XXXIX. Menyelamatkan Arran
BAB XXXIX
Menyelamatkan Arran
.
.
.
Suasana aula terlihat menegang, Mariposa mengatakan sesuatu yang membuat mereka semua merasa murka. Ouran yang masih lemah pun mengutuk iblis cilik itu, tidak memedulikan situasi dan hanya memikirkan tugas yang diberikan Lucifer. Sementara itu, Luis juga tak habis pikir, di saat mendesak seperti ini, Mariposa sama sekali tidak termakan ancaman dari sang Naga Hitam Agung.
Kali ini, jeritan dari Lucifer semakin kuat terdengar, tubuh yang dimulai dari bagian kaki telah perlahan terkikis, terbakar secara nyata oleh Api Hitam Suci, dengan demikian jika Lucifer sirna maka dia akan berada di Neraka. Mempertanggungjawabkan segala yang diperbuat kepada sang Raja Neraka. Kalau sudah seperti itu maka tiada ampunan lagi bagi si pembangkang sampai akhir dari penghujung Tanah Kuntara, Lucifer akan disiksa oleh Raja Hades. Sang Maha Pencipta pun telah menyerahkan prihal Lucifer kepada makhluk yang paling berkuasa di tempat penghukuman itu.
Tak akan ada yang bisa dilakukan Mariposa, seharusnya iblis tersebut memilih untuk menyelamatkan tuannya, tetapi dia masih tidak berkata apa-apa lagi.
"ARGGG!" jeritan itu menggema, dan membuat mereka mengetahui betapa mengerikannya Api Hitam Suci, hingga membuat Lucifer langsung tidak berdaya. Namun, kemudian Mariposa terhenyak dan langsung mengatakan sesuatu.
"Baiklah, aku akan melakukannya. Mereka akan selamat, tetapi padamkan Api Hitam Suci dari tubuh tuanku." Mariposa tidak terlalu berekspresi, begitu tenang dan membuat yang lain bingung, mereka semua tidak tahu kalau Lucifer telah berbicara dan memerintahkan Mariposa agar menolongnya dan membebaskan Arran, jika ia mati tetapi tawanan mereka dihidupkan sang Maha Pencipta, maka semuanya akan sia-sia belaka.
Namun, Naga Hitam Agung mengetahuinya, wujud raksasa itu tersenyum dan menatap Lucifer yang masih terus memberontak dari Api Hitam Suci yang mengelilingi sekujur tubunya. Sebelah kaki dari telapak hingga kepergelangan telah terkisis danmenghilang.
Terlihat Naga mengembuskan napas ke arah Lucifer, api yang mengelilingi pun langsung padam, dan sosok yang terbakar kini terkapar, Mariposa melayang dan langsung membantu tuannya.
"Sekarang, lakukan apa yang telah kupinta, Mariposa." Gadis itu pun mengangguk.
Ouran melebarkan matanya, merasa lega karena akhirnya Arran akan terselamatkan, ia meminta kepada Ourin agar membantunya berdiri, tetapi sebelum melangkah dirinya sudah lemas dan menatap kegelapan yang menimpanya. Umpatan sempat terdengar, Ouran tidak bisa menyadarkan dirinya, tiba-tiba saja rasa kantuk yang dahsyat menyerang tubuh. Terjatuh dalam lelap, akhirnya sang Raja pun tak bisa untuk menjadi orang yang pertama melihat gadis berambut kemerahan itu sadarkan diri.
.
.
.
Kamar Lucifer masih menjadi tempat bagi Arvid, Gisella dan Leonard berserta Arran dan Daveus yang tak sadarkan diri. Beberapa waktu berlalu, mereka mencoba menyalurkan energi dan itu semua sia-sia belaka. Bahkan, Gisella yang bisa masuk ke alam bawah sadar seseorang pun tak menemukan apa pun terhadap Arran dan Daveus, dan perkataan Mariposa yang telah menghilang memang terbukti benar, bahwa kedua orang yang tengah tak sadarkan ini seperti mahkluk tanpa jiwa. Mariposa benar-benar menyandra jiwa mereka.
Namun, tiba-tiba saja tubuh Arran dan Daveus bersinar, selama beberapa saat mereka mengalami kondisi seperti itu. Gisella yang peka pun mulai mendengar detak jantung Arran dan ia mendekat, memudian menyentuh tubuh si gadis.
"Hangat, jantungnya mulai berdetak."
Tidak seperti Arran yang cenderung lama untuk sadarkan diri, Daveus langsung membuka mata tepat ketika tubuh mereka telah berhenti bersinar.
Membangkitkan tubuh, Daveus pun menatap sekitar dan langsung melebarkan bola matanya.
"Kenapa bisa ada di sini, dan siapa kalian? Ah, Arvid, itukah kau?"
"Kau telah sadar Tuan Daveus, tetapi seperti Arran membutuhkan waktu yang cukup lama."
