.•° Chapter 8

"Apa yang telah terjadi?"

"Tak seperti biasanya kapal Periyoq tiba-tiba datang, mungkin mereka mencari kedua anak itu." ucap seorang siren yang sedang menghadap pada Gun'hara didepan Goa Tosca.

Saat itu Airla hendak menghampiri bibinya itu, ia melihat mereka berdua sedang berbicara dengan serius. Airla mengurungkan niatnya untuk menghampiri Gun'hara dan memilih untuk menguping.

"Hampir semua siren mati karena ledakan yang dikeluarkan kapal itu, saya rasa itu bukan teknologi yang digunakan oleh Periyoq, kekuatannya sedikit berbeda dari milik Periyoq." ucap laki-laki itu, Ellos namanya.

"Satu-satunya yang memegang kekuatan Kerajaan Periyoq adalah penguasa tahta dan pewarisnya, jadi tidak mungkin mereka memiliki teknologi yang melebihi kekutan itu." sambung Gun'hara, membuat laki-laki didepannya tambah berpikir.

"Itu ulah prajurit-prajurit TAPOPS." ucap Gun'hara.

"Prajurit TAPOPS? Apa ini juga pertanda bahwa perang akan segera dimulai, Putri?" tanya Ellos yang membuat Airla terkejut.

Gun'hara mengetahui keberadaan Airla yang sedang menguping pembicaraan mereka. Gun'hara menghentikan pembicaraan mereka dan langsung menghampiri Airla, Airla yang terlejut tidak bisa berkutik.

Airla terpojok ketika bibinya bertanya, "Sedang apa kamu disini, Airla?"

Airla menjawab dengan terbata, "Tadinya aku ingin ke bibi, tapi seperrinya Bibi sedang berbincang dengan Paman Ellos. Kalau begitu, Airla masuk dulu."

Airla cepat-cepat berenang ke dalam gua. Masih dengan jantung yang berdetak kencang, Gun'hara tiba-tiba menghentikannya.

"Berhenti!"

"Ellos, tangkap dia!" seru Gun'hara dengan lantang, Ellos mengangguk.

Sebelum Ellos berhasil menangkapnya, Airla melakukan perlawanan hingga membuat mereka bergelut didepan Gun'hara. Wanita berambut pirang itu hanya memperhatikan mereka sambil menyilangkan tangannya didepan badan, ia sudah tau bahwa Airla akan kalah meski terus melawan. Secara fisik, kekuatan bangsa siren lebih kuat dibandingkan bangsa duyung. Karena mereka memakan banyak protein.

Airla berhasil dilumpuhkan setelah kepalanya terhantam dinding gua. Pertengkaran itu membuat keributan sehingga para siren yang berada didalam gua mendengarnya, mereka langsung berkumpul disana. Begitu juga Yaya, ia terkejut melihat Airla yang sudah tak berdaya ditangan Ellos.

"Rakyatku semua! Siapkan senjata dan kekuatan kalian! Kita akan melakukan penyerangan pada Periyoq!" seru Gun'hara, para siren bersorak. Akhirnya peperangan yang mereka nantikan selama puluhan tahun akan segera terjadi.

"Masukan mereka berdua ke penjara bawah laut." ucapan Gun'hara tertuju pada Yaya dan Airla, beberapa anak buahnya langsung menangkap Yaya dan Airla, mereka digiring menuju bagian gua paling dalam.

Ternyata gua itu lebih dalam dari perkiraan Yaya, didalam gua itu juga ada sebuah palung, dimana palung itu digunakan sebagai penjara bawah laut yang hanya berisi mereka berdua. Yang mengejutkan lagi, ada banyak tulang belulang duyung yang tergeletak disana. Bisa saja itu tulang-tulang duyung yang dikurung disini, tapi bisa jadi itu sisa-sisa tulang duyung yang dimakan siren karena tak sedikit tulang-tulang yang terpisah tidak membentuk kerangka. Mengingat para siren juga makhluk kanibal dan karnivora yang memakan bangsa duyung.

Yaya dan Airla sangat bingung, mereka benar-benar putus asa. Sudah dikurung, mereka juga tidak punya koneksi dengan dunia luar terutama teman-teman mereka. Keadaan seperti ini membuat Airla menangis, Yaya langsung menenangkan sahabatnya.

