XXVIII. Ujian Bertarung

XXVIII

Ujian Bertarung

.

.

.

Malam hari musim gugur, tubuh yang lelah karena belajar mengendalikan mantra sihir tak pelak membuat sang Darah Campuran bisa mengistirahatkan dirinya, padahal sofa yang diduduki teramat lembut dan hangat. Dari pandangan mata, terlihat Arran yang tengah bernapas teratur, terbuai negeri impian dan tengah berada di balik selimut, di atas ranjang yang hangat dan nyaman.

Berdiri, ia pun melangkahkan kaki, mendekati sosok tubuh gadis berambut kemerahan dan ikal. Duduk di sisi ranjang, Ourin memandangi wajah Arran, kemudian mengembuskan napasnya.

Tidak disangka, kemampuan luar biasa gadis ini adalah sihir tingkat tinggi yang diciptakan kedua orang tuanya—suami-istri bermarga Cobelt yang berasal dari Kerajaan Delaverna. Beberapa waktu lalu, ia mendengar sendiri pengakuan dari sang Raja, bahwa Arran adalah anak dari penyihir yang paling dicari di kerajaan tersebut. Untuk mengetahui desas-desus tentang dua orang yang diperkirakan telah dibunuh, membuatnya mengunjungi perpustakaan kerajaan dan mencari informasi tentang kemampuan penyihir tingkat tinggi dari Kerajaan Delaverna.

Calista Cobelt dan Herdon Cobelt, mereka adalah peneliti sihir yang selalu membuat penemuan-penemuan tentang ilmu sihir tingkat tinggi dengan berbagai eksperimen ramuan ataupun mantra-mantra. Kabur dari Delaverna karena tidak sependapat dengan Ratu Laverna Janequid hingga terancam dibinasakan, entah bagaimana membawa kedua orang itu menentap di Kerajaan Ferifatyn dan mulai menempuh hidup yang baru tanpa membongkar jati diri mereka sebagai penyihir.

Namun, hampir setahun setelah penobatan Raja Ouran, kedua orang tua Arran tertangkap dan dikabarkan dibakar hidup-hidup dengan api suci yang telah diberi mantra dan ramuan untuk membinasakan penyihir. Mereka terbunuh dan menyisakan satu orang anak perempuan yang kemudian malah dijual ditempat perbudakan.

Ourin tak bisa menebak, bagaimana nantinya jika Arran mengetahui fakta bahwa Ouran lah yang telah membunuh kedua orang tuanya? Meski pasti menurutnya ada alasan khusus yang membuat Raja Muda itu melakukan tindakan sedemikian atau mungkin karena peraturan yang tidak mengizinkan penyihir dan iblis berada di kerajaan ini, tetapi jika itu yang mendasari alasan pembakaran sepasang suami-istri tersebut, bukankah tidak sebaiknya mereka diusir saja dari tanah Ferifatyn?

Pertanyaan pun bergiang-giang dikepalanya, mengembuskan napas sekali lagi, berdoa semoga saja Arran memaafkan kisah kelam yang telah terjadi beberapa tahun silam.

"Kalau begitu, apakah nantinya Arran bisa mengendalikan sihir tersebut?"

.

.

.

Latihan untuk menguasai ilmu sihir dilakukan oleh dua Pangeran Half Blood seperti yang diperintahkan oleh Naga Hitam Agung, dalam seminggu dua kali dilakukan, dua pemuda itu akan mendapatkan pelatihan dari sang Raja secara langsung. Hari latihan adalah dua minggu pertama, sedang minggu selanjutnya adalah ujian bertarung untuk mengetahui sampai di mana sudah kecakapan mereka dalam menguasai sihir dasar.

Kali ini adalah bagian Luis untuk mendapatkan materi langsung dari Ouran, sebelumnya laki-laki yang merupakan campuran Orc dan Elf itu telah bersusah payah untuk mengendalikan aura Elf agar ia bisa mempelajari sihir khusus para Elf. Setelah berhasil maka sekarang dirinya mendapat pelatihan seperti yang telah sang Raja Muda lakukan sebelumnya kepada Ourin.

Sihir pertama adalah membentuk pertahanan dengan tameng pelindung, aura Luis adalah hijau, dan bagi laki-laki itu terlihat cukup sulit untuk menguasai mantra-mantra yang akan diucapkan. Bahasa Elf terlalu sulit dilafalkan oleh dirinya.

Ketika salah melafalkan mantra maka tangan Luis akan terbakar, berkali-kali hal itu terjadi, tetapi sepertinya semangat sang Pangeran tak kian menyurut. Di sudut lain, terlihat Ourin yang masih berusaha menguasai sihir pertama yang telah dihafalnya itu agar lebih gesit lagi. Mencoba mengecilkan suara dan bereksperimen dengan lebih fokus, apakah bisa hal ini dilakukan dengan mengucapkan mantra dari pikiran saja? Ternyata tidak bisa dilakukan.

Laki-laki itu juga menyerukan kepada Daveus untuk menguji kekuatan pelindungnya, dengan ditusuk tombak atau pedang, Arran yang melihat pun mencoba bergabung, ia mengambil anak panah dan mencoba memanah Ourin yang sedang dilingkupi pelindung sihir.