Menolehkan wajahnya, Daveus melihat si gadis yang menjadi pembicaraan mereka.
"Mariposa yang melakukan ini kepada kami? Sudah kuduga, dia memasuki tubuhku dan menyandra jiwaku, begitupula dengan Nona Arran 'kah?"
Tatapan mereka sontak menatap satu-satunya sandra yang belum sadarkan diri, tetapi perlahan wajah pucat Arran mulai kembali memerah. Gisella mengelus dahi si gadis berambut kemerahan, sorot matanya menatap Daveus yang kemungkinan tahu apa yang harus mereka lakukan sekarang untuk menyadarkannya.
"Apakah hal ini pernah terjadi, Mariposa melakukan hal demikian dan sandranya tak jua sadarkan diri?" Gisella menuggu Daveus yang mengerutkan alis, desah napas lelaki yang adalah pamannya Ourin pun menjelaskan bahwa hal ini pertama kali terjadi bagi kalangan iblis.
"Mariposa tak sembarangan menyandra jiwa seseorang, semua itu adalah perintah dari Lucifer dan kami tak mengetahu efek apa yang akan terjadi jika sandra adalah manusia biasa."
Gelisah mulai dirasakan, membuat mereka saling tatap dan tak tahu entah harus melakukan apa, tetapi tiba-tiba saja Daveus mendengar suara yang tak asing baginya. Benar juga, selama ini seharusnya dia sadar aura kuat yang ada di sekitar istana. Karena baru saja sadarkan diri, Daveus tidak bisa menormalkan kekuatannya, setelah beberapa saat memulihkan energi, barulah dia mengetahui apa yang terjadi di sekitar istana.
"Ah, Naga Hitam Agung ada di sini dan telah melepaskan kita, pantas saja Mariposa melepaskan jiwaku dan Arran. Kita harus ke tempat mereka berada, dengan Arran dan meminta cara untuk menyadarkannya."
Mereka menganggukkan kepala, Daveus menghilangkan diri dan menuju aula secepat angin yang berembus, sedangkan Arvid mengangkat tubuh Arran dan menghilang dengan sihir teleportasi yang dibuka oleh Leonard, selanjutnya adalah Gisella dan mereka semua pun menuju aula seperti yang dikatakan oleh Daveus.
Melihat sekitar, orang-orang yang telah datang langsung memberikan penghormatan kepada Naga Hitam Agung, begitu pula dengan Arvid yang menggendong Arran. Kemudian ia mencari sang Raja Sahraverta dan terbelalak karena melihat pemuda itu sekarang berada di gendongan Luis. Walau bekas luka sudah memulih perlahan, sang Raja terlihat tengah tertidur pulas dengan napas yang berembus teratur.
Ourin yang melihat Arvid datang dengan membopong Arran pun mendekati lelaki itu, diambilnya sosok gadis yang masih terlihat tak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi, bukakah Kakek Daveus telah sadarkan diri?" menatap lelaki yang adalah adik dari Lucifer, membuat lelaki itu menghela napas dan menjelaskan semuanya.
"Manusia berbeda dengan iblis atau ras lain di Tanah Kuntara ini, Pangeran Lucas. Dan hal ini sebelumnya tak pernah sekalipun dilakukan kepada manusia." Bola mata Ourin melebar, menatap panik kepada sosok Arran yang masih memejamkan mata. Kemudian, ia mengarahkan penglihatannya kepada Mariposa, kemarahan tercetak jelas di wajahnya.
"Lakukan sesuatu, Mariposa!" Ourin berteriak, sekarang ia terlihat berbeda, walau tubuh Arran telah menjadi hangat, tetapi wajahnya tetap terlihat cukup pucat. Padahal, seharusnya wajah Arran kemerahan di bagian pipi, dan bahkan ujung hidung.
Menolehkan kepala, Mariposa yang masih membantu Lucifer menyembuhkan diri dengan memberikan energi pun menggelengkan kepala, tiada kata lagi untuk penjelas mengenai situasi yang telah diterima Arran. Tentu saja, melihat hal itu membuat Ourin nyaris meledak, ia bersyukur Arran berada di gendongan kedua lengannya, sehingga ia tak bisa berbuat macam-macam kepada Mariposa. Ingin sekali sekarang juga ia membakar iblis berbentuk gadis kecil itu dengan Api HItam Suci yang telah ia kuasai setelah mengendalikan jati diri iblisnya.
"Apa maksudmu? Katakan sesuatu, Mariposa!" sebelum kemarahan itu semakin terealisasi dengan tindakan, maka gadis muda yang adalah seorang putri dari Revmarmedian pun menyentuh pundak sang Pangeran iblis.
"Pangeran Ourin, mungkin Nona Arran masih berusaha di alam bawah sadarnya, itu sebabnya cukup lama dia akan sadarkan diri. Bagaimana menurut Naga Hitam Agung, apa yang akan terjadi dengan Nona Arran?"