Yaya tau bagaimana perasaan Airla, ia pasti kecewa dengan bibinya. Gun'hara ysng terlihat baik seolah-olah mengerti perasaannya, ternyata tetap penghianat kerajaan yang bisa menelabuhi Airla.

Airla memeluk erat Yaya, gadis yang dua tahun lebih tua dari Yaya itu terus terisak. "Maafkan aku Yaya..."

"Semua ini karena aku yang membawamu kesini."

Yaya menepuk-nepuk bahu Airla, ia menenangkannya. "Ini bukan salahmu, ini memang salah bibimu yang tega berbuat jahat pada ponakannya sendiri." ucap Yaya.

Airla melepas dekapan Yaya, "Kita ngga boleh putus asa, semua masalah pasti ada jalan keluarnya." Yaya tersenyum.

Dari ujung ruang itu terlihat ada sosok yang hendak keluar dari bayangan menuju ke arah Yaya dan Airla, tapi ia mengurungkan niatnya setelah mendengar tepukan tangan diluar jeruji.

Tepukan tangan itu mengalihkan perhatian Yaya dan Airla. Rupanya itu Gun'hara dan kedua pengawalnya, Ellos dan Ben.

"Cita-cita yang mulia sekali."

Kali ini tatapan Airla benar-benar berbeda, ia menatap bibinya dengan tatapan tajam penuh amarah. "Apa yang akan bibi rencanakan?!"

"Masa dapat ujian minta kunci jawaban, situ sekolahnya tukang nyontek yah." sahut Ben, tubuhnya yang lebih pendek dari Ellos membutnya mudah dipukul rekannya itu.

"Menurutmu?"

Gun'hara menghembuskan nafasnya, "Gini ya, dari pada kamu susah-susah cari tau rencana aku lebih baik kamu cari jalan keluar dari sini. Kasian Gun'gami ngga tau kalo kami ingin menyerang, tapi sayangnya kamu ngga akan bisa keluar AHAHAHAHAHA. Kasian deh." Gun'hara tertawa sedangkan kedua pengawalnya meledek dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

Setelah mereka bertiga meninggalkan Airla dan Yaya, Airla kembali sedih. Bukan sedih karena merasa tidak ada harapan untuk keluar, tapi Airla sedih membayangkan berapa banyak rakyatnya yang akan menjadi korban akibat peperangan itu.

"Kalian kasihan sekali."

Suara itu mengagetkan Yaya dan Airla, terlihat seekor ikan fanfin seukuran dengan tubuh mereka mendekat, ikan itu terlihat sudah berumur panjang. Yaya dan Airla kompak memundurkan badan mereka sambil menjerit, mereka pikir ikan fanfin itu bisa saja menyemburkan cairan yang mengubah mereka menjadi siren dan tentunya juga karena ikan itu berwajah menyeramkan.

"Tidak usah takut, aku ini baik dan tampan. Bisa panggil aku Luppi Si Tampan." suara serak dan gaya bicaranya itu membuat Yaya dan Airla berubah ekspresi.

"Siapa yang memanggilmu Si Tampan, Kakek?" tanya Airla, ia menekan kata terakhir pertanyaannya.

Ikan itu langsung murung, "Itu aku sendiri..." Padahal wajahnya yang menakutkan tidak pantas murung, karna itu sedikit menggemaskan.

"Bagaimana Kakek bisa di—" kalimat Yaya terpotong, "Luppi saja."

"Baiklah, bagaimana Luppi bisa disini?" Yaya mengulangi kalimatnya.

"Itu ceritanya panjang, any question again?" jawab Luppi tersenyum, Airla kesal.

"Jawab dulu baru minta pertanyaan lagi!"

"Aduh... Siapa kamu sih?! Suaranya cempreng banget." ucapnya sambil menurup kedua insangnya dengan sirip.

"Aku Airla, putri sulung Ratu Gun'gami." jawab Airla dengan lantang.

Ekspresi Luppi berubah, "Gun'gami?"

Melihat ekspresi wajah Luppi yang berubah, Yaya dan Airla jadi penasaran. Apakah Luppi dan Gun'gami saling mengenal? Dan apakah hubungan Luppi dan Gun'hara, karena mereka meninggali tempat yang sama yang entah itu rumah Gun'hara atau rumah Luppi.

"Hm... dua puluh lima tahun yang lalu Gun'gami mendatangiku di tempat ini, dia meminta racunku dan jika aku tidak memberikannya dia mengancam akan membunuh istri dan anak-anakku. Aku tidak punya pilihan selain memberikan sedikit racunku. Setelah itu dia tidak pernah mendatangiku lagi.

