The Come Back Reunion


"Kukira kau mau membahas apa. Rupanya kau juga menarget kotak Pandora?"

Todomatsu meletakan satu tangannya di pinggang. Pemuda itu menatap risih iblis yang tengah duduk di lantai rumahnya sambil menyantap buah persik yang baru di panen dengan rakus.

"Buat apa makhluk sepertimu menginginkan keabadian dan kekayaan?" tanya si penyihir lalu mendekati Osomatsu. Langkahnya pelan namun berani. Pemuda itu membungkuk untuk melihat wajah si pangeran iblis lebih jelas.

"Aku cuma tanya dimana kau menyimpannya," jawab Osomatsu sambil mengkraus buah di tangannya. Cara makannya sangat berantakan. Wajah dan tangan si iblis lengket lantaran getah buah persik yang muncrat di setiap gigitannya. "Kau tahu apa isi kotak tua tersebut?"

"....Tentu saja aku mengetahuinya." Todomatsu memicingkan matanya. Ulah si iblis mengotori rumahnya, setelah ini dia harus mulai bersih-bersih dari awal lagi. "Kalau tidak sudah lama aku menyerahkan kotak itu kepada para cecunguk itu."

Osomatsu masih terlihat tidak begitu peduli. Si iblis melanjutkan makannya sambil menggoyangkan ekornya yang berbentuk seperti simbol anak panah. ".....Yah. Maka karna itu aku penasaran," ujarnya di tengah mengunyah. "Darimana kau mendapatkan barang antik seperti itu?"

"Hmph! Kau repot-repot datang kemari hanya untuk pertanyaan bodoh ini?" Todomatsu kembali menegakan tubuhnya dan bersedekap dada. Dari tingkahnya, kelihatannya si penyihir tidak akan menjawab pertanyaan si iblis dengan mudah.

"Hahaha...." Osomatsu tertawa, mamamerkan betapa tajam gigi taringnya. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan Todomatsu, tapi rasanya pemuda penyuka warna pink itu tahu betul bagaimana menghiburnya.

"Tidak kusangka aku akan di buat penasaran pada makhluk rendahan semacam dirimu, manusia?" oceh Osomatsu lalu menelan buah terakhir yang ada di keranjang.

Mendapatkan sarkas dari sang pangeran iblis. Todomatsu tak gentar. Pemuda itu tersenyum miring. "Kau tidak perlu memujiku Osomatsu-nii san," balasnya tak kalah sarkas. "Mereka di sini sungguh tidak menganggapku sebagai manusia. Setidaknya aku tersanjung di anggap sebagai manusia oleh makhluk sekelas dirimu."

"Cih," decih Osomatsu tapi senyuman masih terpasang apik di wajahnya. "Kau memang bocah yang susah di atur huh. Bagaimana bisa Ichimatsu betah menghadapimu?"

OXO

"Kau membiarkan Totty bersama dengan Osomatsu-niisan!?"

Di tempat lain, jauh di dalam hutan Akatsuka. Choromatsu berdiri di tengah danau suci yang di jaganya. Sang peri penjaga memasang wajah datar melihat area kekuasannya di penuhi beberapa tamu.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali wilayahnya seramai ini. Mulanya kedatangan Karamatsu sangat mengejutkannya lalu datang Jyushimatsu, sekarang tamunya bertambah satu lagi, Ichimatsu sang dewa kematian yang tiba-tiba datang dengan membawa sebuah berita mengenai Todomatsu yang saat ini sedang bersama pangeran iblis.

Entah kenapa kabar itu sangat mengejutkan sang malaikat pembimbing.

Sementara Karamatsu. Manusia itu lebih sibuk bereaksi kaget setelah melihat sosok dewa kematian yang melegenda dengan mata kepalanya sendiri.

"Oi Jyushimatsu. Apa maksudmu kau membawa sialan-Matsu ini kemari?" tanya Ichimatsu kesal begitu bertatapan mata dengan Karamatsu yang malang.

Jyushimatsu terkesikap, Dia masih belum siap menjelaskan apa yang terjadi pada si biarawan muda. Darimana dia harus memulainya?

"Eh!? Kau tidak akan mencabut nyawaku sekarang kan?" teriak Karamatsu berawajah pucat.

