1
Duk
"Dasar anak sialan. Bodoh, kau pikir kau hebat, hah!"
Buk
"Sudah tak punya apa-apa. Kau hanya beruntung selamat."
Buk ... buk
Buk.. buk
Lelaki berusia 18 tahun tersungkur ke tanah setelah menerima pukulan bertubi-tubi di wajah serta perutnya. Dia diserang oleh lima orang lelaki, awalnya dia bisa melawan tapi tenaganya sudah terkuras habis. Ia tidak bisa melawan lagi. Sekarang tubuhnya sudah mati rasa, ia pasrah. Mungkin benar, ini adalah salah satu cara terbaik baginya untuk menyusul kedua orangtuanya yang meninggal seminggu yang lalu.
"Aku tahu sebenarnya kamu tidak ingin mati sekarang."
Jungkook berusaha membuka matanya begitu mendengar suara asing diantara suara pukulan.
Ia melihat kaki seseorang berdiri dibelakang orang yang memukul Jungkook.
'Siapa?'
'Aku akan membantumu lepas dari orang-orang ini dan mencari tahu siapa yang membunuh keluargamu.'
'Benarkah? Kenapa kamu mau membantuku?'
'Kamu manusia yang sedang aku cari. Mari buat perjanjian. Aku akan membantumu tapi kamu harus berikan jiwamu padaku jika misi ini selesai.'
Jungkook terdiam. Ini aneh, orang-orang masih saja memukulinya tanpa ampun seakan Jungkook adalah samsak tinju tapi ia bisa mendengar orang itu dengan jelas. Orang itu bilang akan mengambil jiwa Jungkook, apakah artinya dia akan mati?
'Ya... balasan akan jasaku membantumu adalah dengan mengambil jiwamu atau bisa dibilang kau akan mati.'
Jungkook tersenyum. Apa gunanya dia hidup berlama-lama di dunia ini jika dia hanya sebatang kara. Tapi sebelum dia mati, Jungkook harus membalaskan dendamnya kepada orang yang membunuh kedua orangtuanya.
'Ya... aku setuju.'
Sosok laki-laki yang menggunakan pakaian serba hitam itu tersenyum. Dia menjentikan jarinya lalu muncul cahaya. Orang-orang yang menyerang Jungkook terkejut melihat cahaya itu lalu terdengar suara triakan. Cahaya itu menghilang diikuti tiga orang laki-laki yang lenyap.
====***====
"Jaga sikapmu saat di sekolah jangan sekali-kali berbuat ulah. Jangan merepotkan aku nanti."
Jungkook mengangguk mendengar perintah dari pamannya. Setelah orangtuanya meninggal akibat kecelakaan mobil Jungkook tinggal bersama pamannya, adik dari ayah Jungkook. Jungkook harus pindah dari busan ke Seoul karena paman Jungkook tinggal di Seoul.
Jungkook membuka pintu mobil lalu keluar dari mobil Mercedes Benz milik Jeon Joon Ha, paman Jungkook. Jungkook membungkuk sebagai ucapan terimakasih karena sudah diantar. Joon Ha langsung melajukan mobilnya meninggalkan pintu gerbang sekolah Jungkook yang baru.
Hari ini merupakan hari pertama Jungkook di sekolah barunya. Sejujurnya Jungkook tidak ingin tinggal bersama pamannya, ia memilih tinggal sendiri karena menurut dia uang yang ditinggalkan ayahnya cukup untuk menghidupi dirinya sendiri sampai lulus sekolah. Setelah itu ia akan mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri. Namun, karena Jungkook masih dibawah umur dan ia masih punya keluarga lain Jungkook diminta tinggal bersama keluarga Joon Ha.
Awalnya Joon Ha menerima dengan baik Jungkook, setidaknya di depan keluarga besar Jeon, tapi setelah Jungkook menginjakan kaki di rumah Joon Ha di Seoul sikap ramah pamannya itu berubah. Jungkook menyadari jika pamannya itu tidak sepenuhnya menerima dia di keluargannya.
"Ingat saat nanti kamu masuk, Jangan bilang kalau kita sepupu." Suara baritoon itu muncul dari Jeon Han Bi, sepupu Jungkook yang seumuran dengannya. Hubungan Jungkook dan Hanbi tidak baik semenjak mereka masuk SMA, Jungkook sendiri tidak tahu apa yang menyebapkan Han Bi menjauh darinya. Dulu mereka sangat akrab. Han bi berjalan lebih dulu masuk ke Seuli High School.