Benar juga, daripada mendesak Mariposa, lebih baik menanyakannya langsung kepada Naga Hitam Agung, pasti beliau mengetahui prihal masalah ini. Manusia yang disandra jiwanya oleh iblis, apakah akan kembali seperti sedia kala jika jiwanya dikembalikan ke sang Pemilik?
Naga Hitam Agung menatap tubuh Arran yang masih berada di gendongan Ourin, makhluk raksasa itu kemudian menyerukan agar sang Pangeran Iblis mendekat kepadanya. Setelah itu, sang Naga Hitam Agung pun menurunkan kepalanya agak ke bawah dan meniupkan sesuatu seperti uap, tetapi terlihat berkilau. Entah apa yang dilakukan, tubuh Arran pun kembali penuh dengan sinar tak wajar. Hal ini terjadi selama sekitar tiga puluh detik, kemudian setelah sinarnya menghilang dan sang Raksasa mengangkat kembali kepalanya, detak jantung si gadis yang sejak tadi amat lambat pun kembali normal.
Wajah Arran mulai berona dan seperti sedia kala, napas gadis itu perlahan teratur dan kelopak mata mulai bergerak-gerak. Ourin yang melihatnya pun berlutut, menaruh sebelah lututnya sebagai tumpuan dan sebelah paha sebagai tempat untuk tubuh Arran yang masih ditahannya. Matanya yang berbeda warna melebar ketika Arran membuka mata, Pangeran Luis dan yang lain pun mendekat dan memanggil nama si gadis.
Ketika sadar, Arran terbatuk dan saat pandangannya kembali memburam karena pusing, ia merasakan sebelah tangan memengang pipinya. Kelopaknya kembali terbuka dan ia melihat Ourin tersenyum sambil menatap wajahnya.
"Apa kau baik-baik saja, Arran?''
"O-urin," Arran berbisik dan menggenggam punggung tangan Ourin yang ada di pipinya.
Mengelus kepala sang Gadis, Ourin pun kembali berkata jika masih merasa lelah sebaiknya beristirahat saja, tetapi sepertinya Arran sudah baik-baik saja, mungkin yang dirasakan hanyalah lemas karena baru sadarkan diri setelah beberapa lama jiwanya disandra.
Mengangkat tubuh, sang Half Blood pun berdiri dengan Arran yang masih di gendongannya.
Kepala sang Gadis di sandarkan ke dada Ourin, ia agak bingung sedang berada di mana sekarang dan yang terlihat di depannya adalah sosok Naga yang ternyata mengerikan dengan sisik yang hitam.
"Berterimakasihlah kepada Naga Hitam Agung, beliau lah yang memulihkanmu, Arran." Mendengarnya langsung dari sang pemuda yang masih bersedia menggendongnya, Arran pun mengangkat kepala, kemudian menatap sang Naga dan mengucapkan terimakasih.
Senyum dilebarkan, si gadis sekarang terlihat menganggukkan kepala sebagai tanda penghormatan.
Dengan agak ragu, bibirnya kembali berguman.
"Ng, mungkin Arran seharusnya tidak hanya mengatakan terimakasih kepada Tuan Naga, tetapi Arran tidak punya apa pun," suaranya yang tak terlalu kuat membuat Daveus mendengus lucu.
Gadis itu lalu menatap Ourin, meminta bantuan tetapi sang Lelaki tidak terlalu peka dengan apa yang diinginkannya.
"Kulihat, kau memiliki kalung yang indah, Nona Arran?" sang Naga berbicara, dan terlihat tertarik dengan benda berkilau walau terlihat tua yang menggantung di leher Arran.
"Eh, kalung ini pemberian Paduka Raja Ouran, Tuan Naga. Ng, ini sudah diberikan untuk Ar—eh, eng. I-ini memang punya Paduka Raja Ouran, Tuan Naga."
Untuk pertama kalinya, mendengar Arran yang sedang mencari-cari alasan langsung membuat Ourin tertawa kecil, dan membuat bibir Arran merengut karena merasa malu. Kemudian, si pemuda menghela napas.
"Tenanglah, itu sekarang milikmu dan jangan khawatir karena Naga Hitam Agung hanya menggodamu, Arran."
Merasa malu, Arran kembali memendamkan wajahnya ke dada Ourin, kemudianbeberapa saat setelahnya ia mengangkat kepala dan menanyakan mereka sebenarnya berada di mana. Tidak ingin ambil pusing, Ourin pun menyerukan agar Arran beristirahat saja, agar energinya kembali pulih.
Sementara itu, Lucifer yang berada tak jauh dari mereka telah tak berdaya, Daveus berada di sampingnya dan membantu pemulihan kaki yang terkikis karena terbakar Api Hitam Suci.
.
.
.
.
.
Besambung
.
.
.
Kucintaaa Arran yang kiyuuttttt.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top