XXXV. Bertarung Dengan Lucas
BAB XXXV
Bertarung dengan Lucas
*
Tatapan Ourin begitu tajam, menatap sosok tubuh yang adalah dirinya tetapi berasal dari kebencian di hati. Laki-laki itu adalah dia dalam bentuk iblis, dengan kebencian membara yang tercipta atas rasa sesal yang selalu membebaninya. Dia yang disebut Lucas, menatapnya tajam, menyeringai hingga taringnya terlihat menyelip di antara bibir.
Memejamkan kelopak, dirinya yakin bahwa rasa benci itu tidak sekuat ini. Mungkin satu-satunya kebencian yang tercipta adalah karena ayahnya sendiri yang tak mengakui kehadirannya, tetapi tidak dengan laki-laki yang adalah Raja Muda sekarang ini. Ouran tak pernah dibencinya, yang ada hanyalah rasa sesal terhadap takdir hidup mereka yang pelik.
Tawa membahana terdengar, Lucas menggelengkan kepala, tersenyum mengejek dan mendesah.
"Itulah kenapa kukatakan kalau kau selalu mengelabui rasa bencimu, jangan menghindarinya, Pangaran Ourin. Kau membenci Ouran yang telah membuat hidupmu menderita, mebalaskan dendam dengan mengurungmu dipenjara. Heh, apa katanya? Menebus dosa Ibunda? Yang benar saja."
Memejamkan mata dan menghela napas, ia tak ingin terpancing dengan ucapan laki-laki yang berparas sama dengan dirinya, hanya saja terlihat memakai wujud iblis. Ia tak pernah mereasakan benci kepada Ouran, kalau pun ada rasa benci di dadanya, itu adalah karena sang Ayah. Namun, rasa itu pun tak membuatnya terbutakan. Hingga akan melakukan apa saja untuk melampiaskan benci dengan dendam karena ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu kedamaian dan sayangnya kepada Ouran.
"Kau salah, Lucas. Aku tak merasakan hal sedemikian kepada Paduka Raja Ouran. Aku menyayanginya selayaknya sebagai seorang adik. Aku menyukai senyumnya, dan ingin mengembalikannya seperti dahulu, hatinya beku karena dendam masa lalu, dan aku ingin menghancurkan kebekuan di hatinya, hingga ia bisa melepaskan beban dendamnya dan akan tersenyum kembali. Itulah bukti rasa sayangku kepada Ouran."
Sosok bernama Lucas langsung berdiri, menatapnya dengan padangan kesal karena mendengar kata-kata yang baru saja ia ucapkan. Sementara itu, melihat postur tubuh yang mulai berubah, Ourin pun memasang kuda-kudanya, sepertinya memang kali ini ia akan melawan jati dirinya yang lain untuk membuktikan pernyataan mana yang benar. Pernyataannya yang mengatakan menyayangi sang Adik atau pernyataan Lucas yang membenci adiknya.
Serbuk Perak tidak akan bisa dipakai di dimensi ini, tentu saja kekuatan itu adalah milik Ouran dan sekarang ia sedang berada di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Wujud Elf melawan wujud iblis, untuk menguasai kekuatan iblis yang ia punya, mengendalikannya, maka ia harus bisa mengalahkan Lucas.
.
.
.
Seperti yang dikatakan oleh Raja Sahraverta ketujuh, Pangeran Luis pun bersiap untuk pergi ke Drakos setelah menguasai sihir terakhir yang diajarkan. Butuh waktu cukup lama, dengan dirinya yang adalah seorang Orc, cukup sulit untuk melafalkan bahasa Elf bagi lidahnya. Harus beberapa kali mengulang dan mendapatkan tangannya terbakar api jika melakukan kesalahan.
Sekarang, dirinya telah menguasai, yang pertama harus ia lakukan adalah memakai sihir teleportasi untuk berpindah tempat ke Drakos. Sihir tingkat tinggi karena harus melibatkan materi dan memindahkannya ke tempat yang berbeda.
Mencoba memfokuskan diri, setelah melakukan persiapan yang matang, Pangeran Luis pun memejamkan mata, mengangkat sebelah tangan dan mengucapkan mantra berteleportasi. Setelah mengucapkan mantra, sinar hijau keluar dari telapak tangannya. Di pijakan kaki, lingkaran biru dengan bintang segi enam pun terlihat bersinar. Tubuh Luis dilimpahi cahaya hijau, semakin pekat dan membuat dirinya perlahan menghilang.
