XXXII. Kembali ke Demonshire

XXXII

Kembali ke Demonshire

.

.

.

Dengan musyawara yang telah disepakati, akhirnya Raja memberi keputusan bahwa mereka akan mengikuti apa yang telah direncanakan Lucifer. Menyerukan agar Half Blood yang diinginkan Pemimpin Kerajaan Demonshire itu untuk kembali ke tanah para iblis, semua ini demi gadis yang telah diculik. Entah bagaimana, Raja Iblis tersebut bisa mengetahui bahwa Arran adalah sosok yang berharga tidak hanya bagi Ouran, tetapi juga bagi Ourin.

Mereka masih mencoba menaksir, apakah nanti di Demonshire sang Half Blood bisa mengambil celah atau tidak. Sepertinya cukup sulit untuk mengalahkan Lucifer seorang diri, ditambah lagi kehidupan Arran hanya bisa dikembalikan oleh iblis bernama Mariposa yang telah merasuki Daveus.

Mempersiapkan diri, akhirnya ia keluar dari kerajaan peri seorang diri tanpa penjagaan atau rasa curiga. Fokus utamanya kali ini adalah untuk menyelamatkan Arran, bahkan kalaupun dirinya terbunuh nanti, ia tidak akan peduli karena hanya Arran lah yang inginkan selamat dari bahaya yang disebabkan Lucifer.

Gadis itu tidak bersalah, tetapi sekarang menjadi jaminan demi rencana iblis yang terobsesi ingin menjadi terkuat di seluruh Ras.

Sayapnya mengepak, dengan adanya Serbuk Perak, membuat Ouran bisa melihat apa yang tengah dilakukan oleh Ourin. Itu adalah maksud sang Raja memberinya anugerah ini, ingin memastikan secara gamblang bahwa Arran baik-baik saja. Tertidur bagai mati memang sesuatu yang sangat mengerikan, tetapi mereka masih bersyukur setidaknya Arran tidak disiksa atau semacamnya. Walau, yang dilakukan Mariposa sangat tak bisa ditolelir oleh mereka.

Sang Raja sendiri, memastikan jika ia bertemu dengan iblis satu itu, akan ia habisi dengan tangannya sendiri karena berani-beraninya membawa gadis yang ia suka dalam marabahaya seperti ini. Sedangkan untuk Lucifer, iblis itu memang sungguh terkutuk dengan segala obsesinya. Situasi menjadi tambah rumit sekarang, Ouran menghela napas dan memikirkan bahwa Lucifer hanya mengingkan Ourin dan bukannya Kerajaan Ferifatyn secara gamblang, jika hal itu terjadi mungkin Petinggi dan para Tetua akan mengkudetanya, dan perang sipil malah akan terjadi. Sebab, seharusnya memang tidak ada yang lebih penting dari kerajaan itu sendiri.

"Paduka Raja," suara Luis menggema di singgasananya. Ouran sedang duduk tafakur karena permasalahan yang tiada selesai ini. Datangnya iblis ke Tanah Kuntara memanglah membawa penderitaan.

Tatapan mata yang sempat kosong karena termenung pun menyala kembali, menatap Pangeran Orc yang mendekat dan membungkuk kepadanya memberi hormat.

"Ada apa, Pangeran Luis?"

"Jika Paduka Raja mengizinka, saya akan membantu. Bekerjasama dengan Ferifatyn adalah suatu kebanggaan, Paduka Raja."

Embusan napas terdengar, Ouran tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

"Aku sangat tersanjung, tetapi sebaiknya kau melanjutkan latihan, Pangeran Luis. Setelah kau menguasai sihir Elf, aku akan mengirimmu ke Drakos. Ini lagi-lagi adalah permintaan Naga Hitam Agung."

Ia melihatnya, sang Orc yang terbelalak dengan mulut sedikit terbuka, mata biru nan indah dan bersinar seperti permata. Laki-laki itu pasti terheran, tentu saja. Bagaimana tidak, kedatangan ke tempat ini saja, bahkan kini diberikan kesempatan untuk mempelajari kekautan sihir adalah suatu kesempatan luar biasa dari Luis, dan itu semua karena nasihat dari Naga Hitam Agung. Namun, sekarang lelaki itu malah diberitahukan satu hal lainnya, yaitu setelah menguasai sihir para Elf, Luis diminta untuk mengunjungi tanah Drakos entah untuk apa.

"Apa yang akan saya lakukan di sana, Paduka Raja?"

Senyuman misterius langsung mewarnai wajah sang Raja, laki-laki berusia sembilan belas tahun itu memiringkan kepala dan menaruh wajah dengan gumpalan tangan yang menahan rahangnya.

"Akan kuberi tahu ketika kau berhasil menguasi sihir tingkat tinggi, Pangeran Luis."

