XVII. Tak Menginginkan Peperangan
BAB XVII
Tak Menginginkan Peperangan
.
.
.
Malam harinya, mereka bertemu di acara jamuan makan, tetapi yang anehnya tidak ada makanan layaknya yang sering disantap Ras lain. Meja makan kosong dan hanya sebagai penghias ruangan saja, di kursi tiap sisi duduk para keluarga inti dari penghuni istana. Lucifer, Ourin, Mariposa, Issic dan Daveus. Beberapa petinggi yang mengurus ketatanegaraan dan keamanan wilayah pun menunjukkan diri, Gordon Wicsa dari golongan pengikut Lucifer.
Lucifer lantas memanggil pelayan yang kemudian datang dengan seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun, gadis kecil itu terlihat seperti boneka hidup dan akan melakukan apa pun yang diserukan oleh Mariposa.
"Apa kau pernah memakan jiwa yang murni, Pangeran Lucas?" senyum di bibir Lucifer tak terlalu diperhatikan oleh Ourin karena sekarang yang menarik atensinya adalah gadis kecil berambut cokelat ikal sebahu. "Apakah Putriku Anexta perna mengajarimu memakan santapan iblis, Pangeran Lucas?"
Tersentak, kini beberapa kali kelopak matanya berkedip.
"Maafkan saya, Yang Mulia Lucifer, tetapi saya tidak memakan yang sedemikian."
Menghela napas, tangan Lucifer pun saling menggenggam, dua sikunya berada di atas meja, matanya yang tajam menatap sang Cucu yang kelihatan masih menaruh atensi kepada si gadis kecil.
"Yang Mulia, apakah Anda berpikir kalau Putri Anexta tak mengajarinya sedemikian tentang memakan jiwa yang murni karena dia adalah Half Blood? Mungkin ini semua tak cocok untuk dirinya, dan Putri Anexta menyadari hal itu." Dari arah seberang meja, Issic berbicara sambil memandang Ourin dengan senyuman sinis di bibir. Tak henti-hentinya menunjukkan rasa tak sukanya itu kepada si anak lelaki termuda di Kerajaan Demonshire.
"Benarkah, Pangeran Lucas?" Lucifer sekarang mengangkat kedua sikunya dari meja dan duduk menyandar di punggung kursi sambil menyidekapkan tangan di dada.
"Saya tak pernah mengetahuinya langsung dari Ibu, Yang Mulia." Raut wajah Ourin terlihat lebih datar dari yang biasanya, ia pun menerka-nerka apa yang akan dilakukan Lucifer setelah ia mengatakan hal tadi. Dan lagi, masih ada satu hal yang menganjal di benaknya. Apa tujuan Daveus membawanya ke sini? Melihat tatapan para petinggi dan saudara Lucifer yang lain, itu semua menandakan kalau mereka tidak menyukai kehadirannya di sini. Hanya Lucifer dan Daveus yang masih tidak bisa ia tebak apakah benar menganggapnya ada atau malah sebaliknya.
.
.
.
Pagi ini adalah hari yang amat menyenangkan bagi Arran, gadis itu tengah menaiki kereta kuda dan sedang asik menatap para penduduk yang berhilir-mudik di jalan. Di sampingnya, duduk Raja Muda yang sedang mengela napas dan menaruh gumpalan tangan di dagu, sikunya diletakkan di jendela yang tepat di samping dirinya.
Namun, tetap saja, Ouran terlihat menikmati harinya bersama Arran. Gadis berusia tujuh belas tahun itu asik menceritakan yang ia tahu dari lingkungan tempatnya dibesarkan ini. Kuda mengikik ketika kereta berhenti, sang Raja pun turun dan bediri di depan pintu yang mana di sana ada Arran yang terlihat kepayahan saat mengangkat gaunnya, sebelah tangan digunakan untuk membantu keseimbangan si gadis agar tak terjatuh.
"Kita kenapa berhenti?"
"Di sana ada toko kue dan teh paling lezat. Kerajaan sering memesan dari sana, tetapi sesekali aku juga akan mampir di toko, sekaligus untuk melihat suasana pemukiman penduduk."
Mata gadis itu pun berbinar, tetapi tiba-tiba saja dirinya menghela napas, terlihat sedih.
"Kenapa?"
Gelengan kepala terlihat.
"Andai saja kalau Ourin juga di sini, pasti sangat menyenangkan, Ouran."
Laki-laki itu mengerutkan alis, kemudian menggenggam tangan Arran dan menariknya masuk sambil memberikan senyum tipis dan melangkah beriringan. Ketika Raja berkunjung ke tempat ini, maka toko sesegera mungkin akan dikosongkan dari masyarakat yang ingin mampir. Tulisan 'tutup' langsung dibalik oleh pelayan dan kembali ditempelkan di dekat pintu.