Sepersekian detik, setelah melewati cahaya yang pekat dan nyaris membutakan mata, kelopaknya pun berkedip, menatap sekeliling dan menatap datran hijau pegunungan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Tempat yang amat berbeda dengan Kerajaan Surtaherus ataupun Kerajaan Ferifatyn. Inikah Drakos?
Tapak kakinya melangkah, menyisiri dataran hijau penuh dengan bukit-bukit, menajamkan auranya sehigga sayap putih dengan bulu lembut keluar dari punggung. Luis mengepak sayapnya dan melayang, menuju tempat yang telah diinformasikan oleh Ouran, sebuah pegunungan batu hitam yang adalah tempat sang Naga Hitam Agung mengitirahatkan diri.
Dari arah Selatan, seekor naga bersisik putih menghampirinya, mereka lalu terbang bersama menuju tempat yang menjadi tujuan, yaitu pegunungan batu hitam. Di sana, Luis melihat seekor naga bersisik hitam pekat, sunggu luar biasa.
Inilah sosok yang paling ditakuti di Tanah Kuntara, Naga Hitam Agung yang bahkan iblis pun tidak berani untuk menarik perhatiannya.
.
.
.
Dalam tempat antah berantah, Ourin menatap sosok yang terus saja mengolok-ngolok rasa sayangnya yang nyata ini. Ia memang tidak pernah mengatakan hal ini kepada siapapun, tetapi inilah yang ia rasakan. Dia tidak pernah membenci Ouran. Ketika menarik napas untuk menenangkan diri, makhluk itu berdiri dan berjalan ke arahnya.
Kegelapan pekat mengelilingi mereka, hanya seberkas jalan tanah setapak dan terlihat curam, di sinilah ia akan bertarung dengan makhluk ini untuk bisa mengendalikan aura iblisnya. Ourin mengangkat tangan, dan membacakan mantar. Kilauan keemasan keluar dari tangannya, mengarah ke Lucas yang sekarang berjarak cukup dekat dengan dirinya. Namun, sihir yang ia keluarkan dihenpaskan dengan mudah hanya dengan sebelah tangan, lelaki itu pun menyeringai dan mengepakkan sayap untuk langsung menyerang dirinya dengan kuku kuat nan tajam.
Bertarung dengan dirinya yang lain adalah sesuatu yang tak pernah Ourin sangka, tetapi inilah yang harus dilakukannya demi menyelamatkan Arran, demi negeri dan kedamaian, demi mengalahkan Lucifer.
Kuku nan tajam mengacung ke arahnya, dengan cepat ia dorong dengan mantra pelontar. Ia pejamkan mata, lebih berkonsentrasi untuk melibatkan materi. Api keluar dari tangannya, membuat sosok Lucas terus menghindari. Menyerang Ourin dengan api merah yang sama-sama membara.
Dari dalam kobaran api, Ourin mendekat, melindungi tubuhnya dengan sihir pelindung. Melompat dan berteleportasi dan muncul di depan wajah Lucas, sebelah tangannya ia kepalkan dan tinjunya melayang ke wajah sang Iblis.
"Chourngil Eunra!" salur-salur bercahaya keemasan mengitak tubuh Lucas, keseluruhannya meliliti tubuh hingga lelaki itu menjadi terpaku, berlutut dengan diri yang terkekang, di depan wajahnya Ourin berdiri dan mengacungan telapak tangan, melafalakn mantra pengunci tubuh, hingga kekangan para Lucas semakin bertambah kuat.
"Hooo, kau lebih kuat dari yang kukira, Pangaran Ourin." Lucas tersenyum, menatap lelaki yang berwajah sama dengan dirinya. Dari dalam mata lucas yang merah, tak ada rasa takut di sana. Kemudian, mata rubi iblis itu terbelalak, sejak tadi dia tidak memperhatikan karena situasi yang remang, tetapi dengan sinar keemasan dari sihir Ourin, sekarang dengan jelas Lucas dapat melihat kedua kelopak mata sang Lelaki, berwarna keemasan dan biru.
Sang Elf menatapnya tajam, mata keemasan itu bersinar terang, napas-napas Lucas sekarang sesak bukan main. Tidak mungkin, benaknya berteriak. Tidak tahu apa yang menyebabkan lelaki ini bisa mendapatkan mata keemasan itu.
