XXI. Drakos, Tanah Para Naga

BAB XXI

Drakos, Tanah Para Naga

.

.

.

Undangan untuk dua kerajaan telah dikirim melalui elang, tinggal menunggu balasan dari Revmarmedian dan Surtaherus. Sedang untuk mengundang sang Naga Hitam Agung, Raja Sahraverta ketujuh sendirilah yang harus pergi ke Tanah Drakos untuk mengantarkannya secara langsung. Tidak perlu seperti Daveus dan Ourin yang menggunakan sayap untuk sampai ke tujuan atau dirinya harus menaiki Griffin atau Pegasus, tetapi hanya dengan matra maka Ouran akan sampai dalam hitungan detik di tanah para naga.

Mempersiapkan diri, hanya memakan waktu beberapa saat saja karena yang dibutuhkan ke tempat tujuannya itu hanyalah jubah, sabuk dan pedang yang berasal dari Serbuk Perak.

Laki-laki yang adalah pemimpin negeri pun bediri di ruang kosong, sementara Arran di belakang dengan jarak yang cukup jauh besama Ourin, Daveus dan Arvid menatap sang Raja yang mulai menggerakkan tangannya, searah horizontal, kemudian memutarkannya membentuk lingkaran bersamaan dengan cahaya biru yang keluar dan lingkaran biru di lantai dengan pola rumit dan bintang segi enam yang besinar. Berputar-putar lingkaran itu dan melingkupi tubuh Ouran hingga dirinya pun menghlilang.

Teleportasi berhasil dilakukan, seketik Ouran tiba di dataran yang membentuk gunung dengan anak-anak pulau, yang dikelilingi laut. Sebuah gunung batu hitam gersang terlihat olehnya, perbatasan laut wilayah Drakos dengan Kerajaan Demonshire. Dirinya melangkah, menyisir pandangannya kepada tanah para naga, dan mulai mencari sosok yang ingin ditemuinya.

Dari arah samping, tiba-tiba datang naga dengan corak putih bersinar menyelimuti seluruh sisik. Mata merah dan terlihat marah karena tanah suci ini kini kembali kedatangan tamu yang tak diundang.

Bunyi gedebum di saat sang Naga Putih memijakkan kaki ke tanah pun membuat getaran cukup keras. Namun, Ouran yang berada beberapa meter di depan muka sang Naga tak ingin gentar menghadapinya.

"Drakos adalah tanah para Naga, enyahlah sebelum apiku membakarmu hingga menjadi abu!" Naga bisa berbahasa Elf, Ouran pun mengerutkan alisnya dan memulai untuk menjelaskan bahwa dirinya hanya ingin bertemu dengan Naga Hitam Agung.

"Kehadiranku di Tanah Para Naga hanya untuk menemui Naga Hitam Agung, untuk membicarakan hal yang penting, tidak untuk menantangnya berduel." Ouran berteriak, bahasa Elf masih menjadi komunikasi yang mereka lakukan.

Namun, tak mudah membuat penjaga Tanah Drakos ini menerimanya, auman terdengar dan cukup memekakkan telinga, menghela napas untuk bersabar, Ouran sekali lagi mencoba bernegoisasi.

"Ada sesuatu yang penting ingin kubicarakan kepada Naga Hitam Agung, Raja Sahraverta ketujuh telah bersusah payah datang ke Drakos hanya untuk meminta pencerahan dari Naga Hitam Agung." Tidak ada cara lain, selain merendahkan harga dirinya, meminta pencerahan, dalam batin Ouran mengeluh tak percaya atas apa yang telah dirinya katakan tadi.

"Elf dan Tanah Kuntara tak ada hubungannya dengan Drakos dan Para Naga, tak layak untuk memperbincangkannya kepada sang Naga Hitam Agung!" suara menggelegar itu membuat sang Raja Sahraverta menggeram, berani sekali mereka di saat mereka―Para Naga juga tengah tinggal di Tanah Kuntara, tetapi tak ingin mengurusi permasalahan yang ada di sini katanya! Cih.

Untuk sekali ini, Ouran berusaha menahan kesabarannya, Serbuk Perak keluar dari pori-pori dan mengangkat tubuhnya agar setinggi kepala Naga Putih yang masih tak mengizinkannya lewat.

"Naga juga harus memikirkan Tanah Kuntara karena kalian tinggal di tempat ini. Dan aku tak ingin menantang untuk bertarung, hanya ingin mendiskusikan sesuatu dengan Naga Hitam Agung, berapa kali harus kujelaskan kepadamu!" teriakan sang Lelaki Elf membuat sang Naga bertambah tak memercayainya. Dengan sekali embusan napas, api merah menyembur dari mulut dan hidungnya.

