XXV. Tiga Kerajaan Besar
BAB XXV
Tiga Kerajaan
.
.
.
Dataran Kerajaan Revmarmedian adalah berbentuk satu pulau besar dan dikelilingi lauan, rakyat yang tinggal di sana adalah Duyung yang bisa berubah menjadi manusia. Mereka telah sangat lama menempati dataran pulau dan membangung istana yang ditempati oleh keluarga Ratu, sedang masyaratkat membagung rumah-rumah mereka di tanah kosong dan hidup damai dari bertani rumput laut yang merupakan makanan utama mereka, juga memanen mutiara pada kerang-kerang.
Semua Duyung telah beradaptasi terhadap dataran dengan baik, tetapi keresahan Ratu Miranda Ocsiana tak bisa dihentikan karena ribuan tahun yang lalu Ratu para Siren tiba-tiba saja menghilang. Hal ini membuat makhluk-makhluk penghuni setengah lautan di Tanah Kuntara menjadi tak terkendali dan kembali memangsa manusia.
Berada di singgasananya, Ratu Miranda menatap sebuah undangan yang tersegel rapi, melihat lambang kerajaan yang tercap saja membuatnya mengerutkan alis karena tak biasanya Raja dari kerajaan yang makmur seperti Ferifatyn melakukan hal-hal semacam ini. Jadi, ada apa gerangan hingga Raja Muda itu mengiriminya surat resmi?
"Yang Mulia Miranda, Raja Sahraverta ketujuh yaitu Yang Mulia Ouran telah mengundang Ratu atau Wakil Ratu kerajaan ini untuk membicarakan permasalah yang penting, dan berkaitan dengan rencana Raja Demonshire yang ingin menguasai seluruh kerajaan di Tanah Kuntara dan menjadi yang terkuat."
Lelaki bertampang rupawan bernama Nebista Oclan memberitahukan prihal isi surat yang mereka dapatkan dari Ferifatyn beberapa saat yang lalu. Sisik kemerahan yang ada pada lengan hingga hampir mencapai siku pun berkilat ketika matahari menyinari tangannya yang tengah memberikan surat tersebut kepada dayang .
Wanita yang sudah memerintah cukup lama itu kemudian mulai berkata agar mereka mengirim surat balasan kepada Ferifatyn, informasi bahwa mereka menerima undangan tersebut dan bersiap datang. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk memulai perjalanan ke tanah para Elf, walau letak Revmarmedian memang lebih dekat daripada kerajaan lain karena jika dilihat melalui peta, letak kerajaan para duyung ini berada bagian sayap kanan Ferifatyn walau terpisah oleh lautan.
Mereka akan menggunakan lautan untuk pergi ke Ferifatyn, dengan menaiki kapal yang memang adalah alat transportasi bagi kaum Duyung. Ratu Miranda sendiri dapat mengendalikan lautan dan cuaca seperti yang dia inginkan, membuat badai, ombak atau malah membekukannya. Hal ini membantu bagi rakyat Revmarmedian yang ingin menggunakan laut untuk mencari nafkah karena kerajaan Revmarmedian sendiri membuat benteng dari es yang mengelilingi lautan dan pulau agar Siren tidak masuk ke kawasan penduduk dan menyerang mereka.
.
.
.
Hari ini, sejarah baru dimulai. Tiga kerajaan besar telah berkumpul di Ferifatyn untuk membahas Demonshire yang berencana menguasai seluruh Tanah Kuntara dan menyingkirkan Ras lainnya. Dari kepala meja, di sana duduk Raja Ouran dan dibelakangnya ada sang Penasihat yang berdiri, di samping kanan sang Penguasa Ferifatyn ada Pangeran Luis dan Irvin, kemudian di samping kiri ada Daveus Hades dan Ourin, di samping lelaki Half Blood itu ada Ratu Miranda dan beberapa pengikutnya, temasuk sang Penasihat dan Jendral yang berjaga untuk keamanan sang Penguasa lautan. Kursi kosong lainnya ditempati oleh Oscar, Arvid dan Jendral Martin.
Walau awalnya Miranda mengernyit bingung saat menemukan iblis dan darah campuran yang duduk di area itu, tetapi karena tidak ingin memancing suasana tegang, dirinya pun menunggu penjelasan Raja Ouran yang pasti akan menjawab segala pertanyaan yang mengiang di kepalanya.
Mulai dari pemuda Elf berusia sembilan belas tahun yang membuka pembicaraan ini, kemudian dia pun mempersilakan Daveus dan Ourin karena lebih tahu permasalahan, dan menjelaskan apa saja yang dikatakan Lucifer juga keinginan untuk menjadi yang terkuat. Untuk meminimalisir risiko maka akan sangat membantu bagi mereka—tiga kerajaan besar untuk beraliansi dan bekeraja sama satu sama lain.