"Kenapa kau hanya diam saja diperlakukan seperti itu?"
Jungkook hanya melirik sekilas ke V, tanpa menjawab pertanyaan dari si arwah itu Jungkook memutuskan menyusul Han Bi. Tentu saja bukan menyusul dengan berjalan di samping Han Bi, Jungkook berjalan di belakang Han Bi dengan jarak cukup jauh. V yang tidak mendapatkan respon dari Jungkook hanya mendengus, namun ia tetap mengikut Jungkook memasuki sekolah barunya.
"Dimana ruang guru?" Jungkook berguma.
"Mana aku tahu, kenapa kau tidak bertanya. Kau punya mulutkan." Jawab V dengan sinis, ia kesal karena Jungkook seperti tidak punya semangat hidup untuk menjalani hari-harinya.
Bahkan ketika dia diperlakukan tidak baik oleh keluarga pamannya, Jungkook hanya diam. Padahal V sudah menawarkan untuk memberi mereka pelajaran, seperti membocorkan ban mobil Joon Ha dan mengambil salah satu buku pelajaran Han Bi agar laki-laki itu kebingungan menyadari bukunya sudah lenyap saat pelajaran di kelas. Tapi jawaban Jungkook hanya diam. V kesal karena Jungkook terlihat sangat pasrah.
V bertemu dengan Jungkook saat laki-laki remaja itu dalam kesulitan dan merasa frustasi karena ditinggal kedua orangtuanya. V mengulurkan tangan untuk membuat perjanjian dengan Jungkook, Jungkook sepakat dengan tawaran V. Tapi setelah itu Jungkook malah terlihat tidak peduli dengan V.
Jungkook sudah memasuki gedung utama Seuli High School. Di hall depan terlihat begitu banyak murid berlalu lalang. Jungkook memilih mengikuti intuisinya untuk berjalan ke lorong sebelah kanan. V masih mengikuti di belakang Jungkook. Ia memperhatikan anak laki-laki itu yang terlihat anti sosial, ia seperti sangat meminimalisir berinteraksi dengan orang lain.
Bisa dilihat dari tingkah Jungkook yang tidak mau bertanya di mana letak ruang guru malah memilih untuk mencari sendiri. V menggelengkan kepalanya, bisa saja ia langsung memberitahu letak ruang guru kepada Jungkook tapi ia memilih diam, biarkan saja anak muda itu berusaha sendiri.
Bruk
"Ouch." V menutup matanya setelah melihat seongok, lebih tepatnya seseorang jatuh dari tangga di samping kiri Jungkook yang sedang berjalan. V membuka kedua matanya "Pasti sakit." Guma V. Ia melihat badan Jungkook sudah tergeletak di lantai dengan seorang perempuan di atas lengannya.
"Aigooo... Sang Mi. Apa kau tidak apa-apa? Sudah aku bilang perhatikan langkahmu." Lee Hae ri dan dua temannya menghampiri Sang Mi, ia membantu Sang Mi untuk berdiri. Hae Ri dan Min ah sibuk bertanya keadaan Sang Mi.
"Gwencana?" suara itu tepat di samping Jungkook yang sudah dalam posisi duduk. Jungkook sedikit tersentak. Shin Jungyung menatap Jungkook dengan wajah bingung. Jungkook mengerjab matanya. Ia segera berdiri dari duduknya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Jungkook menundukkan kepalanya lalu berjalan pergi. Jungyung terpaku sesaat lalu ia melihat Sang Mi berlari mengejar Jungkook.
"Apakah kau terluka? Maafkan aku sudah menimpamu tadi, pasti lenganmu sakit. Apa perlu aku antar ke ruang kesehatan untuk memeriksa lenganmu?" Sang Mi terus bertanya disepanjang langkahnya mengikuti Jungkook. Jungkook menghentikan langkahnya, Sang Mi ikut berhenti. Jungkook menatap Sang Mi, Sang Mi merasa gugup ditatap intens oleh Jungkook.
"Maaf, ruang guru di mana ya?" V yang masih setia mengikuti dibelakang bertepuk tangan. Akhirnya Jeon Jungkook berbicara juga.
"Eh... Ruang guru di lantai dua. Kau naik tangga tadi lalu belok ke kiri."