Melihat hal itu, Ouran langsung bertelepor hingga berada di tempat yang aman, mendesah dan mengumpat ketika Ras buas itu mencium bau darah Elfnya dan kembali menyemburkan api.

"Useus Rar!" teriakan dengan telapak tangan yang teracung, tetapi ketika mantra biru itu menyentuh sisik sang Naga Putih, semuanya kekuatannya mengilang. Bagaimana dirinya bisa lupa kalau Naga kebal terhadap sihir.

Berpikir kembali, yang bisa dilakukan dirinya hanyalah menghindari serangan Naga Putih. Ketika sang Naga mengepakkan sayapnya maka Ouran pun menggunakan Serbuk Perak untuk mengangkat bobot tubuhnya sehingga bisa melayang.

"Aku hanya ingin berdiskusi dengan Naga Hitam Agung!" menghindari serangan demi serang, berteleportasi dan ketika tak mendapatkan tangapan juga, terpaksa dirinya pun menggunakan Serbuk Perak dan mengucapkan mantra untuk mendatangkan tornado. Tiba-tiba awan berubah menjadi gelap, dari arah langit muncul angin kelabu yang menggulung, berkilauan karena Serbuk Perak bercampur di dalam sana. Dirinya paham kalau Naga kebal sihir maupun cukup banyak senjata. Tetapi, yang kebal terhadap apa pun hanyalah Naga Hitam Agung.

Mengarahkan kepada Naga Putih, hewan itu terlihat mulai kewalahan karena melawan dengan semburan api yang menambah tornado sang Raja Sahraverta semakin mengerikan karena kini bercampur kobaran api.

Naga Putih mengepakkan sayapnya untuk menenangkan tornado, tetapi hal itu tak terlalu terpengaruh.

"Aku hanya ingin bertemu dengan Naga Hitam Agung, apakah kau tak mengizinkannya juga?" mengancam, Ouran menggunakan sebelah tangan bertahan dengan Serbuk Perak yang melindungi dirinya, dan sebelah lagi mengendalikan tornado.

Auman pun terdengar, tak mengeri bahasa yang digunakan Naga Putih. Namun, tiba-tiba tornado Ouran terhenti, api hitam mengerikan terlihat melahap angin bergulung dan Serbuk Perak yang bersinar, dan tahulah dia bahwa di belakang Naga Putih telah bediri sosok sang Naga Hitam Agung.

.

.

.

Sebuah pulau besar dengan gunung batu hitam yang tandus kini terbentang di pandangan sang Raja Muda, kakinya yang bersepatu bot kulit khusus pun memijak pasir pantai yang putih kekuningan, sedang tubuhnya sendiri tengah ia dudukkan di atas batu. Ombak tenang terlihat menari-nari, sinar sang Surya tak terlalu tajam karena sudah nyaris petang hari.

Dari samping tubuhnya, sosok sang Naga Hitam Agung tengan mendudukkan tubuh, melipat kaki belakangnya yang lebih besar daripada kaki depannya. Leher dan wajah sang Naga terangkat dan menghadap pantai yang indah membentang pulau ini.

"Maafkan perlakuan Naga Putih, Raja Muda."

Dengusan dikeluarkan Ouran, tetapi kemudian senyuman tersungging di bibir.

"Tak kusangkan sihir secara langsung benar-benar tak berfungsi untuk membelenggu para Naga, hingga aku harus menggunakan sihir tingkat tinggi untuk bisa mencampurkannya dengan partikel alam agar bisa membelenggu Naga Putih. Ras Naga memang sangat kuat dan perkasa." Tatapan sang Raja menjadi tulus, kalimat yang terakhir adalah ucapan sang Gadis Berambut Kemerahan yang tiba-tiba terbayang di kepalanya.

"Tidak ada Elf yang pernah menginjakkan kakinya di Drakos, Raja Muda. Mereka semua terlalu tahu atas konsekuensinya."

Kembali mengembuskan napas, kali ini Ouran menganggukkan kepala setuju. Elf hanya beruntung karena ahli sihir dan memiliki anugrah berupa Serbuk Perak. Apalagi leluhurnya telah membuat berbagai buku yang mengisahkan para Naga yang dahulu adalah penghuni Neraka.

.

.

.

Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di kerajaan Ferifatyn dengan menunggangi kuda. Bersama Irwin—kawan lamanya, sang Pangeran Orc yang memiliki darah campuran antara Orc dan Elf pun memberhentikan kuda untuk beristirahat karena hari telah masuk petang.

