XII. Menerima Bantuan Iblis

BAB XII

Menerima Bantuan Iblis

.

.

.

Kacau.

Para penduduk berlari-lari, prajurit Ferifatyn berjuang untuk mengungsikan rakyatnya ke sebuah gua rahasia yang ada di dalam perut bumi tepat di bawah istana. Iblis mulai mendekati pusat desa, porak-poranda di mana-mana, dengan mayat prajurit yang bergelimpangan.

Dari dalam istana, Arran, Ouran dan Ourin memandang kilatan api yang terus-terusan keluar dari mulut sang Anjing Setan. Laki-laki yang memiliki gelar Raja Muda itu terpaku, tak bisa melakukan apa-apa dengan tubuh yang lemah karena proses penyembuhan. Sementara itu, di sampingnya, Daveus Hades tengah tersenyum manis dan mendekat kepada sang Raja Muda.

"Aku bisa menyembuhkanmu, tetapi itu semua akan ada harganya." Daveus memiringkan kepala, menyamakan tingginya dengan Ouran yang masih berusia sembilan belas tahun.

Mendengar hal itu, Ouran mengernyitkan dahinya, merasa tak sudi untuk kesekian kali menerima bantuan iblis yang sudah menyerang kerajaannya ini.

"Anda tak memiliki pilihan lain, Yang Mulia. Bukankah Ferifatyn dalam keadaan terdesak dan Anda membutuhkan bantuan, tenanglah karena saya berbeda dengan Lucifer. Saya tak pernah berkeinginan untuk menjadi yang terkuat di Tanah Kuntara ini. Jadi, bersediakah, Yang Mulia?"

Daveus berlutut dan tersenyum teramat manis, kata-katanya sangat lembut, tak terlihat mengancam atau mempermainkan karena Daveus sendiri menginginkan agar Raja Muda ini mengabulkan keinginannya.

"Aku tak membutuhkan bantuanmu." Ouran mengatakan hal itu dengan dingin, ia tidak akan sudi diberi bantuan dari golongan yang telah membunuh kedua orang tuanya.

Mendengar hal itu, Jhonatan langsung tersentak dan mencoba membujuk sekali lagi rajanya yang terus keras kepala.

"Yang Mulia, di saat seperti ini Anda tak boleh menolak bantuan Tuan Daveus Hades. Kerajaan Ferifatyn sedang terdesak dan hal ini akan membahayakan rakyat, hamba memohon maaf karena sudah lancang, tetapi tolonglah Yang Mulia memikirkannya lagi. Ini demi rakyat kita." Jhonatan sampai berdiri dari kursi dan berlutut di saping Ouran yang menatapnya dengan datar.

Benar apa yang dikatakan Jhonatan, hal itu ingin disampaikan oleh Jendral Martin yang mendengarkan nasihat dari laki-laki manusia yang berusia setengah baya, namun hal ini bukanlah kewenangannya. Jhonatan adalah orang yang dipercaya Raja sejak terdahulu, keluarga Jhonatan memang turun temurun melayani Raja Sahraverta dengan menjadi seorang penasihat. Saat anak laki-laki lahir, maka mereka akan dilatih untuk menjadi calon penasihat selanjutnya agar bisa menggantikan pekerjaan ayahnya kelak.

"Maaf memotong, sebenarnya aku tak masalah Yang Mulia mau menerimanya atau tidak, tetapi seperti yang dikatakan Tuan yang ada di sana, Kerajaan ini akan dihancurkan cepat atau lambat jika terus dibiarkan, Cerberus bertindak cepat untuk membakar desa-desa." Sang laki-laki iblis yang bertubuh biru hanya tersenyum manis, namun terlihat palsu. Sementara itu, ledakan-ledakan semakin gencar terdengar dan membuat mereka yang ada di istana gelisah.

Alis Ouran berkerut dalam, matanya bergerak-gerak menandakan ia sedang memprediksi jalan apa yang harus diambil tanpa menerima bantuan dari sang Iblis, namun benar apa yang dikatakan penasihatnya, bahwa dalam keadaan mendesak seperti sekarang, Ia tidak bisa memilih-milih harus menerima bantuan dari siapa.

Cukup lama terdiam, akhirnya Ouran tersadar setelah mendengar suara Jhonatan kembali menyerukan gelarnya.

"Apa harga yang harus kubayar dari bantuanmu ini?" Ouran menatap tajam Daveus, laki-laki menggoyang-goyangkan telunjuk jarinya yang berkuku hitam panjang dan tajam.

"Tidak! Tidak, Yang Mulia. Harga akan dibayar setelah kau benar-benar sembuh dan bisa kembali menyelamatkan negerimu ini."