"Masing-masing dari kita tahu jika sampai Lucifer memulai rencananya, maka perlahan-lahan mungkin lebih dari seperdua tempat ini akan menjadi daerah kekuasaannya. Mengingat, yang bisa menghadapi kaum iblis hanyalah Elf yang memiliki Serbuk Perak." Daveus kembali menyuarakan pemikiran, dari arah samping Ratu Miranda mengiyakan semua perkataan sang Iblis yang menurutnya mungkin bisa dipercaya karena Raja Ferifatyn sendiri telah menerima lelaki itu dengan baik.
"Jarak kerajaan terdekat dengan Demonshire yang ada di peta Tanah Kuntara adalah Guenestin, tetapi saya berani menjamin jika Lucifer tidak akan menyingkirkan kerajaan manusia itu terlebih dahulu." Sorot mata Daveus menatap serius orang-orang penting yang ada di hadapannya ini.
"Apa yang menyebabkanmu berpikir sedemikian, Tuan Daveus?" Oscar menyahuti, dalam hati beberapa orang yang duduk di pertemuan ini pun menyetujukan pertanyaan lelaki berambut panjang nyaris setengah dari punggung.
Laki-laki iblis itu terdiam, kemudian dirinya mulai memanggil pengawal dan menyerukan untuk mengambil peta. Gulungan kertas yang berisi wilayah tujuh kerajaan besar pun terpampang di atas meja, semua yang berada di sana langsung berdiri untuk lebih jelas melihat gambar yang sedang ditunjuk jari Daveus.
"Lihatlah ini," ujarnya. Daveus memperhatikan para petinggi, ketika tatapan mereka sudah mengarah ke jarinya, ia pun melanjutkan ucapan, "Demonshire terletak di sini, dekat dengan Guenestin dan Drakos. Namun, anggap saja kita melewati Drakos karena wilayah itu tidak masuk dalam hitungan Iblis untuk saat ini. Kemudian, Guenestin akan menjadi yang bukan pilihan utama bagi Lucifer, sebab mereka adalah sumber makanan bagi iblis. Jiwa yang murni adalah makanan para iblis, artinya Guenestin masih dalam tanda kutip untuk diserang. Selanjutnya, yang menjadi incaran untuk bisa menghabisi seluruh kerajaan minus dua kerajaan tadi adalah Ferifatyn."
Arvid mengerutkan alis, dia menyela hal yang dijelaskan salah satu Pangeran Demonshire itu, kemudian mengatakan pendapatnya.
"Apa? Tidakkah bagi iblis terlalu berat untuk berhadapan dengan Ferifatyn? Serbuk Perak akan membinasakan mereka."
Mendengar hal itu Ouran menganggukkan kepalanya, Luis yang berada di samping sang Raja Muda pun berbicara bahwa mungkin saja yang terlebih dahulu diserang kalau tidak Surtaherus, Delaverna atau Revmarmedian, itu lebih masuk akal.
Namun, adik dari Lucifer itu menggelengkan kepala. Dan tiba-tiba Ratu Miranda memahami apa yang diucapkan Daveus tadi.
"Ah, aku mengerti. Seperti peperangan pada umumnya, jika kau ingin menang di pertempuran itu maka bunuhlah pemimpinnya. Begitu bukan? Dalam hal ini, Ferifatyn diibaratkan sebagai pemimpin perang, yang terkuat di antara prajuritnya yaitu Surtaherus dan Revmarmedian. Itu sebabnya, Tuan Daveus memprediksi jika Demonshire menyerang, maka Ferifatynlah yang menjadi incaran utama."
Mengaggukkan kepala, iblis dari Neraka itu kemudian melanjutkan penjelasannya.
"Letak Ferifatyn yang strategis pun bisa mengacam pertahanan kerajaan ini. Itu sebabnya, ketika penyerangan beberapa waktu lalu, tidak hanya iblis saja yang datang, tetapi Guenestin dan Delaverna pun ikut menyerang. Malang bagi Surtaherus yang berdekatan dengan Delaverna, pasti tanah kalian kena imbasnya juga, bukan?"
Dari arah samping kanan Ouran, lelaki yang adalah sepupunya juga pun mengiyakan apa penjelasan sang Iblis. Bahwa kini Surtaherus mendapatkan serangan bertubi-tubi hingga ibunya harus mengeluarkan kekuatan sihir untuk mencegar kaum Delaverna yang akan semakin gencar menyerang dan menghancurkan tanah mereka.
"Dengarlah, sebelum kedatangan wakil-wakil dari dua kerajaan ke Ferifatyn, aku telah mengundang Naga Hitam Agung di tanah Drakos."
Tak hanya keterkejutan yang sekarang terlihat di wajah-wajah para tamu, tetapi juga ucapan mereka yang sama-sama menggumamkan kata seperti 'tidak mungkin' atau 'bagaimana bisa'. Tentu saja,Ouran mahfum kalau tamunya itu terlihat terperangah karena ceritanya dari Tanah Para Naga.
"Jadi, Naga Hitam Agung memberiku nasihat agar melatih dua orang pangeran agar bisa menguasai sihir Elf yang sangat kuat dan tingkat tinggi."
