XXXIV. Jati Diri Iblis

BAB XXXIV

Jati Diri Iblis

.

.

.

Persiapan perang semakin gencar dilakukan, Elf dan prajurut terbaik diturunkan di garis depan, sedang perajurit tambahan akan bersiaga ketika mereka mulai terdesak nantinya. Sang Raja yakin, dalam waktu dekat ini serangan akan terjadi, perang besar antara Ferifatyn melawan Demonshire. Lucifer sudah menrencanakannya, Arran ditawan dan mereka masih belum bisa memprediksi bagaimana cara untuk menyelamatkan gadis itu. Jika Ourin sudah menguasai kekuatan tersembunyi di dalam darah terlarang yang mengalir ditubuh lelaki itu, maka fokus Lucifer adalah untuk merebut seluruh kekuasan di Tanah Kuntara.

Ia tahu tidak akan mudah untuk menyingkirkan Lucifer dengan kekuatan yang telah didapat oleh Ourin nantinya, meski pemuda itu mampu melakukannya. Mereka berdua memikirkan konsekuensi yang akan terjadi, yaitu keselamatan jiwa Arran yang disegel oleh iblis perempuan terkutuk itu. Sama seperti Daveus yang juga masih tak bisa diprediksi bisa mereka selamatkan atau tidak.

Musim dingin dengan salju yang semakin banyak turun di Ferifatyn, tak membuat para prajurit kehilangan semangat untuk berlatih dan mempersiapkan diri. Suhu yang menurun, membuat kelopak mata Ouran berkedip. Kerjaan lain akan membantu, khususnya Pangeran Lucas dan Putri Gisella Ocsiana yang adalah putri ke tiga dari Ratu Kerajaan Revmarmedian.

Gadis itu bisa mengendalikan lautan seperti ibunya, bahkan terlalu kuat hingga kadang digadang-gadang sebagai pengganti Ratu suatu hari nanti, sayang Gisella sama sekali tidak tertarik dengan semua itu.

Jika nanti mereka bisa mengalahkan pasukan iblis yang menyerang tanah Ferifatyn, maka selanjutnya yang akan mereka lakukan adalah menuju Demonshire untuk menyerang kerajaan itu dengan secara langsung. Menggunakan, mantra teleportasi agar bisa sampai secepat mungkin ke tanah para iblis, dan menyelamatkan Arran.

.

.

.

Dengusan napas dikeluarkan dengan kasar, sedari tadi api yang sewarna dengan kelam membakar makhluk mengerikan penjaga pintu yang akan dimasukinya, darah yang mengalir dari sebelah mata tak henti-hentinya mengalir, saat sebelah tangannya mengusap, tatapannya melebar karena yang didapat adalah warna hitam tak wajar.

Mengerutkan alis, ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya? Kenapa api yang seharusnya merah, berubah menjadi hitam, dan apa yang terjadi juga dengan sebelah matanya hingga mengeluarkan air mata hitam seperti ini?

Apakah yang barusan itu adalah Api Hitam Suci yang disebut-sebut bisa memusnahkan iblis?

Ourin terhenyak, bagaimana bisa terjadi, apakah karena ia berada di dalam alam bawah sadarnya? Maka dari itu, bisa melakukan sesuatu yang tak mungkin seperti tadi?

Tidak mau ambil pusing, Ourin melangkahkan kakinya, menuju sebuah pintu besar yang entah akan membawanya ke mana. Seperti yang ia duga, pintu itu tak terkunci karena sang Penjaga akan menjadi penghalang bagi siapapun yang ingin memasuki ruangan di baliknya.

Ketika ia membukanya, yang terlihat tetap sebuah jalan panjang dan terlihat curam ketika ia menatap ke bawah, entah menuju ke mana, ia pun mengikuti jalan tersebut. Semakin lama, kegelapan semakin pekat. Namun, ia melihat sesuatu di dalam kekelaman itu. Siluet seseorang yang tengah duduk berpangku tangan dengan lutut menjadi pacuan bagi siku. Kelopak matanya berkedip, ketika semakin mendekat, ia semakin bisa melihat sosok di dalam kegelapan.

Bola mata yang sekarang berbeda warna, satu emes bersinar dan yang satu lagi biru yang adalah warna mata Elf turunan dari ayahnya terbuka lebar karena rasa kejut yang menghantam diri.

"Bagaimana bisa?"

Sosok itu menatap ke arahnya, tersenyum dengan sorot tajam di mata, sangat sinis dan berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu berwajah ramah atau kalem.

"Hooh, akhirnya kau tiba juga di tempat ini, Half Blood, Pangeran Lucas Baron Hades atau nama Elf-mu adalah Pangeran Ourin Carlos Sahraverta." Sosok itu berdiri, dengan tubuh yang sama tinggi dengannya.