Dengan geraman, Ouran menganggukkan kepalanya.

"Kau benar-benar terkutuk," sinis Ouran menandaskan kekesalannya.

"Aku tahu bahwa Itu memang julukanku." Daveus menyahutinya dengan santai.

.

.

.

Setelah mengatakan kepada Martin agar mereka bertahan sebentar, dan menyerukan agar lelaki itu maju dan membawa bala bantuan kembali, setidaknya untuk menyegel Cerberus, Ouran dan yang lainnya memutuskan melakukan penyembuhan di kamarnya. Mengikuti sang empu kamar, Daveus sekilas memandangi gaya bagunan yang sangat menawan ini, sangat berbeda dengan Kerajaan Demonshire yang terlihat menyeramkan dan didominasi warna kelabu.

Lampu-lampu perak bergantung rapi di sepanjang lorong, saat malam ruangan ini akan terang karena lilin-lilin dinyalakan. Penjaga yang menyadari Daveus berjalan di antara orang-orang yang menuju ke kamar Ouran pun terbelalak. Kebingungan karena mendapati iblis dengan santai menginjakkan kaki bersama sang Raja di Kerajaan Ferifatyn.

Mereka sampai di kamar Ouran. Dari arah belakang, Arran melangkah lebih cepat dengan menarik tangan Ourin yang terlihat agak enggan dan segan karena masih berstatus sebagai tahanan.

"Kenapa?" gadis itu menatap mata biru Ourin.

Dengan menghela napas, Ourin pun mencoba tersenyum untuk menenangkan Arran yang terlihat bersedih karena mau melangkah lebih cepat agar bisa membantu Ouran berjalan.

"Tak apa, Arran. Aku hanya ingin menjaga dari belakang, kalau kau ingin membantu Paduka Raja, maka melangkahlah lebih cepat agar bisa berdampingan dan membantunya." Telapak tangan itu menyentuh kepala Arran, mengusap-usapnya pelan dan tak melepaskan senyum dari bibir.

Gadis itu terlihat sedih, walau ia benar-benar terpenjara dari dunia sejak kecil dan selalu diperlakukan dengan tidak adil dan kejam karena seorang budak, tetapi di tempat ini Arran pelan-pelan belajar. Memilah mana yang baik dan buruk, diajari membaca dan menulis lagi agar lebih lancar, dan juga berhitung, kemudian tata kerama dan menari. Arran sangat suka menari, dirinya pun diberikan gaun baru yang sangat bagus, sepatu baru dan makanan yang sangat layak dan enak. Dengan semua perbedaan yang dirasa dan dipelakukan selayaknya manusia, maka cara berpikirnya pelan-pelan berkembang, meyelidiki bahwa Ourin tersenyum tetapi selalu kelihat sedih.

Gadis itu menarik tangan Ourin dari kepalaya dan menggenggam lebih erat dengan kedua tangan. Berusaha menguatkan agar sang lelaki tidak kelihatan sedih dan terluka.

"Ourin terlihat sedih karena Paduka Raja yang kelihatan galak, ya?"

Bola mata Half Blood itu membesar, kemudian ia tersenyum tulus sambil mendengus geli.

"Kenapa berpikir seperti itu, Arran?"

Menghela napas, kemudian menggeleng, Arran pun menatap Ourin dengan pandangan yang sedih pula, berkaca-kaca dan membuat lampu-lampu di sepanjang lorong bergetar aneh hingga membuat mereka yang sudah berjalan di depan terhenti dan menatap Ourin dan Arran yang tertinggal jauh.

Terlihat kaget, Jhon sangat waspada saat menatap seluruh lampu di lorong istana yang menuju kamar Ouran mulai bergoyang, sedang Daveus malah kelihatan bingung, apa karena ledakan yang terjadi di desa?

Membalikkan badan, Ouran menyadari sesuatu, dirinya menatap Arran yang sedang berbicara dengan Ourin di lorong dengan jarak yang agak berjauhan dengannya. Gadis itu telihat menangis, dan lampu-lampu semakin bergoyang-goyang mengerikan. Namun, gadis itu terlihat tersentak dan menarik napas, dan semuanya kembali normal.

"Apa karena ledakan yang terjadi di desa?" Jhonata bersuara, namun Ouran paham benar apa yang tengah terjadi.

Jadi, benar apa yang dikatakan Arran. Di saat ia menangis, malapetaka akan datang. Begitu ternyata.