"Eng, apa ini tidak berbahaya?" Arran meragu, dirinya memang telah menguasai cara-cara memanah untuk menjadi bekal perlindungan diri. Dasar-dasar bertarung pun mulai dipelajarinya dari Alexander.

Tersenyum, Ourin pun mengatakan bahwa hal itu tidak akan membuatnya terbunuh atau menderita, jadi setelah meyakinkan si gadis, ia pun menyerukan agar anak panah untuk segera dilesatkan. Dari jarak kurang lebih sepuluh meter, Arran berdiri dan membidik si lelaki yang tubuhnya dilimpahi sinar emas, kemudian menarik busur dan melontarkan anak panah.

Benda bermata tajam itu membelah angin, dengan sangat cepat menuju ke titik bidikan dan langsung terpental ketika menyentuh dinding cahaya keemasan yang mengelilingi sosok Ourin. Arran berseru nyaring, mendekati pemuda yang sekarang tengah melunturkan pelindungnya dan memeluknya erat.

"Berhasil! Syukurlah panahnya langsung terpental, Ourin!" girang suara Arran menyertai keberhasilan yang sudah dicapai sang Lelaki berambut pirang, tubuhnya terangkat tinggi dan diputar beberapa kali, sepertinya Ourin pun ikut senang dengan hal ini.

Dari arah samping, Ouran mendatangi mereka dan menegur agar jangan terlalu berisik karena mengganggu konsentrasi dari Luis yang masih berusaha.

"Arran, sebaiknya kau kembali duduk di tempatmu. Dan kau juga Daveus, jika hanya mengganggunya jangan berdiri di sini." Laki-laki itu langsung melengos pergi dan kembali mengajari Pangeran Orc.

Mengendikkan bahu, Daveus pun mengambil tombak untuk kembali menguji, sedang Ourin mulai memasang kuda-kuda untuk bersiap. Arran yang mendapatkan teguran mengerucutkan bibir, dan kembali ke tempat duduknya seperti yang dikatakan sang Raja.

Latihan terus dilakukan, dua minggu berlalu dan dengan kejam, Ouran melatih Ourin dan Luis secara habis-habisan. Di samping aula, tempatnya seperti biasa untuk ikut melihat para pria itu berlatih, Arran terlihat tak tega karena hal ini cukup mengerikan bagi pandangannya, tetapi ia tetap menyemangati dua Pangeran itu.

Melatih kekuatan sihir tak semudah yang dipikirkan, tangan Ourin dan Luis terbakar berkali-laki karena tidak mengucapkan mantra dengan benar. Mereka juga menerima serangan tak main-main dari Ouran seperti kilatan petir atau semburan api dan air jika tak bisa menghalaunya dengan mantra penghalang. Kalau bukan karena Arran yang langsung membantu Ourin dan Luis dan merawat luka dua orang itu, maka Ouran dengan senang hati tak mengizinkan mereka pergi dan membuat mereka lebih menderita.

Seperti kali ini, pengujian kembali dilakukan, di minggu ke tiga setelah menguasai tiga mantra. Pelindung, penyegel dan pendorong. Semuanya murni dari cahaya aura yang mereka punya, tetapi hal ini tidaklah berguna jika lawan mereka kuat seperti Ouran, sebab lelaki itu dengan mudah mematahkannya dan menyerang para pangeran dengan habis-habisan.

Walaupun dua lawan satu, tetapi para Half Blood adalah amatir, sedang Ouran adalah profesional yang menguasai sihir tingkat tinggi. Mereka mencoba bertahan, dengan Ourin yang menjaga mantra pelindung, dan Luis yang menyerang dengan matra pendorong sehingga tubuh sang Raja tidak bisa mendekati mereka. Namun, seringai itu mengembang, dan dengan mata kepala mereka melihat sinar yang begitu banyak keluar dari telapak tangan sang Penguasa negeri, ucapan mantra terdengar.

"Ciens Sierd." Itu adalah mantra pendorong, dengan jumlah yang amat besar. Tentu saja, sekali hentakan Luis terkalahan dan laki-laki itu terkapar kelelahan, sekarang tinggalah Ourin yang menjaga pelindung dan terlihat berkeringat dan teramat serius, sementara Ouran telah melangkah semakin mendekati.

Laki-laki itu kemudian berlari dan melompat ketika jarak telah teramat dekat.

"Luis, bagunlah dan ucapkan mantra pelindung untuk membantu pertahananku!" teriaknya memburu seperti benar-benar tengah berada di situasi perang dan sedang dalam keadaan yang terjepit.

"Ciens Sierd!" teriak Ouran menggema dan dengan lompatan yang perlahan mengikuti grafitasi, mendorong lengan yang bersinar terang dan biru kepada dua pelindung keemasan dan hijau yang melindungi dua sosok di dalamnya.

Percikan kilat menyambar-nyambar, suara retakan terdengar dan disusul dengan gedebum yang nyaring memekakkan telinga. Arran yang menyaksikan melongo karena situasi yang terjadi. Asap kebiruan menyebar dan menutupi indra penglihatan mereka.

