XVI. Sembilan Tahun Silam

BAB XVI

Sembilan Tahun Silam

.

.

.

Jamuan makan akan dihadiri saat malam nanti, menghela napas di atas ranjangnya, kini sang Half Blood hanya bisa menunggu sambil menatap langit-langit yang tersaji di depan mata. Masih beberapa jam lagi sebelum acara makan malam, Ourin yang merasa bosan dan agak penasaran pun memutuskan untuk berkeliling sejenak karena telah merasakan energinya cukup pulih.

Desahan dikeluarkan ketika denyut di bagian mata kanannya cukup lama baru bisa dihilangkan, luka yang diakibatkan Serbuk Perak memang tak main-main. Untung saja, saat bertemu dengan Raja Lucifer, poni Ourin sebelah kanan memang memanjang dan sengaja disibakkan menutupi sebelah matanya dan luka di sana, hingga tak ada pertanyaan yang bisa-bisa memancing amarah Raja Demon itu.

Bagaimana pun, ibunya yang adalah anak perempuan Lucifer telah diketahui terbunuh di Kerajaan Ferifatyn, dan sekarang kenyataan yang terjadi selain dirinya yang adalah cucu sang Raja Iblis―telah dipenjara selama bertahun-tahun dan juga luka yang diakibatkan Serbuk Perak yang selalu menyiksanya. Ourin sendiri tak mau sampai permasalahan kembali terjadi karena luka ini. Bisa saja Raja Demonshire tak terima dan perang berkecamuk lagi.

Kerajaan Ferifatyn, salah satu dari ketujuh kerajaan besar di tanah Kuntara, yang paling makmur dan yang paling berkuasa. Rakyat dengan rasa hormat memuja Raja mereka yang seorang Elf, menghormati dan akan melakukan apa pun yang diperintahkan sang Penguasa. Keharmonisan yang telah berlangsung selama puluhan ribu tahun itu mulai sirna ketika seroang iblis datang bersama putranya, yang mengaku sebagai istri dari Raja Sahraveta ke VI dan ingin anaknya juga diberikan kekuasaan selayaknya keturunan langsung sang Raja.

Saar itu, Mouna Sahraverta sebagai istri sah sang Raja benar-benar tak percaya dengan omong kosong yang terjadi di depan mata, begitu pula dengan gelagat raja mereka―Ace Marcus Sahraverta yang merasa tak mengenal sang iblis wanita dan anaknya.

Anexta Baron Hades benar-benar mengecam perbuatan Raja negeri ini yang tak mau mengakui anaknya sendiri, ia tak peduli dengan Marcus yang tak memedulikannya, tetapi tidak untuk anaknya Ourin Carlos Sahraverta. Anak laki-laki berusia dua belas tahun yang memiliki ciri fisik yang sangat mirip dengan raja Sahraverta ke VI―walau bentuk wajah lebih mengarah ke Lucifer tetepi rambut dan mata persis seperti Marcus, juga dengan seorang anak yang diyakini sebagai pangeran kerajaan Ferifatyn―Ouran Liam Sahraverta yang berusia sepuluh tahun dan menatap Ourin sejak tadi dengan senyum riang di bibir.

"Bawa mereka berdua keluar dari istana dan kerajaanku, iblis dilarang menginjakkan kaki di Ferifatyn, lagi pula aku sama sekali tak mengenali mereka!" perintah mutlak sang Raja pun langsung dilaksanakan para prajurit yang berjaga, Anexta meraung, dia tak peduli dengan dirinya, tetapi tidak untuk anaknya Ourin.

"Ourin darah dagingmu, kau yang memberikannya nama saat dia berada di dalam kandunganku, Marcus! Aku tak meminta apapun, aku hanya ingin mendengar pengakuanmu, untuk anak ini yang sangat merindukan sosok ayahnya!" Anexta, wanita iblis rupawan berwajah dan tubuh manusia menjerit dan memohon agar Marcus berbaik hati untuk mengakui anak mereka. Namun, lelaki itu tak ingin mencoreng harga dirinya karena pernah jatuh cinta kepada salah satu makhluk penghuni kerajaan iblis, Kerajaan Demonshire.

Mereka diseret, Ourin yang memberontak nyaris dipenggal kepalanya jika tak ada tangan berkuku tajam yang melindungi. Mata Anexta yang biru berubah menjadi emas dan bersinar, wanita iblis rupawan itu murka karena melihat pelipis sang anak berdarah karena ulah prajurut utusan Raja. Tubuh Anexta yang seputih pualam menjadi kecokelatan ditutupi aura hitam mengerikan dan membuat para prajurit yang mencoba menghentikannya terjatuh karena tekanan udara yang mendadak berubah. Kedua sayap hitam muncur dari punggungnya, tanduk kuat pun menghiasi sisi kepala, rambutnya yang putih menjadi gelap bak malam.

Dengan aura hitam itu, Anexta menyarap sari kehidupan orang-orang yang menyentuh auranya.