Jungkook melihat ke arah telunjuk Sang Mi mengarah. Jungkook juga melihat tiga teman Sang Mi masih di sana dan beberapa murid sudah berkumpul dibelakang mereka. Mereka seperti penasaran apa yang telah terjadi. Jungkook menyentuh leher belakangnya. Apakah ia sudah membuat keributan?
"Ah... baiklah. Terima kasih." Jungkook menundukan kepala lagi lalu berjalan ke arah tangga dengan kepala tertunduk. Ia merasa sepanjang langkahnya diikuti oleh puluhan pasang mata, Jungkook tak nyaman dengan atmosfer ini. Hal yang diharapkan Jungkook selama di sekolah barunya Ia tidak mendapat masalah dan menjauh dari atensi orang-orang. Jika bisa ia lebih ingin orang-orang tidak menyadari keberadaannya.
"Kau sangat introvert ya..." Ucap V begitu mereka sudah menginjakkan kaki di lantai 2.
"Ya...aku tidak suka berada di keramaian. Itu sangat melelahkan."
V mengehentikan langkahnya. Ia membiarkan Jungkook berjalan di depannya. Mata hitamnya melihat Jungkook yang behenti di depan pintu, ia mengetuk pintu tersebut lalu masuk.
V tersenyum kecil setelah Jungkook masuk ke dalam ruang guru.
"Ya... melelahkan beriteraksi dengan manusia yang penuh dengan topeng." Guma V.
====***====
Jungkook berada di depan kelas 2-4 begitu dia mendengar guru menyuruhnya masuk. Ia melangkah masuk ke dalam kelas. Jungyung dan Haeri yang berada di kelas 2-4 terkejut melihat Jungkook ternyata adalah murid baru di kelas mereka, Haeri segera membuka ponselnya dan mengirim pesan ke grup chat mereka yang beranggotakan Sang Mi, Min Ah, Haeri, dan Jungyung.
Haeri : Aigooo... namja yang kau patahkan lengannya ada di kelasku, Sang Mi
Sang Mi : Mwo? Jinja?
Jungyung membuka pesan yang dikirim Haeri grup chat mereka mendadak ramai. Namun Jungyung memilih tidak muncul di grup. Ia meletakan ponsel di laci mejanya lalu pandangannya fokus ke depan. Song Seonsaengnim menyuruh Jungkook memperkenalkan dirinya.
"Anyonghaseyo, namaku Jeon Jungkook aku pindahan dari Busan. Mohon kerjasamanya." Jungkook membungkukan badannya. Song menyuruh Jungkook untuk duduk dikursi yang kosong disisi kanan dekat dengan jendela. Jungkook berterima kasih lalu ia berjalan menuju meja barunya. Begitu dia duduk dikursinya. Baek Myung Dae yang duduk di belakang Jungkook menyentuh pundak Jungkook. Jungkook bebalik.
"Halo, perkenalkan aku Baek Myung Dae. Kalau ada yang ingin kamu tanyakan, tanyakan saja padaku Jungkook ah. Semoga kau betah di sekolah ini." Myung Dae tersenyum kepada Jungkook. Jungkook balas tersenyum kecil.
"Terima kasih." Ucap Jungkook lalu ia kembali menghadap ke depan.
Sementara itu V duduk diatas tepi jendela di samping Jungkook. Ia mengamati suasana kelas baru Jungkook dan interaksi Jungkook dengan anak bernama Myung Dae.
"Apakah sekarang kau menyesal aku sudah menyelamatkanmu?" ucap V. Jungkook beralih menatap V dengan tatapan tajam. V bisa merasakan perasaan Jungkook yang bergejolak tak tentu setelah mendengar pertanyaan V.
"Aku tahu kau pasti menyesal. Kau hanya merasa perlu mengetahui siapa yang membunuh orang tuamu. Kau yakin bahwa kecelakaan yang menimpa orang tuamu bukanlah kecelakaan biasa."
Hati Jungkook terasa bergemuruh penuh amarah. Matanya memancarkan kobaran api penuh rasa kesal. Ucapan V terdengar menyebalkan di telinga Jungkook. Dia benci harus mengakui bahawa V benar, ia menyesal tidak membiarkan orang-orang jalanan itu membunuhnya sekalian saat ia masih di busan, ia menyesal membuat perjanjian dengan V, ia menyesal harus ikut pamannya ke Seoul dan hidup bagai Cinderella, diperlakuakan bak anak tiri yang tak dianggap. Mengingat semua hal itu rasanya Jungkook ingin mati saja. Apa alasan dia untuk hidup di dunia ini jika ia tidak punya keluarga yang peduli padanya?