Choromatsu masih diam memperhatikan mereka bertiga dari kejauhan. Meskipun berisik dan meneyebalkan. Dadanya mengembang, bibirnya tersenyum tipis, di rasanya ia melihat pemandangan yang sama di suatu tempat yang jauh.

Sang peri membiarkan ketiga tamunya berasa di rumah sendiri. Choromatsu menikmati suasana damai namun ramai di danaunya, berdiri mengambang di atas danau sambil bersedekap dada. Sesekali ia tertawa akan kelakuan Ichimatsu yang menganak tirikan Karamatsu, dan Jyushimatsu yang berusaha menjadi penengah di antara mereka.

Sampai akhirnya dia di sadarkan oleh hawa dingin yang asing.

Kedua bola mata Emeraldnya membulat sempurna. Choromatsu bisa merasakannya. Peri berperawakan remaja kecil itu memeluk tubuhnya sendiri, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Sesuatu atau seseorang melewati jalan setapak miliknya. Sebagai penguasa area tersebut, Choromatsu yang paling pertama menyadari kedatangan makhluk asing tersebut. Karamatsu, Jyushimatsu, dan Ichimatsu sepertinya belum merasakan hawa dingin yang berlahan membuatnya tubuhnya mengigil.

"Kelihatannya. Hari ini aku mendapatkan banyak tamu," ujar Choromatsu lalu melangkah menuju daratan. Ketika kedua telapak kakinya menginjak rumput hijau yang lembut, sang peri di hadapkan dua sosok laki-laki. Satunya merupakan seseorang yang sangat di kenalnya, Todomatsu si penyihir muda atau tak lain adalah satu-satunya manusia yang memujanya saat ini.

Dan sosok yang satu lagi. Pupil kecil Choromatsu bergeser menuju satu makhluk yang sejauh pengetahuannya tidak pernah menginjakan kakinya kedalam wilayahnya. Kepada sosok itu, Choromatsu menatapnya tajam, sinar matanya menunjukan rasa curiga.

"Namaku Choromatsu, peri penjaga danau suci hutan Akatsuka. Ada perlu apa pangeran iblis mendatangi makhluk rendahan seperti diriku?"

Saat ini sang peri berbicara sebagai salah satu sosok makhluk mulia. Suaranya yang tenang menggema di seluruh wilayah hutan. Pada saat yang sama burung-burung berterbangan menjauhi area tersebut, beberapa hewan berkaki empat yang sebelumnya berada di sana juga ikut lari meninggalkannya.

Sudah lama Todomatsu, Ichimatsu, maupun Jyushimatsu tidak menyaksikan kilauan cahaya hijau sang peri penjaga hutan. Setengah badan sang peri di balut oleh akar tumbuhan berduri. Tatapan hangat sang peri berubah dingin dan jauh.

Choromatsu adalah makhluk yang di sayang oleh dewa bumi. Cahaya hijau dan akar tumbuhan yang menyelimutinya merupakan sistem pertahanan yang muncul dari alam bawah sadar sang peri yang di beri sifat 'kebajikan' oleh sang dewa bumi.

Alasan kenapa Karamatsu termasuk kedalam pihak yang pertama kali menyaksikan adalah karena Choromatsu yakin pria itu tidak berbahaya dan kedatangannya tidaklah resmi.

Seperti dunia fana. Di dalam dunia supranatural pun ada yang namanya peraturan. Mungkin terdengar konyol di telinga manusia, tapi peraturan tersebut bersifat universal dan bertujuan untuk melindungi makhluk kelas tengah seperti Choromatsu dan Jyushimatsu.

Awalnya agama di sebarkan dengan teori yang berdasarkan peraturan tersebut. Dan para penyihir di tugaskan untuk mengajari para manusia awam untuk memahami peraturan tersebut dan mengambil referensi darinya.

Peraturan tak lain adalah alasan Osomatsu tidak bisa bertemu dengan Choromatsu seenaknya. Sang pangeran iblis harus menempuh jalan yang panjang untuk sampai di tempatnya saat ini.

"Choromatsu nii-san....." Todomatsu memberanikan diri untuk bersuara. Pemuda itu sama sekali tidak menyangka kalau sang peri sampai sewaspada itu terhadap Osomatsu. "Kau....tidak perlu mengkhawatirkan si bodoh ini...." lanjutnya lalu menghela nafas panjang.