"Aku lebih kuat, dan itu karena adikku Paduka Raja Ouran yang selalu melatihku! Aku kuat karena ada orang-orang yang kusayangi, yang ingin selalu kulindungi karena merekalah yang membuatku semakin kuat dan semakin kuat lagi!" Ourin berteriak, menatap tajam Lucas yang terganga. Laki-laki itu menarik napas dan menggeram marah.
"Berengsek! Kau kuat karena dendam di hatimu! Itulah kenyataannya dan kau berani membohongi dirimu sendiri! Akulah yang paling tahu, Ourin! Bahwa kau membenci darah terlarangmu, para Elf yang mengutukmu, mengasingkan dan membunuh Ibunda kita!" terengah-engah, Lucas merasakan sulur-sulur keemasan itu semakin erat memenjara tubuhnya.
Terdiam, Ourin mendongakkan kepalanya, menatap kekelaman yang tersaji. Di alam bawah sadarnya ini, apakah ini yang ia rasakan, sosok Lucas adalah nyata dari iblis dan rasa bencinya. Inikah yang terjadi sebenarnya, benarkan selama ini ia hanya mengelabui diri dengan rasa sayang yang sebenarnya palsu.
Mengelengkan kepala, Ourin pun menatap sosok yang masih terkekang. Terlihat Lucas yang berusaha untuk melpaskan diri, dari mulutnya keluar api yang membakar dirinya, tetapi tentu saja hal itu tidak berpengaruh karena dirinya masih terlindungi oleh sihir.
"Kau benar, keberadaan dirimu adalah bukti rasa yang tak kupercaya di dalam hatiku. Alam bawah sadarku, membentuk dirimu. Iblis dari si anak berdarah terlarang, tetapi walau aku marasakan dan memahami apa yang kau rasakan, semua itu tidak akan membuatku jatuh ke dalam dendam dan rasa benci. Aku, tak ingin sendirian dengan rasa benci dan dendam atau bersama dengan orang-orang yang sebenarnya hanya menganggapku sebagai alat.
"Arran dan Ouran, mereka adalah keluargaku, untuk pertama kalinya ada seseorang yang menerimaku terlepas dari darah terlarang yang mengalir pada tubuhku. Kuyakin kau juga meraskannya, Lukas. Arran, dia seperti mentari yang memberikanku cahaya, menerangi jalan yang ingin kuambil. Dan Ouran adalah satu-satunya keluarga yang perlahan menerima kehadiranku di sisinya. Lalu, di mana lagi rasa dendam itu jika hatiku sudah penuh dengan rasa sayang yang membuncah, kutahu kau pun merasakannya, Lucas?"
Ourin menyentuh dadanya, merasakan hangat. Arran dan Ouran, dua orang yang akan ia lindungi bagaimanapun caranya, bahkan jika nyawanya adalah taruhannya maka ia bersedia menukarkan untuk kepentingan mereka. Dan karena hal ini, di sinilah ia sekarang. Bertarung dengan sosok dirinya yang lain.
Sulur-sulur sihir ia lepas, begitu pula dengan mantra penyegel. Lucas berdiri, melihat mata Ourin lebih jelas dengan tinggi tubuh yang sama.
"Jangan melawanku, Lucas. Aku telah menguasai Api Hitam Suci, mengalahkanmu bukanlah cara untuk menguasai kekuatan iblis di tubuhku ini." Ourin menatap telapak tangannya, senyuman begitu tulus tersemat di bibirnya. "Kurasa, dengan menerima dirimu sebagai sosok Half Blood lah yang membuatku bisa mengendalikannya. Entahlah, aku juga tidak bisa menerka."
Ourin melangkah mendekat, kemudian memeluk sosok iblis yang adalah dirinya juga.
"Aku tahu, aku membenci Elf dan segala yang kaukatakan adalah kebenaran, tetapi rasa sayangku lebih besar. Arran dan Ouran, mereka membuat hari-hariku semakin hangat, Lucas. Jadi, mungkin kau harus belajar untuk menerima kenyataan ini, bahwa ada orang-orang yang masih mau memedulikan kita."
Sosok itu bersinar keemasan, Lucas menandarkan dagunya ke pundak Ourin. Memejamkan kelopak matanya menyatu dengan diri Ourin.
.
.
.
.
.
Bersambung
Yeeee up huhuhu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top