"Dulu perairan Lautan Utara sangat asri, sama seperti lautan lainnya di Periyoq. Tiba-tiba Gun'hara mendatangiku dengan wujud yang tidak normal, dia menyerangku dan menyalahkanku atas hal yang menimpanya."

Airla dan Yaya dengan sangat cermat.

"Dia menyalahkanku karena memberikan racunku pada Gun'gami yang mengubahnya menjadi siren. Semua itu karena hak tahta kerajaan yang jatuh di tangan Gun'hara dan Gun'gami tidak bisa menerima hal itu, dia nekat untuk menjatuhkan Gun'hara." sambung Luppi.

Airla dan Yaya terkejut, "Kalau racunmu yang membuat Bibi menjadi siren berarti kamu bisa makan kami?!"

"Bukan begitu... Aku vegetarian kok, aku malah hobi makan sayur." Luppi menyangkal pertanyaan Airla. Yaya dan Airla bisa bernafas lega, pertanyaan kembali dilontorkan oleh Yaya. "Lalu kenapa siren menjadi makhluk karnivora? Bahkan memakan duyung."

"Aku hanya mendengarnya dari Gun'hara. Gun'gami mencampurnya dengan virus gagak dan gurita yang membuat siren menjadi monster pemakan sesama."

"Semenjak saat itu, Gun'hara memiliki dendam yang sangat besar pada saudarinya sendiri. Dia bertekat membalaskan dendamnya dengan peperangan, meski taruhannya adalah nyawanya sendiri."

"Gun'hara memprovokasi teman-temannya yang menderita dibawah kepemimpinan Gun'gami dengan menjadikan mereka siren dan mengiming-imingi kekuatan yang lebih besar dari duyung pada umumnya. Dia mencampurkan darahnya dengan racun ikan fanfin yang kemudian disuntikan ke tubuh duyung, sehingga wujud mereka langsung berubah."

"Apakah mungkin perubahan Yaya lebih lama karena perantaranya yang berbeda?" tanya Airla, Luppi mengangguk.

"Gun'hara mengambil racun dari istri dan anak-anaku, kami akan mati jika racun ditubuh kami hilang. Itu yang terjadi pada istri dan anak-anakku."

"Semenjak terlahirnya bangsa siren, Lautan Utara menjadi gelap. Mereka memburu ikan-ikan disini sehingga para ikan enggan tinggal disini lagi." Jelas Luppi.

Airla merasa kasihan pada Luppi, membayangkan tempat tinggalnya direbut oleh para siren. Dan bagaimana bisa seorang tuan rumah dikurung dirumahnya sendiri. "Hish! Ternyata Bibi sangat jahat!" kesal Airla.

Luppi menggeleng, "Gun'hara tidak sepenuhnya jahat, hatinya hanya tertutup luka dan dendam yang besar. Dia itu orang yang baik, pada saat remaja dia dikenal sebagai bangsawan yang dermawan dan suka menolong berbanding terbalik dengan Gun'gami yang angkuh dan sombong. Mungkin sangat berbeda dengan Gun'gami yang sekarang, dia sudah menjadi ratu jadi sikap ia tutupi. Karena keadaan Gun'hara yang seperti itu membuatnya diusir dari kerajaan. Bagaimanapun menurut kepercayaan masyarakat, siren adalah duyung yang terkutuk."

"Aku dan keluargaku sudah merelakan itu semua, lagi pula kami sudah hidup ratusan tahun. Dulu saat aku kecil, kakekku menceritakan sebuah ramalan tentang lahirnya bangsa siren dari tubuh kami. Awalnya aku mengira itu menyeramkan, karena sosok siren diceritakan sebagai makhluk perusak yang memakan hewan laut dan bahkan sesamanya, mereka seperti hiu yang berwujud duyung. Tapi kakekku bilang, bangsa siren tercipta untuk mencari keadilan dan mengungkapkan sejarah yang disembunyikan dari sebuah kerajaan." jelas Luppi panjang lebar.

"Dan ramalan itu sudah terjadi, semus ini adalah garis takdir yang sudah ditentukan tuhan."

"Gun'hara berhak membalaskan dendamnya pada Gun'gami, dan kalian juga berhak melawan untuk mempertahankan Kerajaan Periyoq."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top