"Tak akan kumaafkan, kau mencoba membunuh anakku lagi! Marcus! Aku akan mengambil yang berharga bagimu." Tatapan mata emas itu mengarah ke seorang wanita yang duduk ketakutan di sisi Raja.

"Akan kusingkirkan yang berharga bagimu!" secepat kilat, sayap Anexta mengepak dan mengarah ke sang Ratu yang terlalu terkejut dan mendapatkan tikaman di perut dengan kuku-kuku panjangnya, tetapi wanita iblis itu juga telah tertusuk pedang-pedang yang berasal dari Serbuk Perak.

Baku hantam terjadi, kerajaan Feritatyn dikenal dipimpin oleh Raja Elf yang memiliki kekuatan sihir, ucapan mantra mengaung kuat, kilat biru menyambar, tetapi tak bisa menyentuh Anexta yang murka. Tidak memedulikan tubuhnya yang nyaris hancur, Anexta menyerap sari kehidupan Raja dan Ratu Sahraverta. Seorang anak terlihat dipandangannya, jari berkuku tajam itu mengarahkan auranya untuk membunuh anak Elf yang adalah pangeran Ferifatyn, tetapi sebelum Ouran terkena aura hitam itu, Marcus yang masih bertahan walau sudah kehilangan separuh kesadarannya mengarahkan tangan dan melihdungi Ouran dengan mantra sihirnya.

"Saberial, bawa Ourin pergi dari sini!" wanita itu berteriak terakhir kali sebelum kemudian dengan perlahan menjadi butiran debu dan tak tersisa. Sementara Raja dan Ratu telah menutup mata, sang anak yang masih di dalam belenggu sihir pun hanya bisa jatuh terduduk, berteriak memanggil kedua orang tuanya dan memukul-mukul pelindung sihir.

Duka mendalam bagi Kerajaan Ferifatyn, Raja dan Ratu telah tiada dan untuk mempertahankan anugerah para Raja agar selalu menjaga perbatasan negeri, para Tetua dan petinggi memutuskan untuk menobatkan Ouran Liam Sahraverta untuk menjadi seorang Raja diusianya yang masih belia. Raja Sahraverta ke tujuh telah dinobatkan, tongkat kuda terbuat dari perak yang berhiaskan permata merah di tengah kepala, dan juga sebuah mahkota untuk Raja yang terlihat amat kebesaran di kepalanya.

Saat itu, Ourin dan Saberial tak bisa keluar dari kerajaan tanpa kekuatan mistis yang bisa mengelabui milik Anexta. Untuk mengambil jalan aman, Saberial yang bertugas menjaga Ourin pun memutuskan agar mereka tinggal di perbatasan dan meminimalisir bau iblis dengan berbaur dengan manusia. Mereka mendengar Raja baru telah dinobatkan sehari setelah kematian Raja, terlalu cepat karena ingin mempertahankan kekuatan Serbuk Perak di perbatasan agar kerajaan tidak di serang iblis dan penyihir.

Namun, akibatnya mereka yang bersembunyi tak bisa keluar dari negeri ini. Terlalu berbahaya mendekati pusat desa dan istana, juga terlalu berbahaya mendekati perbatasan wilayah. Maka dari itu, Saberial memutuskan untuk menetap di sebuah desa pinggiran yang jaraknya cukup dekat dengan perbatasan.

.

.

.

Berajalan-jalan di istana Lucifer, membuat Ourin tak bisa menghentikan pikirannya untuk terus mengenang tentang sang Ibu dan kisah-kisah menyakitkan di masa lalu. Lorong-lorong istana dipenuhi dengan lukisan dari sang Raja, Ratu dan Anexta yang adalah ibunya. Untuk pertama kalinya, ia melihat lukisan sang ibu yang dirindu setelah sekian lama, wajah wanita yang sudah mengandungnya, yang jika diingat dari penjelasan sang Kakek―sangat mirip dengan wajah nenek juga, begitupun warna rambut. Yang membedakan, hanyalah ibunya memiliki tanduk seperti Lucifer, sedang neneknya yang bernama Ammon tak memiliki tanduk di kepala.

Kecantikan ibunya pun menurun dari Ammon, yang konon sangat tersohor di kalangan iblis. Yang satu-satunya dapat menarik atensi Sang Raja Demonshire untuk menjadikannya seorang istri.

Mata Ourin yang biru kini menatap figur sosok kakeknya yang terlihat angkuh sekaligus mematikan, hela napasnya terdengar. Di lukisan ini hanya menampilkan wujud layaknya seperti manusia, walau yang membedakan adalah warna kulit yang memang tidak bisa mereka rubah. Dirinya sendiri belum pernah melihat wujud sang Kakek yang sebenarnya saat mengeluarkan kekuatan sejatinya sebagai iblis, konon laki-laki itu memiliki kekuatan yang dahsyat, tetapi karena melanggar sumpah Ssang Raja Neraka, membuatnya menjadi kehilangan kekuatan sangat banyak hingga dapat terluka karena serangan dari makhluk penghuni dunia.