Anggukan kepala sang Darah Campuran terlihat, ini adalah hal luar biasa lainnya dan Luis sekarang terlihat sangat bersemangat. Untuk itu, dia berjanji agar secepatnya bisa belajar dan menguasai matra-mantra sihir yang diajari sang Raja.

Dari singgasananya, Ouran yang awalnya memperhatikan gerik sang Orc pun kembali terdiam. Pikirannya melawang membawa kepada gadis berambut kemerahan yang sekarang keadaanya entah seperti apa. Kemudian, tiba-tiba ingatannya membawa ke pristiwa ketika ia bertemu dengan Naga Hitam Agung, tentang pengakuan yang mengatakan bahwa kehadirannya di Tanah Kuntara ini karena Lucifer yang juga telah terusir dari Neraka.

Matanya melebar, kemudian alisnya berkerut dalam. Kalau itu yang dimaksud Naga Hitam Agung maka keberadaannya karena ingin mengawasi Lucifer agar tak berbuat keterlaluan. Namun, yang menjadi permasalahan baru adalah apakah Naga Hitam Agung bersedia dimintai bantuan, sedang mereka para Naga tidaklah mengurusi tentang hal fana yang ada di Tanah Kuntara. Kehadiran dia murni karena iblis yang berada di tanah ini belaka.

.

.

.

Terbang tanpa mengistirahatkan diri selama beberapa hari, melewati jalur yang peranah dilalui bersama Daveus dahulu, membuat Ourin bisa sampai lebih cepat dari yang ia kira. Perbatasan Demoshire sudah terlihat olehnya, letak tanah ini adalah berupa pulau besar yang berada di samping pulau Ferifatyn, meski lautan membentang dan memisahkan dua Kerajaan itu.

Tiba di perbatasan laut, Ourin pun kembali mengepakkan sayapnya dan memasuki wilayah benteng yang dijaga ketat oleh para prajurit. Dirinya dipersilakan memasuki wilayah para iblis, sepertinya Lucifer telah mengumandokan kepada para penjaga agar mempersilakan dirinya masuk untuk bisa menginjakkan kaki di tanah para iblis. Akhirnya, kembalilah ia ke tanah Demonshire ini. Tempat yang seharusnya ia berada, kata Lucifer dahulu.

Alisnya langsung berkerut serius, berjanji akan menyelamatkan Arran apa pun yang terjadi.

Setelah menatap tempat ini selama beberapa saat, ia memutuskan untuk terbang kembali dan menuju ke istana Kerajaan Demonshire yang terletak di daratan paling tinggi di tengah-tengah kepulauan.

Memasuki istana, dan langsung mengikuti penjaga yang akan mengantar kepada sosok sang Raja. Tentu saja, ketika pintu terbuka, singgasana yang di atasnya berada Lucifer langsung menjadi sorotan untuk sang Half Blood. Melihat hal itu, Lucifer pun tersenyum dan berdiri. Berjalan dan mendekati cucu yang akhirnya mengikuti keinginannya walau dengan sedikit paksaan.

"Selamat datang, Pangaran Lucas. Aku bahagia kau menerima undangan jamuan makanku."

Menatap serius Lucifer, Ourin hanya menganggukkan kepala, sama sekali tidak menjawab ramah senyuman dan pengakuan kakeknya itu.

"Di sini aku hanya mengikuti kemauanmu atau yang kita sadari adalah ancaman, Kakek." Senyuman sinis tersaji di bibir Ourin. Pertama kalinya lelaki itu mengeluarkan ekspresi sedemikian. Tidak tahu apa yang dipikirkan kakeknya hingga mengambil jalan sedemikian. Namun, inilah iblis yang sebenarnya, tidak akan memedulikan apa pun kecuali dirinya sendiri dan untuk egonya semata.

Tertawa kecil, Lucifer memeluk cucunya itu.

"Kau ke sini atas keinginan Raja Muda itu atau ini adalah keinginanmu karena gadis yang sedang tertidur dan kelihatan lezat." Bola mata Ourin bersinar merah, ia menggeram dan melepaskan pelukan kakeknya.

"Jangan sakiti Arran."

Dengusan terdengar, Lucifer memandang sinis cucunya itu.

"Ada apa, apa kau tidak menyadari jikalau jiwanya begitu tercium lezat. Dia spesial karena tetap memiliki jiwa yang murni di saat usia yang nyaris menginjak masa kedewasaan, Pangeran Lucas. Itu adalah sesuatu yang luar biasa dan langka."

Mendengarnya kontan saja kedua tangan mengepal begitu erat, tak rela jika gadis yang disayangi dan telah mengubah hari-harinya yang gelap menjadi bahan fantasy iblis ini sebagai sebuah hidangan lezat.