"Jungkook-ah, apakah kau baik-baik saja? Apakah ada sesuatu di luar yang mengganggumu?" Tatapan Jungkook kepada V terputus saat mendengar Myung Dae memanggil nama Jungkook. Jungkook ingin mengumpat, kenapa Myung Dae sok akrap memanggil namanya padahal mereka baru berkenalan.
"Ani, gwencanayo." Jungkook menyibukan dirinya menyiapkan buku untuk pelajaran selanjutnya. V tersenyum sinis. Ia berjalan mendekati meja Jungkook. Ia menundukan tubuhnya agar bisa menatap Jungkook.
"Yaa... Jungkook-ssi tidak masalah jika kau marah. Tunjukan saja, aku akan lebih senang melihatmu lebih jujur pada dirimu sendiri. Bukankah sebuah perasaan itu harus diterima oleh diri kita sendiri, karena itu memang muncul dari kita. Akan aneh rasanya jika kau berpura-pura tegar. Sama saja kau membohongi dirimu sendiri."
Amarah Jungkook sudah sampai ke ubun-ubun. Bisa kah V diam saja.
"Sesuai perjanjian, aku akan tetap membantumu. Jadi simpan saja amarahmu itu. Karena kau masih berhutang padaku."
V kembali menegakan badannya lalu ia berjalan menuju pintu keluar. Tubuhnya seketika menghilang begitu V sampai di depan pintu. Jungkook masih memproses kata-kata V. Tubuhnya masih terdiam, otaknya dipenuhi rasa kesal.
====***====
Saat istirahat Jungkook langsung keluar kelas. Ia pergi mencari tempat yang tidak ada orang. Sebuah tempat pembuangan sampah di belakang sekolah menjadi tujuannya. Di sana terdapat sebuah rumah dengan dinding besi terdapat beberapa tanaman di dalam sana dan bangku Panjang, Jungkook duduk di atas bangku tersebut lalu ia mengeluarkan posel dan earphonya, ia mulai mendengarkan music dari ponselnya.
"Dasar anak penyendiri." V muncul di depan Jungkook. Jungkook hanya menatap sekilas V lalu ia sibuk memilih lagu diponselnya. V mendengus.
"Apakah kau akan berdiam diri seperti ini? Kalau kau tidak bertindak bagaimana kita bisa menemukan kebenaran dari kematian orangtuamu."
"Aku membuat perjanjian denganmu, aku yang akan membayarnya harusnya kamu yang bertindak di sini. Untuk apa aku membayarmu dengan nyawaku kalau aku juga ikut terlibat." V tersenyum sinis. Sepertinya ia sudah meremehkan anak ini, ternyata Jungkook pandai berbicara. V menundukan kepalanya, menatap Jungkook. Jarak wajah mereka hanya beberapa senti saja. Jungkook balas menatap V tak ada rasa takut di dalam mata Jungkook.
"Biar aku bertahu padamu. Aku tidak tahu seluk beluk keluargamu. Bagaimana aku bisa mencari tahu siapa yang membunuh ayahmu."
Jungkook terdiam. Kata-kata V membuat ingatannya terlempar di malam ketika orangtua Jungkook masih berada di rumah duka.
Ia tidak sengaja mendengar seseorang menyebutkan kalau ayahnya sudah meninggal dan rencana berhasil. Hanya saja Jungkook tidak tahu siapa orang itu karena dia bersembunyi dibalik dinding. Ia tidak mempunyai kesempatan untuk melihat wajah dari orang tersebut. Itulah awal dimana mimpi buruk Jungkook datang. Ia merasa marah pada orang yang sudah merencanakan pembunuhan terhadap orangtaunya. Jungkook mencengkram kerah baju V
"Kenapa kau tidak langsung saja menyebutkan siapa yang membunuh orang tuaku? Aku tahu kamu pasti tahu kan, bukankah akan lebih baik jika kau sebutkan siapa dia lalu aku akan membunuhnya setelah itu kau bisa mendapatkan nyawaku. Hah!"
V menatap Jungkook dengan wajah datar. Teriakan Jungkook membuat kupingnya tidak nyaman. Ia mengegam tangan Jungkook yang mencengkram kerahnya.