Kali ini, dua orang yang berbeda dengan wajah dan nama yang mirip memikirkan hal yang sama ketika melihat Arran menangis. Yang dikatakan gadis itu benar-benar tejadi, namun mereka tahu kalau Arran hanya mengatakan apa yang didengarnya dari majikan yang selama ini selalu menyiksa dan menyalahkannya. Siapa Arran sebenarnyanya? Ouran dan Ourin masih belum bisa menemukan jawaban. Gadis itu bisa mengendalikan sesuatu dengan tangisannya.

Ouran mengerutkan alis, mereka melanjutkan langkah ketikan suasana sudah tenang. Dalam benak menebak-nebak tentang si gadis berambut kemerahan.

Sesampainya di kamar, Daveus langsung menyerukan agar Ouran telentang di atas ranjang, membuka baju dan perban yang membalut luka-luka sang Raja. Mencoba membantu, Arran mendekat dan dengan sangat pelan dan hati-hati melepaskan perban-perban yang menutupi luka Ouran. Gadis itu bahkan sampai belajar cara meramu ramuan dan membersihkan luka, juga membalutnya dengan si Tabib istana yang bernama Belle.

"Baiklah, sekarang telentanglah kembali, Yang Mulia."

Daveus mendekat dan menaruh sebelah tanganya di kening sang Raja. Menyalurkan energi untuk menyembuhkan luka. Perlahan, tubuh Ouran dan Daveus bersinar biru. Terlihat energi yang mulai masuk ke tubuh Ouran dan menutup luka-lukanya hingga sembuh tak bersisa. Melepaskan tangan, Daveus lalu tersenyum.

"Selesai, ternyata Lucas juga sudah membantu pemulihannya." Melihat raut wajah Arran yang terkejut, kembali Daveus berkata, "Aku merasakan energi Lucas yang membantu penyesuaian energi iblis dan elf. Itu sangat membantu karena prosesnya jadi cepat. Ternyata ini adalah keuntungan sebagai Half Blood."

"Syukurlah, Yang Mulia. Dan terimakasih telah menyembuhkan Yang Mula Ouran, Tuan Daveus Hades." Jhonatan berlutut untuk mengekspresikan rasa bahagiannya karena kesembuhan sang Raja. Dengan begini, para iblis bisa mereka atasi.

Sang Raja yang sejak awal memejamkan mata karena proses penyembuhan yang dilakukan oleh Daveus, kini duduk di ranjangnya. Menghela napas dan menatap luar balkon dengan matanya yang perak. Ia kemudian melangkah, mendekati balkon dan menyentuh dinding pagar. Kemarahan tercetak jelas karena Kerajaan Ferifatyn kini diserang membabi-buta.

Memfokuskan kuasanya, anugerah yang melingkupi tubuh para Raja Sahraverta kini keluar dari pori-pori tubuh, sontak saja para Elf yang sudah kehilangan daya dan merasa kekalahan sudah di depan mata, terkejut ketika mereka bisa kembali mengendalikan Serbuk Perak. Dan tanpa ampun langsung menikam pedang-pedang yang sudah tercipta dari Serbuk Perak tersebut kepada iblis.

Ouran tanpa ampun langsung menghabisi paskukan iblis, Anjing Setan ia penggal kepalanya dengan senjata dari Serbuk Perak. Mengendalikan dari jarak jauh, Ouran merentangkan kedua tangannya, berniat melenyapkan pasukan iblis tanpa tersisa di kerajaan ini.

Para Elf yang mengetahui bahwa Serbuk Perak telah berfungsi kembali, kini langsung mengendalikannya, membetuk anugerah para Raja Sahraverta itu menjadi senjata seperti pedang, tombak dan anak panah. Menyerukan kepada pasukan pemanah untuk menggunakan anak panah tersebut hingga bisa menyerang para iblis dari jarak jauh dan langsung mengenai sasaran.

Keadaan berbalik sekarang, pasukan iblis mulai kewalahan karena anggota tubuh mereka yang terkena senjata yang berasal dari Serbuk Perak kini terasa membakar dan amat menyakitkan, tak bisa disembuhkan jika luka yang dialami fatal seperti bagian tubuh yang terpenggal atau tersayat sangat lebar. Luka yang disebabkan Serbuk Perak seperti menggerogoti secara perlahan, membuat mereka kacau balau dan berteriak mengerikan.

Kapten Nico yang memiliki rambut panjang pirang melebih bahu dan bermata biru kini sedang beradu kekuatan dengan Bliczard. Iblis yang memimpin pasukan penyerang ini benar-benar kuat dan sulit dikalahkan. Dia dapat bertahan dari luka-luka yang disebabkan Serbuk Perak dengan menyerap energi tumbuhan di sekitarnya.