"K-Kau, bagaimana bisa? Aku ... k-kau? Kau seharusnya adalah aku?" masih dengan kejut yang tak pudar, Ourin melotot ketika makhluk itu makin jelas di dalam penglihatannya.

"Ya, aku adalah kau dan kau adalah aku." Tersenyum sinis, sosok yang adalah dirinya versi iblis sempurna dengan mata emas bersinar, juga aura kuat yang menakjubkan kini berada di depan dirinya dan terpisah dari tubuhnya.

Alisnya mengernyit dalam. Apa-apaan ini? Apa karena ini adalah alam bawah sadarku? Jadi, apakah aku harus mengendalikannya atau mengalahkan diriku yang berupa iblis sempurana? Di dalam benak, Ourin bermonolog kepada dirinya sendiri.

"Kenapa, kau terlihat sangat syok, Ourin? Kau bahkan di dalam dirimu yang terdalam memakai sosok Elf busuk itu? Kita ini adalah iblis, seharusnya kau mengingat hal itu, darah yang diturunkan dari Raja Hades dari Neraka."

Menggelengkan kepala, ia menatap sosok lain dari dirinya, apakah ini karakter asli yang ia punya? Membenci Elf?

"Aku tak pernah menginginkan untuk menjadi iblis seutuhnya karena aku adalah aku, sang Half Blood yang terkutuk!"

Berteriak, Ourin malah dihadiahi tawa membahana dari sosok di depannya. Tak mengerti dari mana lelaki itu menangkap kelucuan dari keseriusan yang ia sampaikan. Ia tak pernah marah dengan statusnya, ia bersyukur karena mewakili dua Ras yang selalu bermusuhan. Walau ia tak diakui sang Ayah, ia tetaplah buah cinta dari orang tuanya yang iblis dan juga Elf.

Meski ia tidak diterima di Ras Elf maupun Iblis karena terlalu hina dan adalah darah campuran yang terlarang.

"Kau membual? Jangan meyakini dirimu itu dengan keinginan palsu, berhalusinasi karena menerima keadaan diri yang selalu tak diterima, hanya Ibunda yang menerima kita, Pangaren Ourin. Tidak untuk dunia ini. Aku adalah bukti dari kebencianmu terhadap kaum Elf, aku adalah bukti kebencianmu terhadap Ouran Liam Sahraverta, Pangeran Ourin." Menyeringai lebar, sosok iblis yang bernama Lucas merasa puas.

.

.

.

Gisella yang baru saja tiba di Kerajaan Ferifatyn, membawa paskan Kerajaan Revmarmedian untuk membantu kerajaan para Elf yang akan berperang. Dirinya sendiri yakin setelah mendengar bagaimana rencana Raja Iblis itu, bahwa jika Pangaran Ourin telah mendapatkan kekuatan dibalik jati dirinya yang terlarang, maka Lucifer pasti akan langsung melancarkan serangannya ke Ferifatyn. Seperti yang dibicarakan oleh para petinggi kerajaan yang beraliansi beberapa minggu silam, bahwa untuk menakhlukkan seluruh kerajaan yang ada di Tanah Kuntara maka Ferifatyn lah yang harus dihancurkan terlebih dahulu.

Dirinya disambut langsung oleh Jhonatan, dan dibawa untuk menemui sang Raja yang sedang berada di singgasananya. Di dalam perjalanan, ia melihat lukisan-lukisan yang tergantung di setiap lorong. Kemudian di sesuatu menarik atensinya, puluhan Elf yang dilukis dan digantung di setiap dinding lorong berambut gelap atau nyaris seperti perak, tetapi tidak dengan lukisan gadis yang ada di depannya ini.

"Jika Yang Mulia Putri Gisella mengizinkan, dia adalah Nona Arran Cobelt, yang baru saja disahkan menjadi salah satu anggota keluarga inti di Kerajaan Ferifatyn." Jhonatan menjelaskan, ikut menatap lukisan Arran yang baru saja selesai dan akhirnya digantung di dinding lorong. Ada dua buah dan yang satu lagi berada di kamar sang Raja, lukisan yang tentu saja dibingkai dengan sosok Ouran dengan Arran.

Menganggukkan kepala, kali ini tatapan mata Gisella mengarah kepada lelaki berwajah rupawan yang jika tidak diperhatikan maka cukup mirip dengan Raja Sahraverta ketujuh. Di bagian bawah tertulis nama Pangaran Ourin Carlos Sahraverta. Sorot mata yang sekilas terlihat biasa, tetapi menyimpan banyak rahasia dan kesedihan. Itu adalah hal pertama yang ditangkap olehnya, tidak seperti lukisan Raja Muda kerajaan ini, yang benar-benar berwajah datar dengan sorot mata dingin mengintimidasi, keagungan sangat terasa di tatapan mematikan pemuda berwajah aristokrat.

"Salam, Yang Mulia. Ini adalah Putri Gisella Ocsiana yang akan membantu kita secara langsung untuk menyerang Keajaan Demonshire." Jhonatan mengenaklan dirinya, dan Gisella langsung menundukkan tubuh untuk memberi hormat.