Selesai menikmati kudapan untuk mengganjal perut, mereka pun melanjutkan jalan-jalan di pagi yang cerah. Kali ini, Arran dan Ouran menggunakan kaki mereka untuk berkeliling membeli beberapa pernak-pernik yang tak pernah dilihat oleh si gadis. Seperti sepatu, sarung tangan, syal, dan perhiasa yang berasa dari batu kristal dan biji-biji tumbuhan. Ada juga karangan bunga dan pita-pita.
"Kau ingin yang mana, Arran?" kerutan alis jelas menghiasi wajah Ouran, pasalnya dia melihat gadis yang berdiri di sampingnya ini hanya menatap lamat dari luar toko saja. Walaupun mereka telah masuk, Arran tetap berdiri mematung dan tak mau menyentuh kalung-kalung indah yang ditawarkan pelayan.
"Eng, tidak, Paduka Raja." Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau kau bingung, bagaimana kalau aku yang pilihkan? Hm?" Arran tertawa kecil, matanya hingga menyipit dan ia pun duduk di sebuah sofa yang sudah disediakan, sementara Ouran mencari-cari perhiasan yang cocok untuk sosok yang membuat hari-harinya berwarna.
"Bagaimana, Yang Mulia Raja? Apakah Yang Mulia menghendakinya?"
Sang Raja masih menimbang-nimbang, dan ia pun terdiam sejenak.
"Apakah di sini bisa mendisain sendiri perhiasan yang ingin dibuat?"
"Tentu, Yang Mulia."
.
.
.
Tak seperti yang diduga, kedatangan Ourin ke tanah para iblis memang bukanlah hanya untuk pertemuan mengharukan antara Kakek dan Cucu. Terlalu dini jika menganggap bahwa iblis sekelas Lucifer membawa perasaannya untuk sekadar bertemu dengan cucunya. Lebih dari itu, Ourin diminta untuk bekerja sama dengan Lucifer.
Sebagai Half Blood, tentunya ia pasti memiliki sesuatu yang tidak biasa. Darah terlarangnya akan membuat kerajaan iblis lebih berjaya. Lucifer akan melatih cucu untuk bisa mengendalikan kekuatan iblis, dan mencari tahu kekuatan apa yang sebanarnya tersembunyi di tubuhnya.
Maka dari itu, cukuplah bagi Lucifer agar memperkuat cucunya untuk bisa melawan Raja Sahraverta ketujuh. Jika sang Raja Ferifatyn telah tiada maka kerajaan para Elf itu bisa mereka kuasai dengan mudah.
Alis sang Half Blood mengerut, ia tak menyetujui semua yang dikatakan kakeknya, ia tak suka dengan pertikaian dan peperangan, apalagi sampai menghancurkan satu negeri demi memperbudak mereka semua.
"Maka, di saat Pangeran Lucas menjadi Raja dan akan menguasai kekuatan Serbuk Perak, kau akan bertarung dengan Naga Hitam. Pikirkan jika kau bisa mengendalikan Naga Hitam, Pangeran Lucas! Iblis akan menguasai Tanah Kuntara!" Raja Lucifer memandang Ourin dengan seringai yang tak lepas dari wajahnya. Laki-laki yang sedang duduk di singgasananya itu semakin memperlihatkan opsesi terpendamn untuk menguasai Tanah Kuntara, juga ingin memperbudak Ras lainnya.
Mendengar hal demikian, Ourin hanya memejamkan mata, dari hati dirinya meraskan kekecewaan karena obsesi sang Kakek yang benar-benar keterlaluan. Tanah Kuntara ini, seharusnya semua Ras yang menempati tempat luas ini hidup berdampingan. Tidak peduli jika ada Ras yang lemah dan kuat, seharusnya mereka bisa hidup dengan rukun. Namun, tetap saja semua itu hanyalah khayalan semata dari seorang pangeran berdarah iblis dan Elf.
"Jika itu adalah keinginan Kakek maka aku tak akan bisa melakukannya. Tanah Kuntara, di tempat ini sudah sepantasnya setiap yang menghuni harus saling berdampingan. Tidak terkecuali iblis, yang bahkan telah terusir dari dunia yang semesitnya."
Aura merah tiba-tiba menguar, mendengar hal itu langsung memancing emosi dari Lucifer. Laki-laki itu pun menunjukkan wujudnya yang asli, berambut kelam, berkulit pucat dan bertaring, kukunya memanjang, tubuhnya ditutupi jubahnya hitam dan panjang, sayap-sayap hitam keluar dari punggungnya.
"Kau menentangku, Lucas?"
Sang lelaki Half Blood menghela napasnya, memejamkan mata dan berlutut, sorot matanya dingin dan tegas. Dari arah pintu, datang Daveus dan Issic, tentu saja curiga sesuatu terjadi di wilayah singgasana sang Raja, aura mengerikan sedang menguar dan mengelilingi tubuh Lucifer.