Ketika situasi menjadi lebih tenang, dan asap perlahan menghilang, Arran dan Daveus menyaksikan kedua pangeran sudah tergeletak di lantai dengan napas yang tersegal-segal. Melihat hal itu, tentu saja Arran dan Daveus langsung mendekati, beberapa dayang pun diikutsertakan untuk membawa beberapa perobatan.

"Ourin!" Arran langsung memegangi punggung pemuda itu ketika dilihatnya Ourin tengah kesusahan untuk mendudukkan diri, kemudian ia pun membantu menegakkan punggung sosok tersebut. Di sebelahnya, ada Daveus yang tengah membantu Luis. Mereka kini bisa benapas dengan lega karena untungnya kedua orang yang sedang berlatih dengan sang Raja pun tak terluka parah, hanya kelelahan dan kehabisan tenaga.

"Meraka tidak akan mati, Arran. Tenanglah." Lelaki yang adalah Raja Muda itu mencoba membujuk sang gadis, tetapi sayangnya dengan kalimat yang kurang tepat hingga membuat alis Arran berkerut dan merasa sedih.

"Paduka Raja, jangan mengatakan seperti itu. Bagimanapun Paduka Raja adalah elf yang sangat handal terhadap sihir, dan Pangaran Luis dan juga Ourin masih belajar tentang ini semua. Maafkan Arran karena berkata sepeti ini, tetapi Paduka Raja juga jangan sampai melukai mereka."

Menghela napas, Ouran terlihat menatap sang gadis dengan dingin, kemudian ia ikut berjongkok untuk.

"Dengar, di saat perang berlangsung, yang lebih parah dari seranganku mungkin akan diterima mereka, Arran. Jadi, jika hal ini saja tidak bisa mereka atasi, bagaimana nantinya mereka bisa menghadapi musuh yang mungkin jauh lebih kuat lagi? Tenanglah, aku tahu batas kemampuan mereka, Arran."

Menundukkan kepala, Arran terlihat mengangguk karena baru mengetahui maksud dari lelaki yang berperan sebagai pengajar dua orang pangeran. Ia merasa bersalah karena berani mendikte laki-laki yang memiliki jabatan tertinggi di negeri ini, berani sekali dirinya.

Saat mengangkat wajah, kepala Arran sudah terasa agak berat, itu adalah tangan Ouran yang mengelus rambutnya.

"Sudahlah, aku mengerti kau hanya mengkhawatirkan mereka." Ouran tersenyum, kemudian berdiri dan memanggil tabib untuk memeriksa kondisi Ourin dan Luis. Mereka kemudian diberikan segelas ramuan untuk menambah energi, terlihat sangat mengerikan karena cokelat dan nyaris sepekat lumpur, belum lagi didihan yang menggelegak seperti benda tersebut tengah hidup. Membentuk gelembung-gelembung di dalam gelas yang terbuat dari tembikar.

Melihatnya saja sudah bisa membayangkan bagaimana rasa yang akan mereka dapat, Arran yang menatap isi gelas itu langsung berekspresi gerih, berbicara di dalam hati dan mengingat agar tidak sampai jatuh kelelahan karena pasti dirinya juga akan diberikan ramuan yang sama.

Setelah meminum ramuan tersebut dengan cepat dan kemudian nyaris memuntahkannya kembali, tenaga mereka pun mulai berangsur pulih. Berdiri, kemudian memutuskan untuk membersihkan diri dan menyantap hidangan yang sebentar lagi disediaakan.

"Bailah, sebaiknya kita beristirahat dan membersihkan diri sebelum hidangan makan siang disajikan dan mendingin." Ouran berjalan di depan, sedang Ourin dan Arran dan juga Luis berada beberapa langkah di belakang lelaki itu, di paling belakang, ada Daveus yang tersenyum dan dengan santai menggerakkan kakinya.

Mereka masuk ke dalam istana, ruangan nan indah menyambut kedatangan mereka lengkap dengan pengawal yang menunduk dan Jhonatan yang langsung menghampiri Rajanya. Ketika Ouran pergi karena harus mengurus sesuatu, Daveus mendengar suara di dalam kepalanya.

"Beritahu kelemahannya kepadaku, Pangeran Daveus." Laki-laki itu terdiam, kemudian seperti membeku bak patung.

Tatapan matanya kosong, dirinya menatap sosok gadis berambut kemerahan, dan hal itu pun disaksikan oleh seseorang yang memantau Kerajaan ini lewat tubuh Daveus yang telah dirasuki energi Raja Lucifer.

.

.

.

.

.

Bersambung

Erza suka banget pas scene Ouran vs Ourin dan Luis hhahaha, kalah telak mereka berdua ngelawan Ouran. Lagi pula, Ouran terlalu semangat untuk nyiksa Ourin dan Luis hihihi.

Gambar Ouran Liam Sahraverta credit Murinatan (ig)

sebenarya sih belum jadi. tapi gatel pen kasih liat hahhah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top