"Aw Choroma-chan. Kau mengenal diriku!?" seru Osomatsu kegirangan sambil menunjuk-nunjuk wajahnya sendiri. Bukan pertama kalinya sang pangeran iblis bangga akan ketenarannya.

Choromatsu mengerutkan dahinya. "Ch-choro apa?" tanyanya tak mempercayai pendengarannya sendiri. Siapa sangka dia akan mendapatkan julukan akrab dari sang pangeran iblis di awal pertemuan mereka.

Ichimatsu menepuk jidatnya. "Todomatsu. Kau sungguh membawanya kemari!?" keluhnya sambil memegangi kepalanya. "Kenapa pula kau dan Jyushimatsu harus datang bersamaan ?"

Karamatsu yang malang sama sekali tidak memahami apa yang barusan terjadi di depannya. Pria itu hanya bisa bengong di tempat. Sementara Jyushimatsu, malaikat berbaju kuning keemasan itu garuk-garuk kepala saking binggungnya.

"Ichimatsu-nii san mana aku tahu kalau Jyushimatsu- nii san ada disini," jawab Todomatsu santai lalu melihat Karamatsu yang bengong di sebelah Jyushimatsu. "Pendeta Karamatsu?" panggilnya heran.

"Eh? Heeh!!???" Karamatsu tidak tahu harus berbicara apa. Hari ini dia terlalu banyak mendapatkan kejutan.

Semuanya berawal dari dirinya yang bisa melihat malaikat pelindungnya, Jyushimatsu. Lalu tenggelam di danau suci yang di cari-carinya dan bertemu peri penjaga yang di dambakannya, Choromatsu. Setelah itu ia bertemu dengan seorang pria berpakaian serba hitam yang mengaku sebagai dewa kematian, Ichimatsu. Dan yang terakhir ia bertemu kembali dengan seorang pria yang sangat mirip Osomatsu dan si penyihir yang di kabarkan hilang, Todomatsu.

"Eh? Aku tidak hanya mirip. Aku memang Osomatsu," ujar si pemilik nama, kali ini menoleh ke arah Karamatsu, menambah kebingungan pria malang itu. "Aku tidak sempat mengatakannya. Kau tumbuh sebagai pria yang cukup menawan huh?" lanjutnya diikuti senyuman lembut yang membawa nostalgia bagi sang biarawan muda.

"Akhirnya kita berenam berkumpul kembali." Ichimatsu menghela nafas panjang dan mengusap belakang lehernya. "Lalu apa?" tanyanya dengan nada malas ke arah Todomatsu.

"Aku sama sekali tidak tahu apa-apa," jawab Todomatsu sambil menjulurkan setengah lidahnya. "Bukannya yang begituan keahlian mu ya?"

Ichimatsu cemberut. Mereka pikir makhluk seperti apa dewa kematian itu? Dia bukan tukang ramal di pinggir jalan, begitu pikirnya sambil memandang ke arah Osomatsu dengan sewot, Ini semua salah Osomatsu yang jatuh cinta pada Choromatsu, rutuknya di dalam hati.

"Ha? Jadi kau anak kecil yang waktu itu!" seru Choromatsu sambil menunjuk ke arah Osomatsu yang nyegir lebar. Dilihatnya sang pangeran dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Auramu berbeda jauh dari yang terakhir kali ku ingat...." kata si peri masih tak percaya.

".....Osomatsu kau pernah tenggelam di danau ini?" Karamatsu bertanya sambil melihat ke dalam danau dengan was-was. "Apa karena itu kau menjadi iblis?" tanyanya hanya untuk jaga-jaga.

"Mana mungkin lah!" jawab Jyushimatsu seraya memukul punggung Karamatsu. "Kau pikir danau seperti apa yang di jaga Choromatsu nii-san!?" serunya sambil mengangkat tongkat baseball kesayangannya.

"Hahaha..." Osomatsu tertawa. "Kau punya imajinasi yang tinggi huh Karamatsu," timpalnya sambil memegangi perutnya yang sakit lantaran terlalu banyak tertawa.