Berkeliling istana ini, membuatnya teringat dengan jamuan makan. Kalau tidak salah, kakeknya menawari bahwa apakah ia menyukai jiwa yang murni? Alis itu berkerut, apakah itu adalah makanan iblis?

Mengurut pelipis, Ourin paham kenapa Ferifatyn benar-benar membenci iblis. Jangan-jangan selama ini para iblis memang menjadikan jiwa murni manusia untuk dijadikan sebagai makanan mereka?

Namun, jika semua iblis memakan satu jiwa manusia? Apakah hal itu tak membuat lama kelamaan manusia bisa musnah dari Tanah Kuntara?

Bahu Ourin berjengit ketika ia merasakan seseorang menepuk punggunya. Kepala pirang pun ia tolehkan ke belakang, untuk melihat siapa yang tengah menyapanya. Itu adalah seorang pemuda asing yang beru pertama kali ia jumpai.

Alisnya berjengit, ketika melihat tatapan tak suka, tetapi coba ditutupi oleh lelaki tersebut.

"Pangeran Lucas, akhirnya kau tiba juga di istana. Maafkan aku yang tak bisa ikut menyambut kedatanganmu. Ah, perkenalkan, aku adalah Issic Hades, putra keenam dari Raja Neraka."

Terkejut, Ourin pun baru menyadari sebuah lukisan yang tadi sempat dilihatnya, lelaki berambut panjang keabuan dengan setelan kemeja berkerah renda dan sebuah setelan pelengkap, serta kalung yang menghiasi lehernya.

Memberi salam kepada adik dari Lucifer yang tak lain berarti adalah kakeknya juga, Ourin pun menundukkan tubuh untuk berlutut.

"Pangeran Lucas, tahukah kau kalau sebaiknya kau mengendalikan darah Elf yang mengalir di tubuhmu agar tak terlalu tercium indra iblis?" Issic tersenyum, kelihatan tak nyaman dan menghela napas.

"Entahlah, tetapi aku tak yakin bisa melakukannya, Yang Mulia."

Laki-laki berambut keabuan panjang itu mengangguk-anggukkan kepala, mereka lalu melangkah bersama.

"Itu benar, Pangeran Lucas. Putri Anexta terlalu gegabah hingga membiarkan dirinya dijamah Elf. Ah, aku tak bermaskud. Maafka perkataanku, Pangeran Lucas." Laki-laki itu menatap simpati, tetapi sekaligus mengeluarkan nada yang mencemooh dari perkataannya.

Mereke terus berjalan bersama, walau ada kebasan tak nyaman di hati Ourin. Namun, beberapa saat kemudian, muncul Daveus yang memandang tak suka karena perbuatan Issic.

"Tidakkah kau seharusnya agar berucap yang lebih baik kepada Pangeran Lucas? Dia adalah cucu Yang Mulia Lucifer seorang Pangeran yang satu-satunya memiliki potensi untuk menggantikan Raja Lucifer di Kerajaan Demonshire, Pangeran Issic."

"Ya! Ya! Ya! Akan jadi apa jika Lucifer mati dan Kerajaan Demonshire diwariskan kepadanya―iblis berbeu Elf? Mungkin kita akan membentuk aliansi?" Laki-laki berambut keabuan panjang dan lurus itu mengendekkan bahunya, terus berjalan dan menyenggol bahu Daveus yang memang berhadapan dengannnya, kemudian dia menghilang seperti diembus angin.

Mengerutkan alis, Daveus mencoba menghibur sang Half Blood dengan tersenyum maklum.

"Kau tak apa?"

Hanya anggukan kepala yang menjadi jawaban dari pertanyaan kakeknya. Setelah itu, Ourin memilih untuk mengganti topik pembicaraan mengenai santapan makan yang dimaksud Lucifer. Dan akhirnya dirinnya mengetahui, kalau hal itu memang benar dilakukan mereka, menyantap jiwa murni seorang manusia yang belum tersentuh dosa.

Memikirkannya membuat kepala Ourin berdenyut, tak tahu mengapa tiba-tiba dirinya membayangkan nyawa anak-anak yang dipaksa untuk menyerahkan jiwanya, menjemput ajal dengan menjadi makanan iblis. Itu bahkan adalah sesuatu yang lebih parah daripada sebuah kematian.

.

.

.

.

.

Bersambung

Erza Note:

Halooo, chapter ini full bahas flashback dan juga tentang Kerajaan Demonshire. Nah, Nah jadi Ourin itu adalah calon Raja juga ya di Demonshire, tetapi karena campuran mungkin kalau Lucifer mati akan banyak yang melakukan pemberontakkan karena gak terima. Calonnya Issic tuh heheh.

Ok, semoga suka yaa, alurnya mulai agak berat nihhh, roma roma konflik mulai tercium hehe.

Ok, ditunggu vote dan komennya,

Salam sayang dari istri Daveus,

zhaErza.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top