memaksa untuk membuka pintu.
"Tu-tunggu! Totoko-chan!!" Kekuatan sang ratu iblis tiada tara. Meski Osomatsu bisa menyainginya, belum tentu pintu kamarnya masih bisa tetap utuh. "Ta-tadi kau bilang kehidupan di masa ini kan? A-aku sungguh penasaran mengenai hal itu!!" teriaknya pasrah.
"Haa!!?" Totoko semakin beringas. "Kau pangeran kan. Masa begitu saja tidak tahu!!"
"Ten-tentu aku tahu tentang--- O-oi tu-tunggu sebentar Totoko-chan!!"
KRAAK!!! Sesuai dugaannya. Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, pintu kamarnya hancur. Tanpa ambil peduli Totoko menyusup keluar melalui retakan besar ulah mereka berdua.
OXO
Ichimatsu baru pulang setelah mengantarkan arwah masuk kedalam antrian penghakiman sang raja iblis. Langkahnya terhenti dikarenakan mendengar suara teriakan familiar memenuhi lorong tempatnya berjalan.
Kenal betul siapa pelaku kehebohan tersebut. Ichimatsu memutuskan untuk menghadang sang pangeran iblis dan ratu iblis yang tengah memperdebatkan sesuatu.
"Osomatsu nii-san. Totoko-chan. Apa-apaan kalian?" tanya Ichimatsu.
Sang dewa kematian di buat terkejut oleh penampilan sang pangeran yang sudah nangis kejer karena semua pertanyaannya di abaikan oleh tunangannya, dan malah di jawab dengan segala makian kasar oleh wanita iblis itu.
"Si brengsek ini tidak berhenti mengejar ku!" jawab Totoko seraya mendorong Osomatsu untuk lebih menjauh darinya. Terlihat dari raut wajahnya, dia sudah muak akan Osomatsu yang terus merengek jawaban kepadanya.
"Habisnya Totoko-chan...." Osomatsu menunduk lemas sambil menyeka air matanya yang sudah seperti banjir. "Hiks tidak menjawab sih...."
"Tsk!" Totoko mendecih kesal. "Bajingan! Kenapa ada pangeran secengeng dirimu!" Sang ratu yang ringan tangan langsung menonjok wajah tunangannya tanpa berpikir panjang. Lalu menarik kerahnya dan menguncang-guncang tubuh iblis yang nyawanya hampir melayang itu.
Mau dilihat dari segi manapun. Ini terlihat seperti seorang anak kecil yang membully teman sekelasnya. "Hen-hentikan kalian berdua!" Ichimatsu tidak tahan menontonnya. Jadi dia memberanikan diri berdiri di antara mereka. "Ingat status kalian. Apa kata iblis lain kalau melihat kalian berdua seperti ini!?" tegurnya.
Totoko dan Osomatsu sudah berteman sejak kecil. Meskipun telah menyandang status tinggi di kerajaan, dan sudah menjain hubungan pertunangan. Tapi kelakuan keduanya terhadap satu sama lain tidak pernah berubah.
"Ichimatsu~" Osomatsu kembali berlinang air mata, kali ini air mata terharu karena sudah di selamatkan sang dewa kematian yang kebetulan sedang berbaik hati hari ini.
"Jadi bisa aku tahu apa yang membuat kalian seperti ini?" tanya Ichimatsu mengabaikan tangisan cengeng Osomatsu. "Aku mengharapkan alasan yang masuk akal."
Totoko bersedekap dada. Meski dia tidak menghormati tunangan bodohnya, bukan berarti dia akan memperlakukan sang dewa kematian dengan cara yang sama. Dasar pangeran payah, nasibnya terlalu beruntung hari ini.
"Si bodoh ini..." tunjuk Totoko ke arah Osomatsu dengan lirikan tajam dan dinginnya. "Bilang kalau dia tidak ingat kehidupannya di masa lalu," lanjutnya lalu membuang muka.
Ichimatsu menggut-manggut. "Kehidupan di masa lalu yang mana?" tanyanya meminta lebih spesifik. Walau sudah mengetahui kehidupan lampau yang mana yang menjadi sumber masalah. Informasi darinya sangatlah mahal.
Totoko bergidik bahu. "Entahlah~" jawabnya berpura-pura. Seperti Ichimatsu, Totoko sepertinya tidak begitu ingin menjawab pertanyaan Osomatsu. Dunia ini tidak adil.
"Kita tadi membahas Choromatsu!" sahut Osomatsu yang sudah habis kesabarannya. "Asal kalian tahu. Paling tidak aku ingat apa saja yang terjadi pada jiwaku sebelum aku terjebak di era ini bersama kalian!" ujarnya mengertak
Perempatan siku-siku menghiasi wajah cantik Totoko. "Kalau begitu kau tidak perlu bertanya-tanya lagi kan?" tanyanya sambil mengepalkan satu tangannya lagi.
"Su-sudah kubilang hentikan kalian berdua...." Sebelum terjadi kekerasan yang sama, Ichimatsu kembali mengingatkan. "Osomatsu nii-san daripada kau menganggu Totoko-chan bukannya lebih baik kau mencari apa yang kau inginkan di dalam perpustakaan?" tawarnya sebagai jalan keluar terakhir.
"Perpustakaan?" tanya sepasang tunangan serentak.
OXO
"Hmph! Silahkan bersenang-senang dengan setumpuk dokumen kuno..." Demikian ujar sang ratu sebelum ia mengundur kan diri dari hadapan sang dewa kematian dan tunangan bodohnya.
Menggantikan Totoko. Sekarang Ichimatsu lah yang terjebak bersama Osomatsu. Ia membiarkan sang pangeran yang tak pernah sekalipun menyentuh dokumen kehidupan, berkeliling mengitari perpustakaan yang merangkap sebagai ruang kerjanya dan rumah keduanya.
"Na Ichimatsu. Dari mana aku harus memulai?" tanya Osomatsu sambil memperhatikan setiap lebel yang tertempel di atas rak buku. "kau pasti tahu yang mana kan?"
"Cari saja sendiri. Aku sibuk," jawab Ichimatsu dingin lalu duduk di area tempat kerjanya. "kalau kau rajin. Cepat atau lambat kau pasti mendapatkannya kan?"
Sebenarnya bisa saja dia langsung menyerahkan folder dokumen "Matsu" kepada Osomatsu. Namun itu menyalahi aturan. Lebih baik Osomatsu sendiri yang menemukannya.
Osomatsu cemburut tapi dia tetap mengikuti apa yang dikatakan Ichimatsu. Ucapan sang dewa kematian membangkitkan rasa penasarannya dan dia menyadari kalau entah kenapa orang-orang sepertinya sedang menguji dirinya.
To be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top