Mereka menepi, mulai mencari lokasi yang cocok untuk dijadikan tempat beristirahat. Sebelum matahari tenggelam dan menyisakan kegelapan, Luis pun mengikat tali kekang kuda di dahan dan membiarkan hewan tunggangan itu mengunyah rumput. Semetara ia dan temannya, mencari kayu bakar untuk menghangatkan diri, dari arah utara Irwin sedang menyusuri sungai yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka membuat api. Dicarinya ikan-ikan yang banyak terdapat di aliran sungai, dengan menggunakan kukunya yang tajam, dibenamkannya kelima jari ke dalam air hingga kukunya menembus sesuatu.

Beberapa ikan telah ditangkap, Irwin kemudian mengambil sebuah akar pohon yang menggantung dan menjalar, lalu sebilah ranting yang sudah diruncingkan dengan belati. Dirinya pun menumbuk akar tersebut dengan batu sehingga seratnya keluar dan ia tarik. Tangannya melilitkan serat itu dan mengambil ranting yang sudah ditajamkan untuk diikat diujungnya dan menjadikanya sebuah tali untuk menggantung ikan.

"Aku rasa ini cukup untuk santap malam kita?" lelaki berkulit cokelat gelap dengan mata hitam dan wajah mengerikan itu mengangkat sekitar enam ekor ikan berukuran sedang yang telah didapatkannya. Alisnya mengerut karena melihat temannya itu telah memanggang dua ekor kancil yang entah di dapat dari mana.

"Ah, bagus sekali, kita bisa menambahkannya untuk sumber nutrisi esok hari. Aku rasa daging kancil ini masih tahan untuk dimakan esok?" sebuah kayu berada di tengah api, sebagai tempat memanggang, dengan belati, Irwin pun membelah beberapa ranting yang lebih besar dan kembali ditajamkan ujungnya untuk tempat memanggang.

Dirinya lalu melemparkan kantung air miliki Luis dan lelaki itu tersenyum sambil menggumam terimakasih. Membuka penutup kantung air dan meneguk isinya.

Mereka terpaksa mengambil jalur aman dengan jarak yang lebih jauh. Bagaimanapun Ferifatyn berada di pusat dan dikelilingin oleh Kerajaan Guenestin dan Kerjaan Delaverna. Jika melewati wilayah penyihir dan manusia, maka mereka telah dipastikan akan binasa. Untungnya, Surtaherus memiliki jalan setapak melewati hutan tak tersentuh yang akan membimbing mereka langsung ke wilayah Ferifatyn.

Mungkin sekitar beberapa hari lagi mereka akan tiba di kerajaan yang dipimpin para Elf itu.

Dalam benak, Luis memikirkan bagaimana kondisi ibundanya, apalagi sekarang serangan telah gencar-gencarnya dilakukan dua kerajaan besar yang ingin memperluas kerajaan mereka. Dirinya berharap, agar para prajurit Orc dan ayahnya bisa bertahan menghadapi kaum penyihir dan prajurit manusia dengan senjata yang mereka ciptakan. Orc memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, tetapi kelemahan kaumnya itu adalah sifat jujur dan tidak terlalu pandai membuat strategi.

Entah bagaimana nanti nasib kaumnya jika penyerangan itu sampai terjadi lagi, mungkin ayahnya akan membangunkan Ras Antt yang adalah penjaga hutan suci Surtaherus, hal itu akan mengurangi usia ayahnya karena beban yang terlampau besar. Di Ferifatyn nanti, ia sendiri tidak tahu apakah akan diterima atau tidak? Bagaimanapun, Ferifatyn sejak dahulu adalah Kerajaan kuat yang tak pernah bekerjasama dengan kerajaan lain, apakah dengan mengakui sebagai saudara jauh sang Raja, dirinya bisa diterima? Dengan wujud Orc menyeramkan seperti sekarang ini, pasti sulit untuk menerima kenyataan itu. Walau memang benar ibunya adalah adik dari raja terdahulu.

.

.

.

.

.

Beresambung

Erza Note:

Semoga sukaaa, yeee Ouran mulai berdialog dengan Naga Hitam Agung, dan Pangeran Luis mulai menuju ke Ferifatyn untuk meminta bantuan, dia gak tahu di sini situasinya Ferifatyn sudah mengirim surat ke Surtaherus untuk membicarkan aliansi huhuh.

Sila berikan vote dan komen untuk menambah semangat.

Salam sayang dari istrinya Daveus,

zhaErza.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top