"Kau tahu aku merasa bosan jadi aku memilih bermain-main di dunia ini. Kau masih berpikir pendek sekali. Ketahuilah aku memberi kesempatan untukmu untuk hidup. Dan... aku tidak tahu siapa yang membunuh orang tuamu. Aku memang arwah tapi aku bukan cenayang. Aku tidak punya kemampuan melihat masa depan atau masalalu."
Tanpa mereka sadari Jungyung yang berada tidak jauh dari tempat Jungkook telah menyaksikan Jungkook sendari tadi berbicara sendiri. Ia merasa heran dan penasaran. Kenapa ekspresinya begitu terlihat frustasi? Lalu siapa yang diajak bicara Jungkook? Pikiran Jungyung terhenti saat ponsel yang berada di gengamannya bergetar, panggilan dari Hae Ri. Jungyung menerima panggilan tersebut sambil mengerakan kakinya meninggalkan tempat itu.
V kembali menegakan tubuhnya, ia melirik ke tempat di mana Jungyung berdiri tadi. Ia tersenyum kecil. Tentu saja V bisa merasakan keberadaan orang lain di sana. Mari lihat apa yang akan terjadi, apakah gadis itu akan menyebarkan berita bahawa Jungkook aneh karena berbicara dan berteriak sendiri?
"Aku ingin kau menyelidiki perusahan HYH." Atensi V kembali pada Jungkook. Ia sedikit memiringkan kepalanya menatap namja kelas 2 SMA di depannya.
"Perusahaan tempat ayahku berkerja. Harusnya bulan depan keluargaku pindah ke Seoul karena ayah mendapatkan promosi untuk bekerja di kantor pusat dengan jabatan lebih tinggi. Aku rasa ada yang tidak suka jika ayahku mendapatkan jabatan itu, sehingga dia merencanankan pembunuhan kepada ayahku. Tapi na'asnya Ibuku juga ikut meninggal."
Sudut bibir V terangkat. Akhirnya Jungkook bisa diajak kerjasama juga.
Setelah mengutarakan rencananya kepada V, Jungkook Kembali ke kelasnya karena jam istirahat juga sudah berakhir. Begitu ia sampai di kelasnya, ia melihat ada satu kotak susu dan roti melon di atas mejanya. Ia melihat ke sekeliling kelas, teman di kelasnya terlihat sedang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.
"Hei, Jungkook aku tidak menyangka hari pertama kamu di sekolah ini sudah mendapatkan perhatian dari Sang Mi. Kau hebat sekali." Myung Dae menepuk pundah Jungkook.
"Siapa?" tanya Jungkook dengan sebelah alis terangkat.
"Lee Sang Mi, gadis tercantik di sekolah ini. Dia adalah model."
Jungkook mengambil dua makanan itu. Ia menatap sejenak susu pisang dan roti melon di tangannya, ia sama sekali tidak tahu siapa Sang Mi yang dimaksud oleh Myung Dae. lalu ia berjalan ke sudut belakang ruang kelas, tepatnya menuju tempat sampah. Jungyung yang mengetahui gerakan Jungkook memegang tangan namja itu sebelum makanan yang diberikan Sang Mi dilempar ke tempat sampah.
"Apa yang kamu lakukan?" Jungkook menatap Jungyung.
"Membuang makanan ini." Jawab Jungkook. Sekarang semua perhatian kelas tertuju pada dua orang tersebut, "aku tidak tahu siapa Sang Mi. Aku tidak menerima apapun dari orang yang tidak aku kenal."
"Kamu gila ,ya? Sang Mi memberikan makanan itu karena dia merasa tidak enak sudah melukai tanganmu tadi." Jungkook mengerjab mata. Melukai tangan, siapa? Sebelum Jungkook bertanya siapa yang dimaksud Jungyung guru pelajaran selanjutnya sudah datang. Ia menyuruh semua murid untuk kembali duduk di tempat masing-masing. Jungkook tidak jadi membuang makanan pemberian Sang Mi. Jungkook menatap Jungyung dari kursinya yang ternyata Jungyung juga sama menatap Jungkook.
"Kamu ada masalah apa dengan Sang Mi?" Jungkook memutuskan tatapannya kepada Jungyung saat mendengar Myung Dae bertanya.
"Tidak ada." Jawab Jungkook.
■========■
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top