"Yang Mulia, apa yang terjadi?"
"Maafkan saya, Yang Mulia. Namun, saya yang hanya setengah iblis ini tidak tertarik dengan yang namanya peperangan atau menunjukkan siapa yang terkuat di Tanah Kuntara ini." Daveus mendekati Ourin, dan menyuruhnya untuk mundur dan berlindung di belakang tubuhnya, sebelum sang Raja tiba-tiba kalap dan langsung membunuhnya detik ini juga.
Dari arah samping, Issic mendecih karena melihat karakter Ourin yang benar-benar memuakkan baginya. Masih bisa membangkang padahal bukanlah apa-apa dan sangat mudah disingkirkan.
"Sudahlah, Kak. Kita tidak perlu menggunakannya jika dia tidak suka rela, lagi pula nanti akan tiba saatnya, Half Blood ini akan datang dengan sendirinya dan menelan kata-kata yang dia ucapkan tadi kepada kita." Issic tak mau terlalu ikut campu, dia lantas mengubah diri menjadi bola cahaya hitam, dan meninggalkan singgasana sang Raja.
Di ruangan ini, tinggalah Ourin, Daveus, Lucifer dan Mariposa yang menatap sang Half Blood dengan dingin. Sorot matanya menandakan bahwa dia tak menyukai apa yang disinggung sang anak berdarah campuran.
Tidak bisa habis pikir, kenapa Anexta yang seorang iblis sejati bisa jatuh hati kepada Pangeran negeri Ferifatyn? Walau hal itu juga membuat mereka para iblis bisa menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk sekali lagi mengadu kekuatan dan membuktikan siapa yang terkuat di Tanah Kuntara―jika saja Ourin mau bekerja sama.
Mariposa pun melayang, sayap kupu-kupunya mengepak dan ia menaruh sikunya di bahu tegab sang Raja.
"Tenanglah, Yang Mulia. Biarkan ia melakukan apa yang ia suka. Benar apa yang dikatakan Pangeran Issic, pada akhirnya nanti Pangeran Lucas akan datang dengan sendirinya dan mematuhi keinginan Yang Mulia."
Rasa panas yang membakar dan meletup-letup kini berangsur normal. Mendudukkan diri kembali di singgasana, Lucifer pun mengatakan bahwa sebaiknya Lucas segera pergi dari tempat ini, sebelum kemarahannya kembali menguasai tubuh.
Mendengar apa yang diucapkan kakaknya, Daveus langsung menarik Ourin dan membawanya pergi dari Kerajaan Demonshire.
"Tidak ada gunanya kita bertahan, ayo cepat bereskan barang-barangmu dan kita langsung pergi ke Feryfatin. Kau akan aman di sana, Pangeran Lucas."
Sang Cucu hanya terdiam, menghela napasnya dan kemudian bergumam.
"Ourin," bisiknya, membuat Daveus mengerutkan alis.
Wajah sang Half Blood kini menatap sosok Daveus yang berdiri di samping tubuhnya, ia lantas memakai jubah dan memasukkan pedang di sabuknya.
"Panggil aku dengan nama 'Ourin', Tuan Daveus."
Mengembuskan napas, Daveus pun menganggukkan kepala, lantas memberikan energinya kepada pemuda itu dan membawanya pergi secepat mungkin dari istana sang Raja Iblis.
Mereka keluar dengan mengepakkan saya, meninggalkan kerjaan Demon yang adalah tempat yang seharusnya ditinggali Ourin.
Namun, di dalam benak ia kembali membatin, apakah ini benar adalah tempatnya, sedang di dalam tubuhnya juga mengalir darah Elf? Menghela napas dan memejamkan mata sejenak, ia pun mengingat kembali bahwa dirinya hanyalah sang Darah Campuran yang terlarang. Dirinya tak memiliki tempat di mana pun, tidak di Kerajaan Demonshire atau di Kerajaan Ferifatyn.
Daveus yang menemani Ourin untuk kembali ke Ferifatyn pun mengerutkan alis saat di dalam pikirannya ia mendenga suara sang Raja Iblis.
"Pastikan kau menemukan sesuatu yang akan membuatnya mematuhiku, Pangeran Daveus."
.
.
.
.
.
Bersambung
Erza Note:
Pict di Mulmed itu Lucifer mode iblis ya hehe.
Halooo. Terimakasih untuk selalu membaca Ourinran hehheh. Oh, ya nanti Erza akan kasih peta Tanah Kuntara itu seperti apa, barusan aja Erza selesai membuatnya secara manual huhuhu. Capekkk.
Ah, iya. Novel baru Erza juga sudah update loh, pastikan kalian mampir juga ke novel Spring Peach – Save the Emperor, ya.
Huuhuhu kannnn Lucifer gak tulusss huuuu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top