"Senang bertemu denganmu, Putri Gisella. Tentang rencana penyerangan nantinya, kau mungkin sudah mendengar langsung dari Ratu Miranda, tetapi akan kujelaskan lagi." Ouran berdiri, kemudian mempersilakan sang Putri untuk duduk di kursi yang telah disediakan. "Ferifatyn akan mendapatkan serangan setelah Pangeran Ourin yang dipaksa bergabung dengan Lucifer karena Arran yang diculik—mendapatkan kekuatan dari darah terlarang. Untuk menguasai seluruh daratan Kuntara maka Lucifer akan menyerang Ferifatyn terlebih dahulu, kemudian melumpuhkan kerajaan lain yang beraliansi ataupun tidak."

Walau Gisella telah mendengar hal ini, tetapi tetap saja membuatnya sedih. Ia tahu perang memang sulit untuk dihindari selama orang-orang serakah tak mau berpuas diri. Para Raja jugalah makhluk yang sama, terbukti dengan Guenestin dan Delaverna yang cukup sering menyerang kerajaan kecil di sekitar mereka, maupun kerajaan lemah yang tak sekuat mereka seperti Surtaherus maupun Revmarmedian.

"Jadi, rencana kita untuk menyelamatkan negeri dan juga Arran adalah dengan menyudutkan Lucifer. Hal itu memang tidak mudah, tetapi tetap akan kita coba. Ketika mereka menyerang Ferifatyn, negeri ini akan dijaga oleh elf terkuat, sedangkan beberapa pasukan lagi termasuk di antaranya adalah aku, Putri Gisella dan juga Pangeran Luis akan menuju ke Demonshire. Kita akan menyerang kerajaan itu langsung, menyelamatkan Arran dan Daveus, kemudian menyekap iblis Mariposa karena dialah yang bisa membangunkan jiwa yang tersegel. Sedangkan Ourin dan aku akan berhadapan langsung dengan Lucifer." Ouran menyakini rencana ini layak mereka coba, hanya saja presentasi keberhasilannya tidaklah tinggi, mungkin saja Lucifer dan Mariposa memiliki koneksi, mengingat Mariposa bisa merasuki tubuh iblis.

"Kalau begitu, maksud Yang Mulia, kita akan menggelabui Lucifer terlebih dahulu?"

Anggukan kepala terdengar, sudah nyaris seminggu setelah Arran diculik. Dan mereka semakin kehabisan waktu karena ia yakin Mariposa tidak akan peduli jika Arran mati atau selamat. Dia hanya menggunakan Arran sebagai pancingan dan ancaman.

Walau Naga Hitam Agung telah berpesan ketika Luis telah menguasai sihir sepenuhnya, laki-laki itu diundang ke tanah Drakos untuk melawan Naga, tetapi Luis masih belum cukup kuat. Apa Luis tetap harus pergi, jika mereka bisa mendapatkan naga maka Pangaran Orc itu akan sangat membantu nantinya.

"Pangeran Luis, kau mendapatkan undangan dari Naga Hitam Agung, ketika sudah berhasil menguasai sihir Elf, pergilah ke tanah Drakos, kalahkan naga dan aku berharap kau bisa membantuku untuk menyelamatkan semuanya yang berada di Demonshire."

Terhenyak, Pangeran Orc itu menatap tak berkedip Raja Muda yang menjelaskan perintah Naga Hitam Agung.

"Apa maksudnya, Yang Mulia?"

Memejamkan kelopak, Ouran lantas menghela napasnya.

"Aku sendiri tak tahu, tetapi Naga Hitam Agung akan memberimu sesuatu yang luar biasa jika kau bisa mengalahkan Naga. Pergilah ketika kau sudah menguasai sihir terakhir yang aku ajarkan, Pangaran Luis."

Walau masih tak yakin dirinya akan melawan naga, tetapi jika hal ini adalah undangan secara langsung Naga Hitam Agung, maka kesempatan ini tidak mungkin ia tolah. Tidak sembarang orang yang bisa masuk ke Tanah Drakos, bahka bagi raja sekelas Paduka Ouran.

.

.

.

.

.

Besambung

Erza Note:

Mulmed itu gambaran Erza waktu mereka latihan sihir. 

Jadi gini kronologinya:

Arran: Ourin,  sini Arran bersihkan wajahnya. 

Ourin: Hm,  silakan,  Arran.  ( Mendekat dan menyodorkan wajah) 

Luis: Wah wah. Nona Arran dan Pangeran Ourin memang dekat ya,  Paduka Raja? 

Ouran: Hah?  (Menolehkan wajah dan melotot tidak terima)

Haduhhh luisss maafkan aku yang gak bisa nemuin warna yang pas untuk kulit kamu jadinya hancur gituu. 

Ok,  ditunggu vote dan komennya.  :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top