Tempat itu menjadi jauh lebih ramai daripada sebelumnya. Ichimatsu menatap jenggah interaksi Osomatsu dan yang lainnya. Mereka berempat terlalu akur untuk ukuran beberapa makhluk berbeda spesies yang saling bertemu untuk pertama kalinya. Todomatsu hanya bisa tertawa datar menanggapi reaksi si dewa kematian yang nampak keberatan dengan pertemuan mereka berenam.

Ichimatsu mengubah titik pandangnya. Sang dewa kematian memperhatikan si peri penjaga danau dalam-dalam. Choromatsu lebih banyak berekpresi, kulit pucatnya terlihat lebih berawarna, dan yang lebih penting peri itu sedang tertawa. Asyik berbincang dengan kedua teman barunya, Osomatsu dan Karamatsu. Berkat Jyushimatsu, Choromatsu sudah melupakan hawa mematikan pembawaan Osomatsu.

"Sepertinya aku di kutuk. Mau di era manapun aku harus bersama kalian berlima....." oceh Ichimatsu lalu tersenyum simpul. "Terutama karena aku harus mengingat apa saja yang terjadi di antara kita berenam."

Todomatsu ikut tersenyum. "Tapi kelihatannya kau bahagia mendapatkan kutukan itu?" godanya sambil menyikut sang dewa kematian yang sepertinya terharu akan pertemuan mereka hari ini.

OXO

"Apa kau punya hubungan dengan Totoko?" tanya Osomatsu saat masih berada di rumah Todomatsu. "Aku yakin. Sebelum aku di lempar ke dunia manusia, kotak pandora itu ada di tangan sang ratu iblis."

"Kudengar waktu aku kecil. Totoko mendapatkan hadiah dari salah satu penyihir yang memujanya," terang Osomatsu sambil menggosok dagunya. Semua yang di katakannya hanyalah sekedar ingatan samar, dia tidak begitu yakin.

Sang ratu iblis Totoko atau beberapa dekade ini di kenal sebagai iblis betina yang bertunangan dengan pangeran putra mahkota.

Di neraka iblis jantan dan betina memiliki tugas yang berbeda. Oleh sebab itu, kerajaan neraka di bagi menjadi dua wilayah dengan dua kepimimpinan yang berbeda. Saat ini sisi timur merupakan kekuasan dari raja iblis Tougo, sementara sisi barat ada di dalam kekuasan ratu iblis Totoko.

Kaum hawa selalu di anggap lebih cepat dewasa daripada kaum adam. Maka karna itu posisi ratu iblis selalu di ambil oleh putri tunggal kerajaan di usianya yang masih belia. Kebijakan tersebut ada di karenakan betapa langkanya iblis perempuan dan betapa pendek umur mereka apabila di bandingkan iblis laki-laki.

Sistem kasta di neraka terbalik dengan yang ada di dunia manusia. Apabila manusia selalu membanggakan anak laki-laki, kaum iblis selalu mengutamakan anak perempuan.

Wanita iblis sangatlah menakutkan. Mereka di lahirkan sebagai spesies jenius dan mendekati kesempurnaan dari segi penampilan maupun kekuatannya.

"Jadi?" Osomatsu tersenyum miring. Ekor matanya memperhatikan gerak gerik Todomatsu yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.

"Tidak mungkin kan kau mencuri kotak itu dari Totoko-chan?"

Todomatsu mendengus kasar. Dia sudah muak di sudutkan oleh Osomatsu dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyusahkan dirinya.

"Seharusnya kau bisa menebaknya kan," ujar si penyihir kesal. "Daripada mengurusi kehidupan pribadiku. Kau pasti punya alasan untuk mendatangiku seperti ini kan?"

"Oh kau cepat tanggap Totty!" Osomatsu menepuk tangannya sekali. Sedari tadi dia sudah takut kalau-kalau Todomatsu akan mengusirnya. Namun ternyata 'bujukan'nya berhasil.

"Ini tentang sang peri penjaga danau suci....."

Begitulah bagaimana Osomatsu mendapatkan persetujuan dari Todomatsu untuk membawanya masuk ke wilayah suci milik Choromatsu. Mereka berdua sama sekali tidak menyangka kalau saat itu sang peri kedatangan banyak tamu.

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top