Seperti yang terjadi ketika dirinya mengatakan hal ini kepada Petinggi Ferifatyn, reaksi yang didapat dari para tamu pun sama halnya seperti Arvid dan orang-orang yang mendengar penjelasan ini beberapa waktu lalu.
"Ada dua orang Half Blood yang berdiri di antara kita, yaitu Pangeran Luis Carsen Wolf dan yang satu lagi adalah," ucapan sang Raja terhenti, wajahnya yang memang berciri khas datar kini memangdang lelaki yang duduk di samping Daveus. Memejamkan matanya, Ouran pun mulai melanjutkan perkataan, "Pangeran Ourin Carlos Sahraverta yang adalah anak dari ayahku dan iblis wanita beranama Anexta Baron Hades."
Untuk pertama kalinya, Ourin melihat wajah sang Adik dengan sorot mata yang dalam, perasaan haru tiba-tiba saja menyelinap ke dadanya. Ini adalah yang pertama bagi dirinya mendengarkan langsung pemuda berusia sembilan belas tahun itu menyebutkan namanya, bahka tanpa adanya sorot kesinisan di mata yang perak dan bak purnama.
Dalam batin, Ourin berpikir apa yang menyebabkan adiknya seakan telah sedikit melunakkan hati untuk kehadiran dirinya?
Tentu saja ia langsung berharap, bahwa Ouran kemungkinan mau berbaikan dengan dirinya. Apakah karena situasi yang mendesak ini, dan nasihat dari Naga Hitam Agung? Atau karena kehadiran gadis berambut kemerahan ikal bernama Arran Cobelt yang perlahan telah merubah sikap dingin adiknya menjadi lebih baik dan berubah seratus delapan puluh derajat seperti sekarang.
Walau lelaki itu tak terlalu memperlihatkan sikap yang sudah terlihat tak sinis dan selalu memandangnya benci, tetapi sekarang Ourin yakin bahwa adiknya sudah mau berbaikan dengan masa lalu meraka yang kejam.
.
.
.
Dari balik jendela, Arran tengah menatap rembulan, bibirnya menggumamkan nada-nada yang diciptakannya ketika belajar menari bersama Nyonya Elsa. Mengayunkan kakinya ketika mengumandangkan bersenandung, sorot matanya langsung berubah cetia ketika mendapati sesosok lelaki masuk ke kamar indah ini.
Gadis itu melompat, dan langsung mengahampiri Ourin yang tersenyum dan berjalan mendekati Arran.
"Apakah sudah selesai? Kenapa sangat lama, rasanya jadi merindu." Giginya ia tampakkan ketika tersenyum, dengan sekali lompat, Arran memeluk tubuh Ourin yang juga terlihat amat senang, sedari tadi lelaki itu menyunggingkan bibirnya, bahkan ketika tengah berjalan masuk ke kamar.
Menutup mata, Ourin pun menggumam.
"Terimakasih, Arran. Aku sangat bahagia." Arran yang badannya lebih pendek, bergantung di bahu si Half Blood. Kakinya tidak menyentuh lantai, sementara kedua tangannya memeluk leher Ourin dan wajah mereka berhadapan.
Menganggukkan kepala, kemudian dirinya berkata.
"Memangnya Arran melakukan apa sampai Ourin berterimakasih?" gadis itu lalu turun dari gendongan sang Lelaki. Sorot matanya yang keabuan menatap dengan padangan bingung dan berpikir.
"Tentang Paduka Raja, aku merasa sekarang dia telah menjadi lebih baik, ini mungkin berkat kamu Arran. Soalnya, dia tak pernah seperti ini sebelumnya karena aku baginya hanyalah tahanan dan mungkin akan dimusnahkan. Namun, sekarang tidak. Tadi dia bahkan menyebut nama lengkapku, padahal sebelumnya ini tak pernah terjadi. Aku sangat bahagia, Arran."
Mata gadis itu berbinar, menggenggam tangan Ourin, Arran langsung mengucapkan syukur.
"Syukurlah, Arran tahu kalau Paduka Raja memang pemuda yang baik, Ourin. Dan sekarang terbukti, rasanya sangat bahagia melihat Paduka Raja mau berbaikan dengan Ourin. Syukurlah!"
Mereka pun merayakannya sebentar, dengan cara bernyanyi berasama, dan berdansa. Tertawa, kemudian menyerukan kepada gadis itu agar beristirahat setelah seharian belajar berdansa dan menulis puisi.
Melihat Arran yang telah terlelap, Ourin lalu mengelus kepala berambut kemerahan ikal itu. Hela napas dikeluarkan, dan sekarang ia berjalan dan menuju ke arah jendela, menatap rembulan dan berdoa untuk kebaikan orang-orang yang berharga untuknya.
.
.
.
.
.
Bersambung
Erza Note:
Halooo, apa kabar?
Ourinran sudah lanjuttt heheheh. Semoga suka yaaa. Ourin lagi senang cieeeee. Hihi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top