"Aku bersumpah akan menghancurkanmu, jika kau berani menyakitinya," ucapnya tertahan karena geraman yang terus ia keluarkan, giginya gemeletuk dan rahangnya mengeras. Sorot matanya seperti hewan liar yang siap memangsa buruan.

Namun, Lucifer hanya tersenyum sinis, kembali duduk di singgasananya dan menggelengkan kepala.

"Memang apa yang kau dapat dengan berpihak kepada manusia atau Elf? Ah, aku lupa jika Putri Anexta telah membuat kesalahan sehingga melahirkan Darah Campuran seperti dirimu, Pangeran Lucas. Namun, tenanglah karena jika aku masih hidup di tanah ini maka kau akan aman dari amukan para petinggi yang ingin menyingkirkanmu sesegera mungkin." Tatapannya memejam, tetapi bibirnya kembali berucap, "Tentang gadis itu, sebaiknya kau bisa menyesuaikan kelakuanmu, Pangeran Lucas. Dia sedang tertidur bak mati."

Mengembuskan napas kuat, Ourin memejamkan mata untuk mereda kemarahan yang berkobar di dadanya. Darahnya berdesir sebegitu kuat, urat-urat tangan menonjol karena telapak tangannya mengepal, hingga kulitnya mengelupas diakibatkan kuku hitam yang meruncing langsung mengoyak kulit.

"Lakukan apa yang kuperintahkan, Pangeran Lucas. Kita akan belajar agar kau melatih mengendalikan kekuatan iblismu. Kelihatannya Raja Ouran telah banyak mengajarimu tentang tubuh Elf dan sihir mereka. Sekarang giliranku, hingga saatnya tiba nanti, kau harus melawan Naga untuk mengujimu dan kalahkan Raja Sahraverta muda itu setelahnya."

Kepala Ourin sejak tadi tertunduk, ia menggigit bibir, taringnya yang tajam terlihat jelas di balik bibir yang hitam. Tidak tahu harus melakukan apa, jika saja Arran hanya diikat atau dipenjara maka akan lebih mudah situasinya. Dirinya hanya perlu menggunakan pedang pemberian adiknya untuk menyerang Raja Lucifer, tetapi semua itu hanyalah khayalan semata, nyatanya Arran disandra jiwanya hingga tertidur bagai mati.

Sejenak, ia terdiam, kemudian mengangkat kepala dan menatap bola mata Lucifer.

"Baiklah, aku akan mengikuti kemauanmu. Namun, aku ingin melihat keadaan gadis yang kausandra." Tatapan mata Ourin sama sekali tidak berkedip dan fokus menatap wajah sang Raja. Lelaki itu terdiam beberapa saat, sebelum kepala berambut keabuan itu mengangguk.

Sang Raja berdiri, kemudian berjalan dan menyerukan agar anak dari Anexta itu mengikuti jejak langkahnya. Dari tadi, Ourin sendiri cukup ingin tahu kenapa di ruangan ini tidak ada Mariposa yang bisanya selalu berada di dekat Lucifer? Mereka melewati banyak lorong, salah satunya mirip seperti labiri karena dengan matanya yang rubi, ia terus menemukan persimpangan-persimpangan tiada henti.

Alisnya berkerut, ia tidak dapat mengingat tiap lorong di istana ini yang akan membawanya pada Arran yang sedang ditawan. Walau matanya sudah mencari petunjung dari tiap lorong yang dilewati, tetapi nyatanya itu tidak cukup karena dia merasa semua sama saja dan tidak ada perbedaan khusus.

Masih setia mengikuti punggung tegap kakeknya itu, Ourin pun akhirnya menemui sebuah pintu yang terbuat dari kayu Ekk. Ketika dibuka, sorot matanya tertimpa cahaya senja tajam yang berasal dari jendela. Di dalam sana, ada sesosok siluet anak kecil yang melayang, itu adalah Mariposa dan juga di atas ranjang terbaring Arran yang tidak sadarkan diri karena pengaruh dari kekuatan Mariposa yang menyegel jiwa gadis malang itu.

Sorot sedih menyinggahi matanya, napasnya keras diembus ketika ia melangkah dan masuk ke ruangan yang adalah sebuah kamar tidur teramat mewah. Alisnya sampai mengernyit ketika mendengar penjelasan dari Lucifer yang ada di depan dan menatap ia.

"Selamat datang di kamar pribadiku, gadis itu sedang berbaring di ranjangku, Pangeran Lucas."

Senyum dingin dipamerkan Lucifer ketika menatap Lucas Baron Hades yang adalah sosok setengah iblis dan anak dari putri satu-satunya.

.

.

.

.

.

Bersambug

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top