Pedang mereka saling berbenturan, mantra-mantra terucap dan Nico melontrakan tubuh sang iblis dengan cahaya kebiruan yang dikeluarkan oleh tanganya. Aman sesaat, Nico kembali mengerutkan alis ketika beberapa prajurit iblis datang dan mengepungnya. Pertempuran hampir berakhir karena sisa pasukan iblis bisa dihitung dengan jari, tetapi dirinya kini berada di tempat yang salah karena cukup banyak pasukan iblis yang masih bertahan di sini.

Menghela napas untuk menenangkan diri, Nico pun memejamkan matanya dan mengucapkan mantra. Berteleportasi untuk menyerang prajurit iblis yang tak sehebat sang Pemimpin. Dengan sekali ayunan pedang, iblis-iblis yang mengepungnya kehilangan kepala dan tumbang seketika. Serbuk Perak memang sangat dapat diandalkan. Kini, hanya tersesisa sekitar empat orang lagi, namun saat Nico kembali berteleportasi dan kembali muncul, di depan matanya ada Bliczard yang sudah mengambil ancang-ancang untuk menyerangnya.

Sabetan rantai berduri di terima Nico, laki-laki itu terpelanting jauh hingga membentur patung seorang tukang roti yang berdiri lantang di depan toko. Napasnya sesak, saat dirasa dari dada mengalir darah, mencoba bertahan dan menyembuhkan diri, tetap saja ia tak akan bisa melawan laki-laki yang sekarang berjalan mendekat kepadanya.

Rantai berkepala bola baja penuh duri tajam tersebut diputar-putar oleh Bliczard, menyeringai hingga menampakkan gigi-gigi taring yang terlihat mengerikan.

"Elf yang berusia amat tua akhirnya mati juga," senandung Bliczard sangat menyebalkan sekaligus berbahaya bagi pendengaran Nico. Laki-laki iblis tersebut semakin mendekat dan lansung menghantamkan bola baja berduri yang ada di ujung rantainya ke atas kepala Nico, hingga patung yang ada di belakang sang Elf hancur seketika.

Hanya bisa menutup mata, Nico pun meyakini kalau hantaman selanjutnya akan membuat kepalanya terbelah dan hancur. Namun, hal itu tak terjadi. Tiba-tiba teriakan terdengar nyaring. Itu para iblis, apa yang sebenarnya telah terjadi hingga mereka semua berteriak? Membuka mata, Nico melotot melihat sang Raja telah berdiri di belakang Bliczard yang terdiam kaku. Seluruh tubuh lelaki iblis itu diacungi belati kecil yang terbuat dari Serbuk Perak, melayang mengelilingi sang iblis, sementara Ouran memegang pundak Bliczard dari belakang tubuh sang lelaki.

"Sudah cukup main-mainnya, serkarang sebaiknya kau beristirahat, Makhluk Terkutuk." Ouran tersenyum tipis dan sinis, lalu tertancaplah semua belati kecil ke dalam tubuh Bliczard, tak cukup sampai di sana, Serbuk Perak yang masih berbentuk bak pasir putih kini kembali mengelilingi tubuh yang meronta-ronta karena sekarang senjata mematikan sang Raja membetuk bor dan tengah melobangi perut si iblis.

"ARRRGGGG!" teriakan nyaring terdengar, ketika tak ada lagi suara, maka tubuh iblis telah terjatuh dan langsung menghilang dan tersepu oleh angin.

Memperhatikan tangannya yang sempat bersentuhan dengan iblis, Ouran pun mendecih dan mengambil sapu tangan, kemudian membersihkan bekas-bekas iblis yang sempat mengotori telapak tangannya.

"Yang masih hidup berkumpulah, akan ada para prajurit yang akan datang untuk membantu kalian dan kembali ke tempat peristirahatan para tentara untuk diobati." Setelah mengatakannya, Ouran langsung pergi dan menghilang di balik mantra teleport untuk kembali ke istana, ke dalam kamarnya yang di sana ada Arran, sang Half Blood, bahkan iblis yang tak diundang, Daveus Hades yang terkutuk.

.

.

.

Bersambung

Haloooo.

Ada yang merindukan Ourinran?

Erza putuskan untuk up dua kali seminggu, yaitu hari senin dan kamis heheh. Tapi, kemarin mati lampu lama banget dan data masih di laptop huuhuhuu jadi gak bisa up hiks hiks.

Erza soalnya mau cepat namatin ini fiksi heheh.

Sangat ditunggu komentar dan saran dan kritiknya.

Votenya jangan lupa yaaa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top